Selamat Jalan GH Sutejo
Orang baik selalu pergi mendahului. Ini perumpamaan yang sering disampaikan untuk mereka yang menghadap Sang Khalik secara mengejutkan.
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Orang baik selalu pergi mendahului. Ini perumpamaan yang sering disampaikan untuk mereka yang menghadap Sang Khalik secara mengejutkan. Kesan itu pula yang mengiringi kepergian Gatot Hariyo Sutejo.
Mantan pemain PSSI Binatama, Ketua Pengcab PSSI Jakarta Timur selama beberapa periode dan masih dijabatnya, dan kini mengemban amanah sebagai Ketua Bidang Perencanaan & Pengembangan PSSI di era kepemimpinan Pangkostrad Edy Rahmayadi, telah dipanggil menghadap Sang Pencipta Jumat (7/4) sekitar pukul 08.15 WIB.
Almarhum H.DR. Gatot Hariyo Sutejo bin H.Mulyono, lahir 24 Agustus 1961, wafat 7 April 2017, dimakamkan Bada Ashar di TPU Kebon Pala, kawasan Kampung Makassar, Jakarta Timur. Di situ pula almarhum ibunya dimakamkan, dan kemudian putra kesayangannya, Septian Duta Andika.
Tejo, sapaan akrabnya, terkena serangan jantung setelah menunaikan Sholat Subuh bersama istrinya di kediaman mereka di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Ia lalu dilarikan ke rumah sakit jantung Harapan Kita. Namun, Tuhan kemudian memanggilnya di sana.
Almarhum meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Dimas, anak lelaki keduanya, tahun ini baru kuliah di Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang, Jatim. Dimas menjadi tumpuan hatinya setelah Septian Duta Andika, putra tertuanya, sudah lebih dulu mendahului dipanggil Sang Khalik pada 8 Februari 2017 lalu.
Kamis (6/4) malam, almarhum bersama istri dan keluarga besar mereka masih berkumpul bersama di rumah ibunya di Lubang Buaya 61, berhadapan dengan rumah yang ditempatinya bersama istrinya.
Sudah dua pekan ini setiap Kamis malam ada tahlilan untuk memunajatkan zikir dan doa kepada almarhum Dika, sapaan akrab Septian Duta Andika yang baru berusia 23 tahun, lahir 19 September 1993 di Solo.
Tahlilan Kamis malaman itu memperpanjang shalawat, zikir dan doa bagi almarhum Dika yang selama 40 hari berturut-turut sebelumnya digelar GH Sutejo, wujud kecintaan luar biasa mereka pada si sulung Dika yang tengah menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta.
Sudah beberapa bulan ini pula almarhum GH Sutejo menggelar pengajian dan zikir di kediamannya, setiap Sabtu. Untuk itu almarhum mengundang sahabat-sahabatnya, baik dari kalangan mantan pemain nasional, wartawan, teman-teman lamanya semasa bersekolah, dan karyawan dari Kantor Pelayanan & Penyidikan Bea Cukai A (KPPBCA), Bogor, tempat terakhir ia berlabuh.
"Saudara, sahabat, teman-teman, sudah saatnya kita lebih mengutamakan kecintaan pada Allah SWT. Untuk itu diharapkan kehadirannya pada acara pengajian dan zikir...," demikian kalimat yang kerap dituliskan almarhum pada undangan melalui grup whatssapp.
Hari ini, kerabat dan seluruh sahabatnya berdatangan ke rumah duka sejak pagi hari, sebagian ada yang langsung ke RSJ Harapan Kita. Mereka serasa tidak percaya, kepergiannya demikian tak terduga. Beberapa pengurus teras PSSI datang ke rumah duka, antara lain Wakil Ketua Umum Joko Driyono, Dodik Wijanarko.
Beberapa anggota Exco PSSI turut mengantar almarhum hingga ke peristirahatan terakhirnya di TPU Kebon Pala, Kampung Makassar, antaranya Gusti Randa, serta pembina Persija Jakarta Ferry Paulus, dan Wakil Sekjen PSSI Vani Irawan.
Ucapan belasungkawa dengan nuansa kesedihan yang mendalam disampaikan mantan-mantan pemain nasional, terutama yang satu angkatan dengannya di tim PSSI Binatama.
Alarhum GH Sutejo sempat lama menekuni sepakbola, bergabung di klub Angkasa, yang bermaterikan anak-anak muda dari keluarga TNI-AU. Almarhum terpilih dalam tim nasional yang dikenal dengan nama PSSI Binatama, yang antara Oktober 1979 hingga Mei 1980 berlatih di Brasil.