Tristan Alif Wonderkid Indonesia Dilirik Klub Eropa Lagi. Banyak Pihak Harus Bantu
Perjuangan Alif untuk mendapatkan kesempatan itu tidak mudah dan membutuhkan bantuan banyak pihak
Penulis: Abdul Majid
Editor: Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sungguh terjal perjalanan seseorang untuk menjadi hebat.
Demikian gambaran perjuangan pesepakbola muda berbakat Indonesia Tristan Alif Naufal.
Setelah sempat mendapat kesempatan menimba ilmu sepak bola di klub-klub Eropa beberapa tahun lalu, remaja berusia 14 tahun itu kembali mendapatkan kesempatan langka ini.
Namun demikian, perjuangan Alif untuk mendapatkan kesempatan itu tidak mudah dan membutuhkan bantuan banyak pihak.
"Alif dapat undangan dari sebuah akademi di Eropa. Dia harus ada di sana tanggal 20 Mei nanti," tutur Ivan Trianto, ayah Alif, kepada Tribun Network saat ditemui di kediamannya di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Rabu (8/5/2019) malam.
Nama Tristan Alif naik daun ketika dia berusia tujuh tahun karena aksi-aksinya mengolah si kulit bundar viral di media sosial.
Pep Guardiola, seorang pelatih papan atas dunia, bahkan pernah menyaksikan secara langsung kemampuan Alif memainkan bola saat berkunjung ke Indonesia beberapa tahun lalu.
Kemampuan Alif mengundang ketertarikan Ajax Amsterdam, sebuah klub raksasa Belanda.
Pada tahun 2015 Alif pernah mendapatkan undangan untuk berlatih di akademi Ajax Amsterdam. Alif juga sempat menjajal pengalaman berlatih bersama akademi Feyenoord Rotterdam (Belanda) dan Leganes (Spanyol).
Kini Alif kembali mendapatkan kesempatan untuk kembali menembus persepakbolaan Eropa.
Alif mendapat undangan berlatih dari akademi sebuah klub Eropa yang namanya masih dirahasiakan.
"Pastinya senang. Terakhir berangkat 2016. Akhirnya bisa berangkat lagi tahun ini," ungkap Alif.
Tiga tahun berselang setelah menimba ilmu sepak bola di Eropa, Tristan Alif tetap menjaga kemampuannya.
Sulung dari lima bersaudara itu terus berlatih untuk mengasah kemampuan individunya, baik secara mandiri maupun di sekolah sepak bola tempat dia bergabung.
Menu latihan yang Alif lahap tidak sembarang.
Alif mengikuti modul latihan yang dia dapatkan dari akademi Ajax Amsterdam, bahkan termasuk bagaimana menjaga asupan gizi dari makanan.
"Saya main di (SSB, red) ASSIOP dan latihan pribadi. Kalau pribadi saya latihan sendiri karena punya modul latihan dari Ajax. Makanan juga harus dijaga, apalagi juga dapat modul dari Ajax soal makanan. Pokoknya untuk perbaikan gizi," tutur Alif.
Alif memiliki cita-cita untuk membela tim nasional Indonesia.
Saking cintanya kepada sepak bola, Alif menghabiskan aktivitasnya sehari-hari untuk berlatih sepak bola.
Alif tidak pernah absen berlatih selama sepekan penuh.
"Kalau di luar agenda latihan ASSIOP, saya empat kali latihan sendiri, pagi dan sore," kata Alif.
Kegigihan Alif untuk berlatih terbantu oleh sistem pendidikan yang dia ikuti. Alif mengikuti home schooling sehingga bisa mudah mengatur jadwal berlatih sepak bola.
Alif biasa berlatih pada pagi hari lalu sekolah.
Setelah sekolah, Alif beristirahat lalu kembali berlatih sepak bola pada sore hari.
"Jadi total itu delapan kali latihan dalam seminggu. Kalau di ASSIOP seminggu tiga kali," tutur Alif.
Melalui latihan yang dia jalani, Alif merasa mengalami peningkatan kemampuan teknik sepak bola.
Alif kini siap kembali berlatih di akademi-akademi klub Eropa yang menurut dia memiliki perbedaan dari akademi atau sekolah sepak bola yang ada di Indonesia.
"Sekarang saya butuh dukungan dari berbagai pihak agar Alif bisa ke sana. Biaya untuk ke sana tidak sedikit," ungkap Ivan.
Perjuangan Alif untuk menimba ilmu sepak bola di Eropa terkendala biaya.
Mengingat statusnya sebagai anak di bawah umur, maka Alif harus didampingi oleh keluarganya selama tinggal di Eropa.
"Sebenarnya kalau Alif dapat kepastian, nanti di sana semua biaya akan ditanggung oleh akademi. Kalau sekarang perkiraannya hanya untuk keberangkatan Alif dan tinggal di sana," papar Ivan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.