Sepi Gli Azzurri Tanpa Sang Jenderal
DARI Italia lahir Catenaccio, sistem pertahanan dalam sepakbola yang paling masyhur. Sistem pertahanan gerendel, super ketat, juga sekaligus keras
DARI Italia lahir Catenaccio, sistem pertahanan dalam sepakbola yang paling masyhur. Sistem pertahanan gerendel, super ketat, juga sekaligus keras, licin, dan licik. Sistem yang membuat siapapun yang menjadi lawan akan merasa jengkel luar biasa.
Tapi Italia juga melahirkan banyak "musikus bola". Para peracik, para chef, jenderal-jenderal di lapangan tengah, yang dengan gerak kakinya dapat membuat bola melesatkan nada-nada indah bagai simfoni.
Berlebihan? Barangkali benar. Mungkin juga tidak. Untuk pemain-pemain sekelas mereka, mungkin memang tiada lagi perumpamaan yang lebih cocok.
Sebutlah misalnya Gianni Rivera dan Giampiero Boniperti. Lalu ada Revellino. Kemudian, memasuki era 1980an hingga 1990an, Italia tumpah ruah dengan pemain-pemain lini tengah, gelandang-gelandang bertalenta luar biasa dan penuh imajinasi.
Jika boleh dikerucutkan menjadi tiga saja, akan muncul nama-nama maestro ini, yang sungguh kebetulan, seluruhnya bernama depan Roberto: Donadoni, Mancini, dan Baggio.
Era berikutnya menjadi milik Francesco Totti dan Andrea Pirlo. Dibanding nama- nama terdahulu, Totti dan Pirlo memiliki karakter yang lebih unik.
Totti, selain kecemerlangannya sebagai pengatur serangan, juga merupakan seorang penuntas yang hebat. Hal yang membuatnya bisa ditempatkan sebagai gelandang dan juga ujung tombak.
Sejak tahun 1992 sampai sekarang, Totti telah bermain 601 kali untuk AS Roma dan melesakkan 248 gol. Sebelum memutuskan pensiun tahun 2006, Totti 58 kali berkostum tim nasional dan mengoleksi sembilan gol.
Totti datang dari era yang sama dengan Pirlo dan pelatih-pelatih tim nasional Italia lebih memilih Pirlo sebagai komandan utama. Sebagai gelandang tengah, Pirlo berbeda karakter dengan trio Roberto.
Ia tak piawai meliuk-liuk. Namun akurasi umpannya sungguh menakjubkan. Pirlo juga sangat hebat dalam mengatur tempo permainan. Dan satu lagi keistimewaannya, merebut bola. Saat sepakbola modern mengenalkan istilah box to box midfielder, Andrea Pirlo adalah role model-nya.
Namun era Pirlo di Gli Azzuri --julukan tim nasional Italia-- telah berakhir. Ia memang belum secara resmi mengumumkan pensiun. Tapi pascahengkang dari Juventus dan "menyepi" ke Liga Amerika Serikat, Pirlo seakan terlupakan. Mei lalu ia genap berusia 37, dan Antonio Conte, pelatih Italia, tidak memanggilnya.
Kenapa? Conte tidak mengemukakan alasannya secara spesifik. Namun pada Gazetta Dello Sport dan Football Italia, ia memuji Claudio Marchisio dan Marco Verratti.