PSSI Tidak Punya Regulasi Tetap Mengenai Merger Tim, Begini Komentarnya Akmal Marhali
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sudah menyelesaikan Kongres Tahunan 2021 yang digelar di Hotel Raffles, Jakarta, Sabtu (29/5/2021).
Editor: Toni Bramantoro
Para fans tersebut membanjiri kolom komentar tim lantaran pada musim 2019, suporter Persikabo telah melakukan pertemuan dengan pihak manajemen dan dari hasil pertemuan itu terjadi kesepakatan bahwa pada musim 2020, Tira Persikabo berganti nama menjadi Persikabo 1973.
Bahkan, sebelum kompetisi musim 2020 resmi dihentikan akibat Pandemi Covid-19, tim yang bermarkas di Stadion Pakansari itu sudah menggunakan logo Persikabo 1973 yang terpampang di jersey.
Hingga berita ini diturunkan, pihak suporter dan manajemen tim berjuluk Laskar Padjajaran belum memberikan keterangan resmi.
Merger tim sepak bola di Indonesia
Merger sebenarnya bukan hal baru dalam dunia sepak bola, hal ini terjadi bahkan di berbagai belahan dunia, seperti peserta Ligue 1 Perancis, PSG, di mana klub tersebut merupakan penggabungan dari Paris FC dengan Stade Saint-Germain.
Di Indonesia, tercatat sejumlah klub yang berhasil melakukan merger, salah satunya Borneo FC yang memisahkan diri dari Persisam Putra Samarinda, dan kini tim tersebut mendominasi Kalimantan Timur.
Borneo FC naik ke divisi dua setelah mengakuisisi Perseba Super Bangkalan, hingga pada akhirnya Borneo FC menjadi klub yang sehat secara finansial di Liga 1.
Namun tidak sedikit pula klub merger yang kerap berganti nama dan berpindah home base, sehingga membuat bingung banyak pihak.
Sebelum Kongres Tahunan PSSI 2021, Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali telah menyarankan agar federasi sepak bola Indonesia membuat regulasi tegas terkait merger suatu tim.
"Pernyataan SOS poin 3 usulan agar dibahas di Kongres Tahunan mengarah kepada tuntunan agar PSSI membuat regulasi soal jual beli klub, pindah homebase, ganti nama, ganti logo, itu agar terjaga security bussiness sebuah klub dan menghadirkan keamanan serta kenyamanan dalam industri bisnis sepak bola nasional," ujarnya.
Akmal pun membeberkan bahwa merger yang dilakukan sejumlah tim sepak bola di Indonesia sudah tidak sesuai dengan jalurnya.
"Merger yang dilakukan klub Indonesia banyak yang salah kaprah, cuma mau cari jalan instan, misalkan, Bandung Raya merger dengan Pelita Jaya, itu hanya untuk menaikkan nama Bandung Raya lagi ke level elite, sementara Bandung Rayanya tidak dikelola dengan baik," bebernya.
"Sama dengan Persikabo, putus asa main di Liga 3, berharap bisa main di level elit, akhirnya beli lisensi klub PS Tira, habis itu mau balik nama BPKB menjadi Persikabo," tambahnya.
Akmal menuturkan, sepak bola Indonesia jangan dijadikan suatu hal yang salah kaprah sehingga membuat ekosistem sepak bola menjadi tidak benar.