Semangat Ronaldo dan Panggung Pungkasan Pellegrini
ALL GOOD. Thanks for your support... Dua kalimat ini memang pendek saja. Tapi sudah cukup untuk sedikit meredakan perasaan gundah dari Madridistas
Dilihat dari berbagai sudut, kecuali dalam perkara Ronaldo, situasi yang menyertai laga ini tidak lagi sama. Para pembesut sudah berganti. Real Madrid datang bersama legenda besar mereka, Zinedine Zidane. Sedangkan City ditangani Manuel Pellegrini. Zidane ditunjuk menduduki kursi panas di Santiago Bernabeau di tengah jalan, menggantikan Rafael Benitez yang dianggap gagal membuat Madrid berkembang.
Zidane sedang dalam suasana "bulan madu". Kemenangan demi kemenangan memuaskan yang diraih Madrid, termasuk dalam El Clasico, konon membuat Florentino Perez, Presiden Madrid yang ambisius dan tak sabaran, mempertimbangkan untuk memperpanjang durasi kerja Zidane. Sebaliknya Pellegrini. Musim ini menjadi musim terakhirnya di Etihad. Musim depan, manajemen Manchester City telah memastikan kursinya diduduki pelatih baru, Josep Guardiola.
Kondisi psikologis ini bisa membawa pengaruh yang besar. Zidane tentu bersemangat untuk melangkah lebih jauh. Dia sudah dekat sekali dengan rekor yang pernah diraih Johan Cruyff, Frank Rijkaard, Carlo Ancelotti, dan Guardiola: juara sebagai pemain maupun pelatih. Sebagai pemain, Zidane meraih tropi Liga Champions di musim 2001-2002.
Bagaimana Pellegrini? Imbas dari situasi ini bisa buruk, tapi bisa juga baik. Kepastian jabatannya diduduki Guardiola, boleh jadi membuatnya kehilangan motivasi. Namun tak tertutup kemungkinan sebaliknya. Justru bertambah semangat. Di kesempatannya yang terakhir, di panggungnya yang penghabisan, Pellegrini ingin membuktikan diri sebagai pelatih hebat yang tiada kalah berkelas dibanding Guardiola. Seperti yang pernah ditunjukkan Jupp Heynckes.
Pada musim terakhirnya di Bayern Munchen (2012-2013), tatkala manajemen klub legendaris Jerman itu telah secara resmi menunjuk Guardiola sebagai pelatih di musim selanjutnya, Heynckes malah menggila. Dia memberikan gelar Bundesliga, DFB Pokal, dan puncaknya, Liga Champions. Tiga gelar sekaligus, treble winner.
Sekarang ada Guardiola lagi. Memang seperti deja vu. Kebetulan-kebetulan yang sungguh mencengangkan dan menyenangkan hati. Dan siapa tahu pula, akhir dari kisahnya juga akan sama. Yeah... Itulah sebabnya kenapa orang menyukai sepakbola.
twitter: @aguskhaidir