Pepijn Lijnders, Visi Heavy Metal Football Liverpool Bersama Klopp hingga Penemu Alexander-Arnold
Pepijn Lijnders asisten pelatih Jurgen Klopp di Liverpool, sukses berikan gelar juara Liga Inggris dan Liga Champions
Penulis: Gigih
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Trofi juara Liga Champions 2019 milik Liverpool berarti sangat besar bagi The Kop dan tentu Jurgen Klopp.
Trofi tersebut memastikan bahwa Liverpool adalah tim tersukses Inggris di Liga Champions dengan enam gelar.
Selain itu, bagi Klopp ini adalah musim yang berat setelah ditinggal Zeljko Buvac yang mengundurkan diri.
Dan ini juga berarti besar bagi Pepijn Lijnders, yang kembali bergabung bersama Liverpool.
Baca juga: Trent Alexander-Arnold, Bek Sayap Tangguh Liverpool, Buah Latihan Sadis Tim Akademi
Baca juga: Perjuangan Michael Edwards Tutupi Aib Liverpool di Bursa Transfer Akhirnya Terbayar
Kini, setelah enam musim bergabung bersama Liverpool, ia telah menyumbangkan trofi Liga Champions dan tentu saja mengakhiri puasa gelar 30 tahun Liga Inggris The Reds.
Usia Lijnders masih 38 tahun, ia pensiun muda di usia 17 tahun karena mengalami cidera.
Setelahnya ia melatih tim junior PSV Eindhoven pada 2002, dan FC Porto empat tahun setelahnya.
Dekat dengan pemain muda membuat Lijnders sangat performa pemain muda dalam skuat yang ia tangani.
Lijnders kemudian bergabung ke Liverpool atas permintaan Brendan Rodgers pada 2014, namun ada kisah menarik di balik kedatangannya ke Melwood.
Sejatinya, Lijnders diproyeksikan menjadi pelatih akademi Ajax Amsterdam, pasalnya, Lijnders dianggap menjadi sosok yang tepat menangani tim muda Ajax yang dipenuhi talenta.
Adalah Michael Beale yang menjelaskan kepada The Athletic, bahwa ia 'menculik' Lijnders.
"Saya tidak akan meninggalkan hotel tempat saya menginap sampai saya meyakinkan Lijnders bergabung," ujar Beale.
Lijnders kemudian tertarik bergabung karena misi Liverpool untuk mengembangkan pemain muda dan filosofi Moneyball yang diterapkan sang owner.
Ia kemudian menjadi kepala akademi Liverpool yang memeriksa semua laporan pemain muda dari kelompok umur U-16.
Pria asal Belanda ini kemudian mempromosikan tiga nama untuk berlatih ke skuat utama, Toni Gomes, Yan Dhanda dan tentu saja Trent Alexander-Arnold.
Baca juga: Bursa Transfer: Liverpool Buru Adama Traore, Aubameyang ke Barcelona, Mega Transfer Ronaldo-Mbappe
Ketika transisi kepelatihan dari Brendan Rodgers ke Jurgen Klopp, Lijnders sejatinya ingin hengkang sebelum Mike Gordon sebagai presiden klub meyakinkannya untuk bertahan.
Dan Pep Guardiola dengan tegas juga menyebut bahwa ia sangat membutuhkan Lijnders.
"Mike (Mike Gordon), anda sangat salah menyebut saya menyukainya,"
"Saya sangat mencintainya," ujar Klopp.
Dan di era Klopp, Ljinders mendapatkan nama panggilan "Pep" karena kecerdasan dan ambisinya yang sangat mirip dengan Guardiola.
Lijnders sempat hengkang dan bergabung bersama NEC Neijmingen pada 2018.
Ia diberikan tantangan untuk membawa NEC promosi yang kemudian gagal terwujud, Lijnders dipecat sepekan setelahnya.
Di kubu Liverpool, Jurgen Klopp yang baru saja kalah di Final Liga Champions dari Real Madrid, harus mencari pengganti Zeljko Buvac yang secara mengejutkan mengundurkan diri.
Dan Klopp hanya menyodorkan satu nama : Pep Lijnders.
Lalu, seberapa penting peran Lijnders di Liverpool?
Klopp dan Lijnders punya satu kiblat yang sama dalam menyusun permainan sepak bola.
Liverpool adalah tim yang menguasai permainan, agresif, menekan dan sangat cepat dalam transisi.
Atau secara gambaran singkat dari Jurgen Klopp : Heavy Metal Football.
"Identitas kami adalah intensitas permainan dan setiap persiapan untuk bermain menyerang," ujar Lijnders.
Klopp dan Lijnders mengingatkan penggemar Liverpool akan duo Bill Shankly dan Bob Paisley yang menjadi legenda untuk The Reds dengan "Boot Room" yang terkenal.
Sama seperti Paisley, Lijnders adalah pria yang mengatur semuanya, dari meletakkan cone, memeriksa kontur tanah lapangan latihan hingga analisis pasca laga.
Kegilaan Lijnders akan sepak bola membuatnya tetap mengamati semua proses yang terjadi di Liverpool.
Ia selalu datang sebelum Klopp hadir di Melwood dan tetap bekerja setelah sampai di rumahnya di Fromby.
"Sehari dalam sepak bola dirancang di sekitar sesi - momen utama untuk memberikan dorongan kepada para pemain kami, ”jelas Lijnders.
“Saya tidak hidup pada hari Senin atau Selasa yang normal, tetapi pada hari pertandingan -1 atau -3. Ini kegilaan.
“Mari kita mulai hari dari saat sesi berakhir. Saya menonton sesi kembali ketika saya kembali di kantor, membuat beberapa catatan, berbicara dengan kepala fisio tentang ketersediaan untuk hari berikutnya dan jika para pemain merespons sesi dengan baik," ujar Lijnders di Liverpool Echo.
Maka, jangan heran meskipun Liverpool minim pergerakan di bursa transfer musim panas ini, mereka masih sangat bertaji di laga pembuka.
The Reds menunjukkan mereka masih pesaing untuk memperebutkan gelar juara Liga Inggris, dan tentu saja ada peran Lijnders di baliknya.
(Tribunnews.com/Gigih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.