Tiga 'Mastermind' di Balik Taktik Jenius Juergen Klopp
Bak gayung bersambut, kekalahan Liverpool di final Liga Champions rupanya hasil dari perpisahan Klopp dengan Buvac.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom

TRIBUNNEWS.COM - Wajar jika Juergen Klopp, dianggap fans Liverpol sebagai pahlawan karena membawa tim asuhannya menjuarai Liga Inggris atau Premier League 2019-2020.
Selam 30 tahun, baru dia pelatih Liverpool, yang sukses mengangkat trofi Premier League.
Sebelum itu, Klopp juga berhasil membawa The Reds meraih treble gelar internasional dalam setahun. Liverpool berhasil menjadi juara Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub pada 2019.
Dengan prestasi yang diraih, Juergen Klopp mendapat banyak pujian karena dianggap mampu mengangkat kembali wajah Liverpool sebagai klub besar.
Namun, di balik kegeniusan Juergen Klopp, terdapat sosok yang mampu menerapkan visi misi pelatih asal Jerman itu untuk membawa Liverpool jadi tim juara musim ini.
Baca: Penantian Panjang 30 Tahun Liverpool untuk Juara Liga Inggris Lagi: 9 Pelatih, 239 Pemain
Baca: Viral Joget Ala Pelatih Liverpool Juergen Klopp: Tumpahkan Semua Kegembiraan di Lantai Dansa

Sosok yang mendukung Juergen Klopp memoles Liverpool adalah Zeljko Buvac, Peter Krawietz, dan Pep Ljinders.
Ketiga orang tersebut adalah orang-orang yang berada di balik layar Liverpool bersama dengan Klopp.
Awal perjalanannya, Klopp datang ke Anfield bersama dengan Buvac dan Krawietz.
Ketiganya memang dikenal sebagai tiga serangkai yang selalu bekerja bersama dalam satu klub.
Klopp beserta dua rekannya tersebut pernah bekerja bersama saat ketiganya masih menangani klub Jerman, FS Mainz dan Borussia Dortmund.
Baca: Satu-Satunya Hal yang Liverpool Kalah dari Manchester United Musim Ini

Buvac lebih dikenal sebagai "otak" dari Klopp berkat keahliannya dalam hal menyusun detail taktik yang akan digunakan oleh The Reds.
Sementara itu, Krawietz dikenal sebagai "mata" dari Klopp karena kemampuannya dalam menganalisis pertandingan dan kemampuan lawan.
Kinerja tiga serangkai tersebut terbukti ampuh setelah pada musim pertama Klopp di Liverpool, tim asuhannya mampu lolos ke babak final Liga Europa.
Semusim berselang, tepatnya pada 2016-2017, kolaborasi ketiga orang hebat itu kembali membuahkan hasil dengan membawa Liverpool finis di peringkat empat besar.