Polisi Ungkap Awal Mula Bentrok dengan Suporter di Gunungkidul
Akibat kerusuhan tersebut, dua orang anggota Polres Gunungkidul terluka, satu sepeda motor milik kepolisian dibakar habis oleh suporter.
Editor: Ravianto
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Bentrokan suporter versus polisi yang terjadi di Bunderan Siyono, Playen, Gunungkidul, bermula ketika pertandingan tandang antara Persis Solo dengan Persiba Bantul di Stadion Sultan Agung, pada Minggu (7/5/2017).
Salah satu pihak Suporter membentangkan spanduk yang menjelekkan nama salah satu kesebelasan di Yogyakarta.
Pihak suporter yang merasa dijelekkan nama kesebelasannya pun marah, dan menggerakkan ratusan massa untuk menghadang salah satu suporter yang dimaksud.
Sebanyak 500 orang berusaha mengejar suporter yang hendak pulang ke Solo, melalui Gunungkidul.
"Kita sudah antisipasi bahwa ada rencana penghadangan suporter salah satu kesebelasan di Solo, dapat arahan dari polda, suporter solo kami amankan lewat Gunungkidul, Panggang," ujar Kepala Polisi Resort Gunungkidul, AKBP Muhammad Arif Sugiyarto, Senin (8/5/2017).
Namun, pihak Polres Gunungkidul bersama TNI melakukan penghadangan di Bunderan Siyono, Playen, Gunungkidul, Minggu (7/5/2017) malam, sampai akhirnya bentrok antara suporter dan polisi tidak dapat terhindarkan.
"Kita mencegat di Bundaran Siyono, supaya tidak ketemu suporter dari Solo, tetapi mereka tidak mau menuruti perintah petugas, untuk kembali dan tidak melakukan tindakan pidana, tetapi mereka melawan petugas, sampai akhirnya terjadi insiden," ujar Arif.
Akibat kerusuhan tersebut, dua orang anggota Polres Gunungkidul terluka, satu sepeda motor milik kepolisian dibakar habis oleh suporter. Beberapa fasilitas umum juga mengalami kerusakan.
Sementara itu, Presiden Brajamusti, Rahmat Kurniawan, mengatakan, insiden yang terjadi Minggu (7/5/2017) malam dipicu oleh ulah suporter Solo yang merusak atribut PSIM, membalik bendera PSIM, menulis tulisan yang mengolok-olok PSIM di papan skor dan juga melakukan provokasi dengan nyanyian rasis dan ejekan.
Ia menganggap insiden yang terjadi tidak dilakukan Brajamusti karena semua elemen warga DIY terlibat. Hal ini dikatakannya gejolak reaksi yang timbul dari warga DIY pasca kedatangansuporter Persis Solo.
"Kami sangat menyayangkan terjadinya insiden ini. Kami pun sudah menjalin komunikasi dengan kepolisian dari Polda higga Polres terkait kasus ini," ujar Rahmat.
Citra Pariwisata
Di sisi lain, Ketua DPRD Kabupaten Gunungkidul, Suharno, menyayangkan, terjadinya kerusuhan suporter yang terjadi Gunungkidul sampai membuat masyarakat menjadi resah.
Ia pun meminta kepada pihak kepolisian agar bertindak tegas terhadap pelaku-pelaku kerusuhan, karena dapat mencoreng nama baik dan memperburuk citra pariwisata dari Gunungkidul.
"Warga Gunungkidul resah, atas kejadian ini, kami mendukung pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini. Jangan sampai keluar, dan citra pariwisata Gunungkidul menjadi tercoreng," ujar Suharno. (*)