Marzuki Badriawan Sebut Gaji Era Galatama Ditentukan Lewat Prestasi
Memulai karir profesionalnya pada usia 18 tahun, dengan membela Lampung Putra tahun 1988-1990 pada kompetisi era Galatama, kemudian hijrah ke Mitra Su
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Marzuki Badriawan, sosok legenda timnas Indonesia.
Memulai karir profesionalnya pada usia 18 tahun, dengan membela Lampung Putra tahun 1988-1990 pada kompetisi era Galatama, kemudian hijrah ke Mitra Surabaya hingga tahun 1998, sebelum akhirnya memperkuat Persebaya tahun 1998 hingga 2002.
Selanjutnya secara berurutan, ia memperkuat Persela Lamongan, Persekabpa Pasuruan, Gresik United, dan Mitra Kukar.
Bicara soal ekonomi, atau sistem penggajian pemain, Marzuki pun mengalami dua fase jenis penggajian.
"Era Galatama, gaji pemain didasarkan pada prestasinya. Tentu tidak seperti saat ini. Dulu gaji sampe Rp 200 atau Rp 300 ribu per musim, dan saya mengalami itu," ucapnya kepada Warta Kota belum lama ini.
Lanjutnya, memasuki tahun 1995 lah penggajian pemain mulai berubah, dimana kala itu di Indonesia ada Liga Dunhill.
Namun, prestasi tetap jadi acuannya.
"Pemain yang label nasional baru dapat gaji Rp 1 juta, tapi untuk pemain yang levelnya di klub, tetap sesuai prestasi. Besar kecilnya gaji tergantung prestasi. Ada Rp 300 ribu, Rp 400 ribu," tutupnya.
Masuk ke era 2000-an, Marzuki pun merasakan kontrak ala pemain ala saat ini. Penggajian tak lagi seperti era Galatama lalu.