Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Superskor

Kurniawan Dwi Yulianto Sebut Legenda Persebaya Surabaya Sebagai Bek Paling Sulit Dilewati

Kurniawan pun menyebut Legenda Persebaya Surabaya, Bejo Sugiantoro sebagai bek yang paling sulit dilewati saat keduanya berduel.

Penulis: Rochmat Purnomo
Editor: bunga pradipta p
zoom-in Kurniawan Dwi Yulianto Sebut Legenda Persebaya Surabaya Sebagai Bek Paling Sulit Dilewati
TRIBUN/HO
Ilustrasi - Kurniawan Dwi Yulianto Sebut Legenda Persebaya Surabaya Sebagai Bek Paling Sulit Dilewati 

TRIBUNNEWS.COM - Pelatih Sabah FA sekaligus Legenda Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto memiliki lawan yang sulit ia hadapi di atas lapangan hijau.

Saat masih aktif menjadi pesepak bola yang berperan menempati posisi striker tentu Kurniawan Dwi memiliki sosok lawan sulit.

Sebagai seorang striker, pasti lawan sulit untuk dihadapi seperti pemain bertahan atau penjaga gawang yang memiliki kualitas mumpuni.

Kurniawan pun menyebut Legenda Persebaya Surabaya sebagai bek yang paling sulit dilewati saat keduanya berduel.

Legenda Persebaya Surabaya yang dimaksud tersebut ialah Bejo Sugiantoro.

Pelatih Persebaya, Bejo Sugiantoro.
Pelatih Persebaya, Bejo Sugiantoro. (SURYAOnline/Habibur Rohman)

Baca: Alasan Persebaya Surabaya dan Persib Bandung Tidak Setuju Aturan Penghapusan Degradasi

Baca: Pelatih Persebaya Surabaya, Aji Santoso, Khawatir Apabila Liga 1 2020 Kembali Bergulir

"Defender lokal yang saya gak suka dalam artian sulit dilewati itu Bejo Sugiantoro." kata Kurniawan Dwi Yulianto dikutip dari realase yang diterima Tribunnews, Jumat (5/6/2020).

Kurniawan sendiri menyukai tipikal bek yang bermain keras dan itu ada dalam diri Bejo Sugiantoro.

Berita Rekomendasi

Menurut pelatih kelahiran 13 Juli 1976 tersebut setiap bek yang memiliki permainan keras akan lebih mudah untuk menghilangkan fokusnya.

Namun untuk Legenda Persebaya Surabaya ini, Kurniawan mengakui bahwa ia dapat dengan mudah membaca pergerakan yang akan dilakukukannya.

"Saya sukanya dengan bek-bek mainnya keras, karena jadi mudah menghilangkan fokus mereka."

"Namun beda dengannya. Saya sendiri tipikal pemain yang mikir dan Bejo Sugiantoro juga sama. Itu yang mmebuatnya tak jarang mudah membaca pergerakan saya." ungkapnya.

Kurniawan Dwi Yulianto
Kurniawan Dwi Yulianto (ultraspfcbilal.blogspot.com)

Meskipu demikian, Bejo Sugiantoro dan Kurniawan Dwi Yulianto pernah menjadi satu tim di Persebaya Surabaya.

Tepatnya pada tahun 2004, dimana mereka berdua menjadi saksi Persebaya Surabaya merengkuh gelar juara Liga Indonesia.

"Jadi saat saya dan Bejo disatukan di tim Persebaya itu seperti berkah, buktinya kami bisa menjadi juara." jelas pelatih kelahiran Magelang.

Selain itu Kurniawan juga memiliki cerita bagaimana awal mulanya menggandrungi sepak bola.

Mantan penyerang Timnas Indonesia tersebut mengaku awal mula menyukai sepak bola dari menonton tayangan Piala Dunia pada tahun 1982.

Saat menonton Piala Dunia 1982 tersebut, Kurniawan melihat aksi yang ditunjukan oleh Diego Maradona bersama Timnas Argentina.

Berawal dari menonton Maradona tersebut, pelatih asal Magelang ini mengaku mulai berpikiran untuk menjadi pesepak bola profesional agar dapat tayang di televisi.

Baca: Kurniawan Dwi Yulianto Sempat Ingin Berhenti Main Bola, Motivasi sang Ibu Buatnya Buktikan Kualitas

Baca: Pesan Khusus Kurniawan Dwi Yulianto Kepada Pemain Garuda Select yang Lanjutkan Karier di Eropa

"Waktu sekitar tahun 1982, jadi waktu itu saya nonton Piala Dunia di tv ada maradona."

