Pemain Garuda INAF Ini Bercerita Bagaimana Bangkit dari Masa Sulit
Mendengar sepak bola amputasi tentu erat kaitannya dengan keterbatasan fisik. Ya, Anwar telah kehilangan kaki kirinya kala berusia 10 tahun.
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Namanya Ahmad Anwar, lahir di Pekanbaru, Riau 27 Juli 1992. Saat ini dirinya bermain untuk tim sepak bola amputasi Indonesia yang bernama Garuda INAF.
Mendengar sepak bola amputasi tentu erat kaitannya dengan keterbatasan fisik. Ya, Anwar telah kehilangan kaki kirinya kala berusia 10 tahun.
Ia masih ingat betul awal dirinya mengalami kebakaran hebat di kakinya.
"Dulu awalnya saya mengalami luka bakar dari lampu teplok, saat itu saya tidur karena kecapekan main layangan, saya memakai celana yang ada karetnya, dan tidur dengan kaki yang tak jauh dari lampu teplok. Akhirnya, kaki saya menyentuh lampu dan pecah, dan kaki terbakar. Saya terbangun karena merasakan panas, saat sadar, saya lihat kaki saya sudah terluka parah," ucapnya dengan sedih.
Lanjutnya, ia menceritakan bagaimana dasyatnya luka bakar yang dialaminya, hingga membuat luka yang terlihat di tulang kakinya.
Namun, saat itu ia belum diamputasi. Selama delapan tahun ia mencoba pengobatan altenatif namun luka bakarnya tak kunjung membaik.
Akibatnya, tahun 2010 ia mengiyakan untuk diamputasi.
"Satu sisi saya tidak kuat lagi menahan panas, dan setiap gerak harus merayap. Parahnya lagi, kala itu lukanya bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Saya pun rela diamputasi," kenangnya.
Setelah diamputasi, dirinya seakan menghirup udara segar.
Saat itu, usianya sudah 18 tahun. Namun, pertama kali keluar rumah untuk bermain, bukanlah penerimaan yang ia dapatkan.
"Si buntung. Orang memanggil saya dengan nama itu. Lebih dari semingguan. Tapi saya tidak dendam. Saya pasrah dan mencoba cuek, sehingga akhirnya mereka berhenti menyebut nama buntung," kisahnya.
Perkataan negatif orang-orang tidak ia hiraukan. Waktu bertahun-tahun yang ia lalui sendirian di rumah seakan membentuk dirinya menjadi pribadi yang cuek.
Tahun 2011, setahun setelah diamputasi, Anwar memberanikan diri untuk mencari pekerjaan serabutan. Awalnya dirinya termenung di tempat cuci motor temannya.
Akhirnya, ia ditawari untuk mencuci motor dengan sistem bagi hasil.
Pekerjaan itu membangkitkan kepercayaan dirinya.
"Pertama ibu saya langsung senang dan bangga. Akhirnya saya mampu bekerja. Saya pun mendapat dukungan," ujar Anwar yang sejak lahir sudah yatim ini.
Ia pun mencoba mencari pekerjaan lainnya seperti kuli bangunan, bahkan sempat bertugas memanen sawit menggunakan egrek.
Tahun 2018 dirinya pun bergabung pada Garuda INAF, disini lah dirinya mengejar impian barunya sebagai pesepakbola. Pesepakbola amputasi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.