Reksa Maulana: Pemain yang Sudah Dihinggapi Star Syndrome Bakal Indisipliner
Pesepakbola muda yang tak bisa mengontrol popularitas biasanya akan mengalami star syndrome.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Popularitas merupakan buah dari kerja keras pesepakbola muda berkualitas. Apalagi di era sekarang ini sangat mudah bagi pemain bisa mendapatkan popularitas dan simpati dari masyarakat.
Akan tetapi, popularitas bagi pesepakbola bagai dua sisi mata uang. Popularitas di satu sisi bisa membantu pemain mengeruk keuntungan tapi sisi lain bisa membuat pemain tersebut justru terpuruk.
Pesepakbola muda yang tak bisa mengontrol popularitas biasanya akan mengalami star syndrome.
Star syndrome adalah kondisi atau gejala ketidaknormalan yang terjadi akibat seseorang merasa terkenal, hebat dan sebagainya hingga akhirnya menjadi lupa diri.
Orang yang mengalami star sydrome biasanya akan merasa cepat puas dan cukup dengan prestasi yang didapatkan. Mereka telan dan akhirnya malas untuk meingkatkan dan mempertahan kan prestasi.
Gelandang Persik Kediri, Reksa Maulana turut berkomentar terkait adanya pemain muda Timnas U-19 yang melakukan indisipliner.
Ia pun menyebut bahwa pemain tersebut mengalami star syndrome; sudah puas dan tak lagi bersunggung-sungguh sehingga melakukan indisipliner.
“Pemain yang seperti itu, saya rasa karena sudah merasa puas. Mungkin juga kalau bahasa sekarangnya star syndrome. Kan akses publikasi sekarang juga lebih mudah,” kata Reksa saat dihubungi Tribunnews, Rabu (9/12/2020).
“Syukur saja waktu saya jadi kapten Timnas U-16 (2013) media sosial tidak seramai ini. Ya jadi bisa jaga diri dan fokus di sepakbola terus,” sambungnya.
Reksa pun berpesan dengan kemudahan mendapatkan popularitas di era saat ini, para pesepakbola muda harus bijak menyikapi.
Ia mengharuskan pemain muda mengadopsi ilmu padi; kian berisi kian merunduk. Artinya, semakin tinggi ilmunya, semakin rendah hatinya. Kalau sudah pandai jangan sombong, selalu rendah hati.
“Ya kalau saya pribadi ya biasa saja. Pesannya harus lebih membumi, kaya ilmu padi saja. Semakin berisi semakin merunduk. Jaga keharmonisan juga sama orangtua, jadi kalau mau melakukan yang tidak-tidak jadi ingat orangtua,” pungkasnya.