SOS Bongkar Strategi yang Dimainkan PSSI Di tengah Upaya Polisi Investigasi Mafia Bola
Save Our Soccer (SOS) angkat bicara soal kasus pengaturan skor yang kini tengah ditumpas oleh Satgas Antimafia Bola bentukan Polisi Republik Indonesia
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Save Our Soccer (SOS) angkat bicara soal kasus pengaturan skor yang kini tengah ditumpas oleh Satgas Antimafia Bola bentukan Polisi Republik Indonesia (Polri).
SOS pun coba membongkar strategi apa yang tengah dimainkan PSSI. Hal itu terlihat dari rilis SOS yang diterima Tribunnews, Selasa (5/2/2019).
Alih-alih bekerja cepat memutus mata rantai pelaku matchfixing dan manipulasi pertandingan lewat Komite Adhoc Integritas yang dipimpin Ahmad Riyadh dan Azwan Karim, PSSI malah mengalihkan isu.
Mereka menggunakan strategi lama: menakuti publik dengan sebutan intervensi yang diarahkan ke sanksi FIFA. Cara yang digunakan sejak era Nurdin Halid, Djohar Arifin Husen, La Nyalla Mattalitti, dan paska mundurnya Edy Rahmayadi.
Bahasa yang lagi ngetrend saat ini diistilahkan Firehouse Of Falsehood. Teori membakar rumah yang membuat semua ketakutan.
Berharap satgas anti mafia bola yang dipimpin Hendro Pandowo dan Krishnamurti menghentikan investigasinya terkait mafiabola yang mulai menyentuh tokoh-tokoh sentral.
Firehose of Falsehood adalah teknik propaganda dengan 2 karakteristik: adanya informasi dengan intensitas tinggi; dan penyebaran informasi yang sebagian benar, atau bahkan fiksi. Firehose of Falsehood mempunyai 4 strategi utama, 1. Kontroversi dan provokasi yang massif dengan sumber berita beragam, 2. Repetisi pesan yang cepat dan konsisten, 3. Mengabaikan data dan fakta dan 4. Isi pesan yang inkonsisten atas substansi.
Ada informasi yang dihilangkan selama ini. Saat PSSI di banned FIFA pada 2015 itu bukan karena intervensi. Tapi, atas pengaduan dan permintaan PSSI sendiri.
Silakan tela'ah sanksi banned FIFA yang dijatuhkan ke sejumlah negara. Semua diawali dari pengaduan dan permintaan federasi yang bersangkutan. Nah, untuk yang dilakukan Satgas Anti mafia bola sangat sulit mengarahkan ke Intervensi.
Maklum, polisi tak masuk ke ranah football family, tapi ke hukum pidana yang harus ditegakkan. FIFA sudah mengalaminya di era Sepp Blatter saat banyak kasus korupsi yang terjadi. Jadi, ini Propaganda saja!
Penggeledahan yang dilakukan satgas ke kantor PSSI bukan hal baru. Pada medio Juli 2017, kepolisian Spanyol menyerbu markas federasi Spanyol.
Angel Maria Villar dan putranya ditahan karena terbukti korupsi. Dua bulan sebelumnya polisi menggeledah markas federasi Ceko dan menahan Miroslav Pelta. Juga menyambangi markas FC Jablonec, klub milik Pelta.
Tidak ada satu pun berujung saknsi.
“Jadi, masifnya ancaman sanksi FIFA adalah untuk menakut-nakuti publik sepakbola Indonesia saja yang fobia terhadap kata intervensi,” kata Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (SOS).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.