IGK Manila: Cari Tikus di Rumah Jangan Bakar Rumahnya
Menurut Manila, jika Menpora memang ingin membangun atau membenahi sepak bola di Tanah Air, sebaiknya dilakukan dengan jalan yang benar.
Penulis: Sigit Nugroho
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Anggota Dewan Kehormatan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), IGK Manila mengibaratkan langkah yang diambil Menpora Imam Nahrawi membekukan PSSI seperti mencari seekor tikus di dalam rumah dengan membakar rumah.
"Seharusnya kalau ingin mengambil tikus di dalam rumah ambil saja tikusnya. Bukan justru membakar rumahnya. Kalaupun tangan tergigit tikus, ya tidak apa-apa. Yang penting rumahnya masih utuh dan tikusnya pun bisa diambil. Tetapi Menpora justru terbalik. Beliau justru langsung membakar rumahnya. Akibatnya efeknya sangat besar," kata Manila kepada Harian Super Ball, Jumat (26/6/2015.
Menurut Manila, jika Menpora memang ingin membangun atau membenahi sepak bola di Tanah Air, sebaiknya dilakukan dengan jalan yang benar.
"Jika memang disinyalir ada pengaturan skor dan bandar judi, ya tangkap saja, karena itu sudah di ranah hukum. Kami sudah berusaha memperbaiki kompetisi dari pengaturan skor. Buktinya PSSI telah menjatuhkan sanksi berat kepada orang yang terlibat dalam pertandingan gajah antara PSIS Semarang vs PSS Sleman," ujar Manila.
Manila berucap, sebaiknya Menpora tidak hanya mengeluarkan pernyataan adanya kebobrokan di sepak bola kita tanpa ada bukti yang valid.
"Kalau ada perjudian, tangkap saja bandarnya. Itu pernah dilakukan dua negara seperti Singapura dan Italia. Tangkap siapa saja oknum yang terlibat dalam pengaturan skor," ucap Manila.
Sikap dan perbuatan Menpora yang dianggap sudah kebablasan, terang Manila, menunjukan pemerintah tidak mengerti aturan atau statuta FIFA.
"Sejak mengurus PSSI pada 1967 sampai pensiun, saya masih banyak hal yang belum tahu di sepak bola. Tetapi hebat benar kalau ada orang yang tahu banyak soal sepak bola hanya dalam waktu tiga sampai empat bulan seperti ini (Menpora)," terang Manila.
Manila menambahkan, Menpora harus melihat betapa besarnya korban sebagai akibat dari pembekuan PSSI.
"Jadi jika pencabutan SK Pembekuan PSSI tidak dilakukan sekarang, maka sama saja membuat kematian sepak bola kita semakin lama," tambah Manila.
Oleh karena itu, Manila meminta kepada PSSI untuk segera mencabut SK pembekuan.
"Jika SK pembekuan sudah dicabut dan dilanjutkan dengan penarikan sanksi FIFA, maka itu akan menjadi titik awal bagi perbaikan sepak bola kita. Kompetisi bisa kembali digelar dan pemain bisa kembali bekerja. Saya siap jika diminta untuk memberikan masukan kepada Menpora," tuturnya.
Manila meminta kepada para pembisik dan penamping Menpora untuk menjelaskan permasalahan yang sebenarnya.
"Jangan menganggap PSSI tidak bekerja dengan baik, sementara Menpora gagal mencapai target memawa kontinen Indonesia menjadi runner up di SEA Games kemarin. Siapa yang bertanggungjawab? Mari sama-sama berpikir jernih jika ingin membenahi semuanya. Jangan bicara pembenahan, jika menggelar turnamen seenaknya saja. Karena menggelar suatu turnamen atau kompetisi memerlukan persiapan banyak, mulai dari peserta, stadion, aturan, jadwal, sampai perangkat pertandingan (wasit). Kalau tidak punya wasit saja, pasti sudah susah," papar Manila.