Gunandi Saat Ini Konsentrasi Merumput di Arena Tarkam
Mendengar kata tarkam, mungkin sebagian orang akan berpendapat tarkam hanya liga amatir dan sebatas kompetisi antar kampung.
Editor: Toni Bramantoro
Hasilnya pun memuaskan, bahkan melebihi gajinya dari kantor per bulan. Ia lantas memberanikan diri untuk fokus ke tarkam, dan mengundurkan diri dari perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya.
"Tahun 2018 nama saya mulai dikenal, dan beberapa pemain senior memberikan wejangan untuk saya agar menetapkan kisaran harga jasa bermain. Tapi saya memang tidak mau mematok tarif saya. Biasanya, saya komunikasi terlebih dulu dengan bos-bos yang meminta jasa saya untuk menyepakati harga," tambahnya.
Gunandi tak ingin bos yang memanggilnya mengalami peribahasa seperti membeli kucing dalam karung.
Sebelum ia menyepakati harga jasanya, terlebih dulu dirinya meminta sang bos untuk melihatnya bermain.
"Jika puas, maka dalam pertandingan berikutnya bos dapat membayar saya sesuai dengan harga yang disepakati. Tapi jika tidak, selepas pertandingan itu, saya siap tidak dipakai atau dipanggil," tegasnya.
Tak lupa, Gunandi pun terus meningkatkan level permainannya.
Hasilnya, sejak tahun 2018, dirinya kerap dibayar Rp.350.000, Rp.500.000, hingga jutaan.
"Sekarang sekali main sering dibayara Rp.500.000, Kalau di luar JABODETABEK biasanya diatas Rp.1.000.000, kadang saat level semifinal atau final pun segitu," paparnya.
Sebelum pandemi Covid-19, Gunandi menjelaskan dirinya bisa meraup sekitar Rp.7 juta hingga 10 juta per bulan.
Tarkam pun menjadi pekerjaan utamanya dalam mengumpulkan uang.
"Tapi itu hampir setiap hari saya bermain. Dalam sebulan, mungkin hanya dua hari saya tidak bermain. Prinsipnya, saya ingin memberikan yang terbaik di tim, sehingga tim bisa melaju hingga final. Otomatis kan saya tetap bermain," terangnya.
Namun, saat ini pandemi Covid-19 membuat Gunandi tak leluasa lagi bermain seperti dulu. Banyak tarkam yang dilarang diadakan.
Alhasil, dirinya pun harus pintar mengelola keuangan dari hasil tabungannya dulu.