Aris Indarto: Tidak Sepantasnya Tim Sekelas Persija Akrab Menunggak Gaji
Aris menyarankan manajemen untuk mencari sumber daya manusia lebih kompeten untuk mengurai masalah krisis finansial.
Penulis: Jun Mahares
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Jun Mahares
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Penghentian subsidi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap klub-klub sepak bola profesional ternyata masih menyulitkan manajemen tim untuk mendapat pemasukan secara mandiri.
Namun, kesulitan ini tidak boleh dijadikan alasan manajemen Persija Jakarta selalu terlibat krisis finansial.
Demikian diungkapkan mantan kapten Macan Kemayoran era 2000-an, Aris Indarto, saat berbincang dengan Harian Super Ball di kawasan Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta.
"Tidak sepantasnya tim sekelas Persija selalu bermasalah soal gaji. Tanpa APBD memang menyulitkan, tapi jangan dijadikan alasan terus menerus. Manajemen harus berpikir lebih keras bagaimana mengelola keuangan lebih profesional. Sebab tim Liga Super Indonesia lainnya bisa, kenapa Persija tidak?" papar Aris Indarto.
Pemain binaan Diklat Salatiga itu menyarankan manajemen untuk mencari sumber daya manusia lebih kompeten untuk mengurai masalah krisis finansial yang kini menjadi persoalan lumrah.
Pengelola klub tim Ibu Kota juga harus menyesuaikan pembelian pemain dengan anggaran yang dimiliki.
"Jangan sampai lebih besar pasak dari tiang. Mungkin bisa disiasati dengan keberadaan tim pencari bakat. Tidak selalu membeli pemain bintang, tapi justru bagaimana menciptakan pemain bintang," ujar pria kelahiran Sragen, 37 tahun silam.
Masalah krisis finansial pun pada akhirnya menimbulkan gap antara pemain dan manajemen. Pemain tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap pengelola klub yang tidak bisa menggaransi pembayaran gaji secara rutin.
Hingga kini, manajemen belum melunasi gaji pemain dan ofisialnya selama kurang dari empat bulan. Pengelola tim berlambang Monas itu hanya sanggup membayarkan 30 persen dari sebulan gaji.
"Dulu, manajemen sangat akrab dengan pemain. Suasana kekeluargaan sangat kental. Sekarang, menurut saya, lebih kepada hubungan pekerja dan pemilik perusahaan yang berjarak karena tunggakan gaji," tutur mantan pemain yang menutup kariernya di tim amatir Persisko Tanjabbar.