Albania vs Spanyol: Pembuktian Diego Costa
Hasil sempurna diraih Taulant Xhaka dkk setelah mengalahkan Macedonia dan Liechtenstein. Albania pun unggul dua angka dari Spanyol dan Italia
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Setelah gagal mencetak gol dan membantu timnya meraih kemenangan atas Italia, Diego Costa siap membuktikan dirinya, dan membayar kepercayaan yang diberikan pelatih Julen Lopetegui kepadanya. Laga kontra Albania di Stadion Loro Boriçi, Senin (10/10) dinihari, dijanjikan menjadi pentas unjuk gigi striker kelahiran Lagarto, Sergipe, Brasil tersebut.
Di pertandingan kontra Italia, Costa ditarik di pertengahan babak kedua, dan digantikan oleh Alvaro Morata. Selama 67 di lapangan, penyerang 28 tahun itu tak berkutik menghadapi kokohnya pertahanan ketat ”Gli Azzurri”. Costa tercatat hanya melepaskan tiga tembakan, tanpa satupun yang mengarah ke sasaran. Spanyol sendiri akhirnya beruntung bisa mencuri satu poin berkat gol Vitolo, sebelum kemudian dibalas oleh Daniel De Rossi.
Kendati timnya gagal menang, dan Costa tak mencetak gol, nyatanya Lopetegui sama sekali tak kecewa. Sebaliknya, ia menegaskan akan tetap memainkan penyerang Chelsea itu pada laga kontra Albania, dinihari nanti. ”Costa akan tetap menjadi starter,” kata Lopetegui.
Sejak mengambil alih kursi pelatih "La Furia Roja" dari tangan Vicente Del Bosque, Lopetegui memang lebih percaya pada Costa untuk mengisi lini depan timnya, alih-alih Alvaro Morata. Sebelum pertandingan melawan Italia, Costa juga diturunkan sebagai starting XI kala Spanyol membantai Liechtenstein 8-0. Di pertandingan tersebut, mantan penyerang Atletico Madrid itu memborong dua gol.
Lopetegui seperti tak peduli pada fakta bahwa di era Vicente Del Bosque, Costa gagal menunjukkan kemampuan terbaiknya. Ia hanya mencetak satu gol dalam 11 pertandingan bersama "La Furia Roja", meski di saat bersamaan ia tampil luar biasa bersama Atletico Madrid dan Chelsea.
Setelah melempem bersama Chelsea musim lalu, yang membuatnya tak dipanggil timnas Spanyol ke Piala Eropa 2016, Costa kemudian kembali moncer pada musim ini. Sejauh ini ia sudah mencetak 6 gol dari 7 laga bersama "The Blues" di Premier League. Catatan inilah yang membuat Lopotegui yakin mantan penyerang Valladolid itu memiliki potensi untuk bersinar juga bersama tim Matador.
Costa sendiri sudah bertekad membayar kepercayaan yang diberikan Lopetegui kepadanya. "Saya ingin menunjukkan bahwa Lopetegui tak salah memilih saya. Ia telah membuat saya kembali percaya diri, sama seperti yang dilakukan De Bosque beberapa tahun lalu," ujarnya. "Saya seperti mengawali lagi era baru di bawah Lopetegui. Saya akan berlatih lebih keras lagi untuk memberikan yang terbaik," ujarnya.
Di atas kertas, peluang Costa mencetak gol ke gawang Albania cukup besar. Begitu pula dengan peluang Spanyol mengalahkan tim negara Balkan tersebut. Bagaimana tidak, dari lima kali duel, Spanyol selalu menjadi pemenang. Rekor mencetak gol dan kebobolannya pun sangat jomplang. Dari lima pertemuan, Spanyol mencetak 24 gol dan hanya kebobolan dua gol.
Namun demikian Sergio Ramos dkk tak boleh besar kepala dulu. Fakta menunjukkan bahwa tim yang akan mereka hadapi bukanlah tim yang sama seperti yang mereka kalahkan terakhir kali pada tahun 1993 silam. Di tangan pelatih Giovanni De Biasi, Albania perlahan kini menjelma menjadi kekuatan baru di sepakbola Eropa.
Pada perhelatan Piala Eropa 2016, racikan tangan pelatih asal Italia itu mampu membawa Albania berada di peringkat ketiga grup A. Meski tak lolos ke babak 16 besar, Albania mampu mengejutkan dengan mengalahkan Rumania.
Di kualifikasi Piala Dunia 2018 Albania saat ini juga memimpin klasemen grup G. Hasil sempurna diraih Taulant Xhaka dkk setelah mengalahkan Macedonia dan Liechtenstein. Albania pun unggul dua angka dari Spanyol dan Italia yang sama-sama baru mengumpulkan nilai empat.
De Biasi sendiri menyebut perjalanan timnya lolos ke Piala Dunia 2018 masih jauh. Namun demikian, pelatih berusia 60 tahun itu punya mimpi besar membawa Albania lolos pertama kalinya ke pentas tertinggi sepakbola dunia itu. "Jalan menuju Piala Dunia akan sangat keras. Kami harus bekerja keras untuk bisa lolos. Target kami adalah mengalahkan Israel, Macedonia, dan Liechtenstein. Melawan Spanyol dan Italia mungkin agak sulit. tapi kami tak akan menyerah," kata mantan pelatih Udinese itu.