Eric Dier Seperti Perisai dan Roket Timnas Inggris
Tiga penampilan Dier bersama Inggris di Prancis cukup mengesankan. Dia adalah pemain yang mampu menyeimbangkan permainan tim.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Siapa pemain kunci timnas Inggris di Piala Eropa 2016? Apakah sang kapten Wayne Rooney, atau top skorer Premier League, Jamie Vardy dan Harry Kane, atau kiper Joe Hart? Sosok pemain kunci Inggris di event empat tahunan benua biru tersebut ternyata adalah Eric Jeremy Edgar Dier, atau akrab disebut Eric Dier.
Tiga penampilan Dier bersama Inggris di Prancis cukup mengesankan. Dia adalah pemain yang mampu menyeimbangkan permainan tim. Perannya sebagai gelandang bertahan atau holding mildfielder cukup sempurna. Dia menjadi perisai saat Inggris dibombardir lawan dan dia pun meluncur seperti roket saat membantu penyerangan.
Cukup beralasan jika analis Dailymail, Mirror, dan Opta selalu memberikan nilai 8 dari 10 untuk penampilan impresif Dier. Bahkan di laga melawan Rusia, ketiganya kompak memberikan nilai 9 dari 10 berkat tendangan bebas melengkungnya. Di laga tersebut, Dier pun dinobatkan sebagai pemain terbaik pilihan UEFA.
Ternyata kemampuan Dier dalam memainkan perannya sebagai perisai dan roket tersebut tidak hanya didapat dari gemblengan sepak bola Inggris. Kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baiknya itu didapat dari dua kiblat sepak bola yang berbeda. Kemampuannya sebagai perisai pertahanan didapat di Inggris, sedangkan kecepatannya saat ikut membangun serangan ilmunya didapat dari Portugal.
Gelandang yang kini berkostum Tottenham Hotspur ini lahir di Cheltenham, Inggris. Pada usia sembilan tahun, tepatnya tahun 2014, ia pindah ke Portugal mengikuti orang tuanya yang bekerja di sana. Awalnya perkenalan Dier dengan sepak bola boleh dikatakan karena ketidaksengajaan. Saat itu guru olahraga di sekolahnya, Miguel Silva, melihat bakat Dier dalam bermain sepak bola. Silva yang juga merangkap sebagai pencari bakat untuk klub-klub di liga utama Portugal, Sporting League.
Tertarik dengan bakat Dier kecil, sang guru pun langsung merekomendasikannya ke salah satu klub terbaik di Portugal, Sporting Lisbon. Remaja yang lahir pada 15 Januari 1994 ini pun langsung diterima menyisihkan ratusan kandidat lainnya.
"Usia 14 tahun, aku meneken kontrak pertama sebagai siswa dengan Sporting, dan saat itulah aku menyadari bahwa yang kulakukan ini bukan sekadar bersenang-senang, melainkan hal yang serius," ujar Dier dikutip dari Sportmail.
Keseriusan Dier dalam mengasah skill bermain sepak bolanya ditunjukkan dengan keberaniannya berpisah dengan kedua orang tuanya. Saat orang tuanya pulang kembali ke Inggris pada tahun 2010, ia tetap bertahan di Portugal dan menetap di mes akademi Sporting Lisbon.
Di akademi inilah dia bermain sebagai gelandang bersama dengan para pemain yang memiliki kecepatan. Malahan di Piala Eropa 2016, dia reunian dengan teman-temannya di akademi Sporting Lisbon yang kini memperkuat timnas Portugal. Ada William Carvalho, Joao Mario, Rui Patricio, Adrien Silva, dan Andre Gomes.
“Saya tumbuh dengan beberapa pemain di skuat timnas Portugal. Saya masih sangat muda ketika Cristiano Ronaldo berada di Sporting," ujar Dier kepada Daily Star.
Dari gemblengan di akademi Sporting Lisbon itulah, kecepatan Dier dalam membantu serangan terasah karena harus mengikuti transisi permainan dari gelandang-gelandang Portugal yang terkenal memiliki kecepatan.
Pada April 2010, Dier meneken kontrak profesional pertamanya bersama Sporting. Pihak klub memang bergerak cepat untuk memagarinya karena mendapat sinyal bahwa Dier mulai diincar Arsenal, Tottenham, dan Manchester United.
Pada Januari 2011, Dier dipinjamkan ke Everton, dan sempat menjadi pemain utama di tim Everton yunior, dan di tim cadangan. Masa peminjaman selama 18 bulan itu memberinya pengalaman sangat berharga. Di Everton-lah, kemampuan Dier dalam bertahan seperti perisai mulai terasah.
"Saya datang ke tempat yang sama sekali baru, dan tak familiar (Liga Inggris). Saya benar-benar digojlok fisik, dan mental. Sepak bola Inggris jauh lebih bertenaga, mengandalkan fisik, dan bermain secara kick and rush," katanya.
Tak mau lama-lama melepaskan bakat hebat seperti Dier, Sporting kembali menariknya lagi pada Agustus 2012. Tak sampai sebulan, Dier sudah melenggang ke tim utama Sporting. Menariknya justru di beberapa laga awal Dier ditempatkan sebagai gelandang sentral, lantas ia dipatenkan menjadi bek sentral. Total, Dier melakoni 32 partai untuk Sporting, dengan mempersembahkan sebiji gol.
Aksi ciamiknya membuat sejumlah klub elite Eropa tertarik. Adalah Tottenham Hotspur yang beruntung mendapatkannya dengan bayaran empat juta pound awal Agustus 2014. "Saya selalu menikmati gaya permainan Spurs yang agresif, dan selalu menyerang. Saya pikir, pengalaman di Portugal jadi modal bagus untuk berkiprah di sini," ujarnya.
Di bawah pelatih Mauricio Pochettino, Dier mengalami transformasi yang menakjubkan. Mengapa tidak? Dier yang sebenarnya beroperasi sebagai bek tengah berubah menjadi sosok gelandang yang disegani lawan.
Dier memang memenuhi segala persyaratan untuk jadi holding miledfielder tangguh. Selain piawai duel udara karena ditunjang dengan posturnya yang terbilang tinggi yaitu 188 meter, Dier pun pandai membaca permainan, serta kuat dalam tekel.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.