Warisan Prandelli Jadi Kambing Hitam Buruknya Timnas Italia
Kami memulai Piala Dunia 2014 bersama Prandelli. Kondisinya berbeda. Benar apa yang dikatakan oleh Antonello Valentini (bekas petinggi FIGC).
Penulis: Willem Jonata
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Sejak menjadi finalis Piala Eropa 2012 Cesare Prandelli diharapkan menjadi penantang terkuat tuan rumah Brazil di Piala Dunia 2014. Tetapi harapan tinggal harapan. Mereka terpuruk di babak penyisihan grup setelah menelan kekalahan dari Kosta Rika dan Uruguay.
Italia kemudian menempati posisi ketiga sehingga gagal lolos ke fase berikutnya. Padahal di laga pertama mereka menunjukkan kelasnya sebagai tim yang difavoritkan sebagai juara setelah menaklukkan Inggris.
Prandelli jadi kambing hitam. Warisannya berdampak buruk bagi Italia di masa mendatang. Leonardo Bonucci mengungkapkan bagaimana skuat Italia bekerja di masa kepemimpinan eks pelatih Fiorentina tersebut. Kenurutnya, Italia banyak membuang-buang waktu. Mereka lebih banyak melakukan tes dan analisa di depan layar komputer.
“Kami memulai Piala Dunia 2014 bersama Prandelli. Kondisinya berbeda. Benar apa yang dikatakan oleh Antonello Valentini (bekas petinggi FIGC). Kami banyak menghabiskan waktu menganalisis. Kami membuang waktu di pagi hari di depan computer,” terang Bonucci, di Football Italia.
Sebagai pemain, ia menilai, sebuah tim bisa jauh lebih baik jika menghabiskan waktu di lapangan, melakukan serangkaian latihan pada umumnya yang dilakukan di klub. “Jika Anda punya sedikit waktu untuk itu, Anda harus mengambil keuntungan sedikit dari kemampuan yang Anda miliki,” lanjutnya.
Pada akhirnya, tim kurang menyatu antara pemain lama dan baru bergabung bersama tim nasional. “Menghabiskan waktu latihan di lapangan, merupakan cara terbaik membentuk tim,” ucapnya.
Itulah yang kemudian berdampak bagi Timnas Italia ketika Antonio Conte mengambil alih kursi kepelatihan. Ia kesulitan membangun tim untuk mencapai bentuk permainan terbaiknya. Salah satu upaya dengan memanggil sejumlah nama baru, untuk memperkuat timnya. Tak terkecuali menurunkan pemain naturalisasi atau yang memiliki dua kewarganeraraam seperti Franco Vazquez.
Namun, menyatukan sebuah tim dengan rata-rata pemain muda ternyata tak mudah. Conte membutuhkan waktu supaya bisa melakukannya. Meskipun pada akhirnya timnya menuai hasil buruk di empat laga terakhir, di mana mereka hanya bisa menuai tiga hasil imbang dan satu kali kalah. Rangkaian hasil tersebut merupakan konsekuensi.
Meskipun pada akhirnya mereka tak lagi menjadi tim unggulan pada babak kualifikasi Piala Dunia 2018, zona Zropa. Dan mereka berpeluang satu grup bersama tim-tim besar, seperti Jerman, Belanda, Portugal, dan Spanyol.
Alasannya, selama tahun 2015 mereka belum pernah meraih kemenangan. Posisi mereka di FIFA turun ke peringkat 13 atau peringkat ke delapan di daftar UEFA. Poin Italia Juli mendatang diperkirakan 1001. Jumlah tersebut berada di bawah Kroasia, dengan 1023 poin.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.