Agar Siwa Tidak Star Syndrome Ini Trik yang Diterapkan Plus Football Academy
Plus Football Academy atau PFA punya cara untuk mengapresiasi siswa didiknya setiap tahun.
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski sekelas pembinaan usia dini, Plus Football Academy atau PFA punya cara untuk mengapresiasi siswa didiknya setiap tahun.
Ada kiper terbaik, pemain terbaik di semua kategori usia, hingga pesepak bola putri terbaik.
Selain itu, ada pula beasiswa yang siap menanti siswa didik seluruhnya.
Dari konsistensi latihan, disiplin, sikap pun menjadi penilaian khusus tim pelatih.
Dengan adanya pemberian penghargaan, PFA berharap siswa didiknya semakin termotivasi dalam berlatih dan mewujudkan impiannya.
Selain itu, ada juga program lain untuk menghindarkan siswa didik dari istilah star syndrome.
"Memang hingga saat ini kami tidak ada siswa yang merasa dirinya lebih hebat dibandingkan yang lain. Sikap respek dijunjung tinggi disini. Sebelum memulai latihan, saya selalu memberikan wejangan kepada seluruh pemain," tutur Mohamed Joseph Koker selaku direktur pelatih PFA.
Lanjutnya, dengan nasehat, komitmen, disiplin dan sikap respek yang ditanamkan di siswa didik mampu menghindarkan fenomena star syndrome nantinya.
Tak hanya itu, untuk penggunaan sosial media pun menjadi titik perhatian pelatih.
"Kami koordinasi dengan orang tua agar memerhatikan penggunaan sosial media si buah hati. Sebagai pelatih, saya mampu membaca kondisi mereka saat latihan. Apakah kelelahan atau bagaimana. Saya juga menjelaskan kepada orang tua siswa agar jam tidur anak diperhatikan," tambah pelatih yang pernah berkarier di Liga Oman dan juga Liga Singapura ini
PFA sendiri membuat suasana tim layaknya sebuah keluarga. Semua punya hak dan mendapatkan fasilitas yang sama. Tidak ada yang ditinggalkan.
Hal ini yang membuat PFA tetap mampu tampil eksis hingga saat ini.