Menunggu Alunan Orkestra Fernando Santos untuk Prancis
Permainan timnas Portugal lebih seperti orkestra ketimbang permainan individu. Itulah hasil karya Fernando Santos yang menukangi Portugal sejak 2014
Editor: Dewi Pratiwi
TRIBUNNEWS.COM - Kemenangan Portugal atas Wales 2-0 yang mengantar Cristiano Ronaldo dkk ke final Euro 2016 adalah bukti lain bahwa Seleccao das Quinas mampu bermain dengan disiplin tinggi.
Permainan mereka lebih seperti orkestra ketimbang permainan individu. Itulah hasil karya Pelatih Timnas Portugal Fernando Santos yang menukangi Portugal sejak September 2014.
Pelatih berusia 61 tahun itu punya mantera "Taktik adalah yang utama, kemampuan teknis nomor dua".
Sejak mengendalikan ruang ganti Portugal, Santos mengurangi ketergantungan timnya dari penyerang glamour Ronaldo, dan gelandang penuh bakat Joao Moutinho.
Hasilnya sungguh impresif. Sejak Santos menandatangani kontrak, Portugal melakoni enam laga di kejuaraan Eropa tanpa kalah sekaligus memperpanjang rekor tak terkalahkan di 13 laga kompetitif.
Akhir pekan ini, Portugal akan melakoni final kedua di turnamen mayor sejak mereka kalah di partai final Euro 2004 dari Yunani di kandang sendiri.
Santos, yang pernah melatih Timnas Yunani (2010-2014), di awal turnamen menegaskan dirinya lebih suka timnya disebut sebagai angsa yang buruk. Dia juga tidak mau minta maaf atas pilihan taktiknya.
Portugal, yang biasanya mengedepankan penguasaan bola, memainkan banyak pemain muda saat melawan Wales di semifinal. Danilo Pareira ditunjuk menggantikan William Carvalho.
Hasilnya Danilo bermain sangat efisien dalam memotong alur bola Wales yang ditujukan kepada Gareth Bale.
Danilo ditemani oleh tiga gelandang muda berkarakter menyerang Adrien Silva, Joao Mario, dan Renato Sanches. Pemain-pemain inilah yang selalu menghadirkan ancaman secara konstan.
Pelatih Wales Chris Colemen usai laga pun lebih senang berbicara soal taktik Santos ketimbang gol Ronaldo atau pun gol kedua yang lahir dari sontekan Luis Nani.
"Portugal mendapat kritik tajam terkait dengan cara mereka bermain, terlebih tidak pernah menang di babak penyisihan grup. Tapi, jika Anda sudah berada di semifinal Anda harus mempunyai sesuatu, dan Santos memilikinya," kata Coleman.
"Ini bukan soal Ronaldo semata, tapi mereka bermain secara utuh, memiliki sistem yang bagus, mempunyai rencana dan tetap fokus pada rencana itu. Ini bukan soal skill atau bakat pemain, Anda harus menjadi tim yang utuh dan saya melihat itu semua di Portugal," imbuh Coleman.
Seperti pelatih-pelatih sebelumnya, Santos hanya menurunkan skuad yang benar-benar ideal, tergantung lawan yang dihadapi.
Jose Fonte terbukti lebih solid ketimbang Carvalho, dan Cedric Soares dipilih untuk menggantikan bek kakan berpengalaman Vieirinha.
Santos bahkan berani memberi debut kepada Sanches yang masih berusia 18 tahun di perempat final melawan Polandia.
Berita Ini Juga Dimuat di HARIAN SUPER BALL, Minggu (10/7/2016)