Kisah Wasit Cilik Isaac Popo, Kartu Kuningnya Dipakai Howard Webb di Piala Dunia
Sejak kecil, bocah asal Kota Gbarnga, Liberia ini tak tertarik bermain bola, melainkan menjadi seorang pengadil lapangan.
Penulis: Aji Bramastra
TRIBUNNEWS.COM - Pada umumnya, anak-anak penggemar sepakbola tentu akan menjadikan pemain bola seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo, misalnya, sebagai pahlawannya.
Tapi hal itu tidak berlaku bagi Isaac, seorang bocah 14 tahun asal negara miskin Afrika, Liberia.
Pahlawannya di lapangan hijau justru Howard Webb, si wasit plontos nan dengan tatapan mata tajam asal Inggris.
Ya, kisah Isaac yang diangkat di BBC.co.uk, memang unik.
Sejak kecil, bocah asal Kota Gbarnga, Liberia ini tak tertarik bermain bola, melainkan menjadi seorang pengadil lapangan.
Semua bermula ketika Isaac menonton latihan sepakbola di sebuah rumah singgah anak-anak miskin.
Latihan itu dipimpin oleh seorang pelatih bola bernama Timothy "Gapsi" Kromah.
Saat itu Isaac masih berusia 9 tahun.
Saat mengawasi anak-anak didiknya bermain bola, Gapsi sekaligus bertindak sebagai wasit.
Isaac kemudian berdiri di pinggir lapangan, sambil membawa sebilah kayu pendek.
Tanpa diminta oleh Gapsi, ia bertingkah sebagai seorang hakim garis.
Tiap kali bola keluar atau terjadi pelanggaran, Isaac akan mengangkat kayunya itu tinggi-tinggi, persis seperti laga Liga Inggris profesional yang ia saksikan di layar televisi.
Gapsi tertarik melihat Isaac.
Usai latihan, ia bertanya ke bocah itu.
Gapsi mengingat, saat itu Isaac menangis menceritakan kondisi keluarganya.
Ayahnya telah meninggal, sementara ibunya hanya penyandang disabilitas yang mengalami lumpuh.
"Aku lalu memintanya untuk datang ke latihan pada esok harinya," ujar Gapsi.
Isaac datang, tapi Gapsi tidak memintanya untuk jadi pemain bola.
Melainkan tetap sebagai seorang wasit.
"Bocah ini, mulai hari ini akan jadi wasit. Kalau ada yang tak menghormati dia, kalian semua tak menghormati aku. Semua yang dia putuskan harus kalian hormati, atau kalian keluar dari tim,"ujar Gapsi kepada anak-anak didiknya.
Isaac kemudian mulai menjadi wasit, dan kemampuannya terus berkembang.
Dari menjadi wasit di laga anak-anak, Isaac dipromosikan Gapsi menjadi wasit laga orang dewasa.
Dia kemudian sering dipanggil Isaac Popo.
Nama terakhir itu diberikan karena suara peluitnya yang khas.
Yang menarik, adalah pengakuan Isaac kepada Gapsi.
Dia mengaku sangat mengidolakan Howard Webb sebagai panutan dalam menjadi wasit.
Kisah Isaac Popo ini terdengar pula sampai telinga Howard Webb di Inggris.
Howard Webb terkesan, lalu menulis surat dukungannya terhadap Isaac.
Ia bahkan memberi Isaac kartu kuning yang dia pakai saat memimpin Piala Dunia.
Kartu kuning itu, sampai sekarang, dipakai oleh Isaac di setiap laga yang dia pimpin... (*)