"Saya selalu kepikiran dan mulai dari situ ingin masuk tv. Ingin keluar negeri untuk berkarier sebagai pesepak bola." katanya.

Kurniawan pun menyadari bahwa awal mula ia menggandrungi sepak bola adalah dari menonton tayang pertandingan di televisi.

Ia pun juga menegaskan Maradona bukan lah pemain sepak bola yang ia favoritkan atau pun menjadi role model.

Namun nama Maradona tersebut berasal dari ingatan nya kala pertama kali menonton pertandingan sepak bola Piala Dunia 1982 melalui tayangan televisi.

Baca: Kurniawan Dwi Yulianto Yakini Para Pesepak Bola Rindukan Aroma Rumput Lapangan Hijau

Baca: Melalui Yayasan Miliknya, Ibunu Jamil Gandeng Kurniawan Dwi Yulianto Buka Donasi untuk Hadapi Corona

"Mimpi awal suka bola karena nonton bola di tv. Di dalam keluarga saya tidak ada satupun yang berdarah atlit." tutur pelatih kelahiran 13 Juli 1976.

"Sebenarnya bukan mengidolakan Maradona. Itu karena ingatan saat masih anak kecil dan selalu tergiang pertandingan Piala Dunia." akunya.

Kurniawan Dwi Yulianto sendiri berhasil membuktikan bahwa mimpinya sebagai pesepak bola telah sukses ia tunjukan.

Pada awal kariernya dia sempat bermain di tim remaja Sampdoria sebelum kemudian pindah ke FC Luzern di Swiss akibat masalah dengan PSSI.

Pemain yang akrab dipanggil "Ade" dan juga sering dijuluki "Kurus" karena posturnya yang kecil ini sudah banyak memperkuat klub di Liga Indonesia seperti, PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta dll.

Prestasi nya pun juga ditunjukan bersama Timnas Indonesia dengan menjadi pencetak gol terbanyak kedua dalam timnas sepak bola Indonesia dengan 31 gol setelah Bambang Pamungkas (34 gol).

Baca: Legenda Timnas Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto Resmi Melatih Klub Malaysia

Baca: Persija Jakarta Punya Banyak Pemain Berkualitas kata Kurniawan Dwi Yulianto

Setelah pensiun dari dunia kulit bundar, Kurniawan pun melanjutkan perjuangannya dengan menekuni dunia kepelatihan.

Karier kepelatihan Ade pun dilirik oleh PSSI dan membuatnya sempat menangani Timnas Indonesia.

Ia tercatat pernah menjabat asisten pelatih Timnas Indonesia dan Timnas Indonesia U23 sejak 2018.

Bahkan ia juga sempat mendampingi Egy Maulana dkk hingga meraih medali Perak di SEA Games 2019.

Sukses meraih medali Perak di SEA Games 2019, Kurniawan pun melanjutkan kariernya dengan bergabung di salah satu klub Malaysia.

Legenda Timnas Indonesia ini pun telah resmi melatih Sabah FA sejak Desember lalu untuk mengarungi Liga Super Malaysia.

Karir Remaja:

1993–1994 Sampdoria Primavera

Karir Senior : 

1994–1995 FC Luzern 12 (3)

1995–1999 Pelita Bakrie 36 (18)

1999–2001 PSM Makassar 58 (37)

2001–2003 PSPS Pekanbaru 50 (28)

2003–2004 Persebaya Surabaya 28 (14)

2004–2005 Persija Jakarta 18 (10)

2005–2006 Sarawak FA 31 (29)

2006–2007 PSS Sleman 16 (11)

2007–2008 Persitara 32 (14)

2008–2009 Persisam Putra Samarinda 22 (10)

2009–2010 Persela Lamongan 24 (7)

2010–2011 Tangerang Wolves F.C. 16 (6)

2011–2012 Pro Duta FC 27 (9)

2012–2013 Persipon Pontianak 18 (9)

Tim nasional

1995–2005 Indonesia 59 (33)

***Tahun Tim Tampil (Gol)

Karir Kepelatihan

2018 Indonesia (asisten)

2019– Indonesia U-23 (asisten)

(Tribunnews.com/Ipunk)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Klub
D
M
S
K
GM
GK
-/+
P
1
Persib
16
11
5
0
29
11
18
38
2
Persebaya
17
11
4
2
22
13
9
37
3
Persija Jakarta
17
9
4
4
25
16
9
31
4
Arema
17
8
4
5
27
21
6
28
5
Bali United
16
8
3
5
24
15
9
27
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas