Kompetisi Berhenti, Rahmad Darmawan Aktif di Kegiatan Sosial
Untuk kegiatan sosial ini, RD bekerjasama dengan dengan pemilik perusahaan peralatan olahraga membantu pemain-pemain yang masih memiliki potensi.
Penulis: Sigit Nugroho
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Jatuhnya sanksi FIFA kepada Indonesia membuat seluruh kegiatan sepakbola dalam negeri mati, termasuk kompetisi yang digelar oleh PT Liga Indonesia.
Dengan demikian, para pelaku sepakbola di Indonesia pun jadi menganggur. Untuk mengisi kekosongan waktu sambil menunggu penyelesaian konflik sepakbola dalam negeri, pelatih Persija Jakarta, Rahmad Darmawan yang akrab dipanggil RD sedang aktif menggelar couching clinic dan kegiatan sosial.
Untuk kegiatan sosial ini, RD bekerjasama dengan dengan pemilik perusahaan peralatan olahraga membantu pemain-pemain yang masih memiliki potensi.
"Saya bersama donatur yaitu, Hendrik Sasmito yang merupakan pemilik perusahaan peralatan olahraga akan membentuk sebuah organisasi atau yayasan untuk membantu atlet sepakbola yang berpotensi untuk berobat," kata RD kepada Harian Super Ball.
Sayangnya sampai saat ini niatan mulia itu belum dituangkan dalam satu nama organisasi atau yayasan tertentu.
"Kegiatan sosial ini memang belum ditetapkan dalam sebuah nama organisasi atau yayasan. Kami sepakat untuk mengedepankan aksi terlebih dulu. Salah satu kegiatan yang akan kami lakukan adalah membantu menyembuhkan cedera yang dialami M Nasuha (pemain Cilegon United). Dia harus menjalani operasi untuk penyembuhan cedera di lututnya," ujar RD.
RD dan Hendrik prihatin melihat nasib M Nasuha yang tidak memiliki uang untuk menyembuhkan cedera di bagian lututnya. Padahal dia merupakan pemain yang masih memiliki potensi berlaga di kompetisi profesional.
"Kami bekerjasama dengan RS Royal Progress di Sunter, Jakarta Utara untuk penyembuhan cedera M Nasuha," ucap RD.
Rencananya M Nasuha akan menjalani operasi di lututnya pada 17 Juni 2015. Selain M Nasuha, ada satu atlet sepakbola lain yang akan dibantu. Namun RD belum bisa menyebutkan namanya, karena belum bisa dipastikan apakah pemain itu bersedia menjalani pengobatan.
"Kami memang harus mendapat persetujuan dari pemain itu, karena untuk saat ini kami membantu kepada pemain yang masih memiliki potensi. Sehingga, jika sudah sembuh dia bisa bermain lagi di kompetisi profesional. Setelah bisa mendapatkan penghasilan, pemain itu akan mengangsur biaya pengobatan itu," tutur RD.
Angsuran yang akan dibayar oleh atlet yang ditolong itu tentunya tidak akan memberatkan. Angsuran disesuaikan dengan kemampuan si atlet.
"Untuk sementara, kami membantu dengan cara seperti itu. Dana angsuran yang dibayarkan atlet akan disubsidi ke atlet lain yang memerlukan pertolongan. Jadi kami tidak mencari keuntungan apa pun. Kami hanya ingin menyelamatkan masa depan atlet itu," jelas RD.
Ke depannya, jika donatur atau sponsor makin bertambah banyak, pihaknya akan merambah ke atlet lain baik yang masih berpotensi atau tidak sama sekali.