Anomali Manchester United, Kedatangan Ronaldo, Taktik Solskjaer, Pengaruh Matic dan Gelar ke-21
Anomali Manchester United di bawah Ole Gunnar Solskjaer, dampak kehadiran Cristiano Ronaldo, konsistensi Nemanja Matic
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Kemenangan Manchester United atas West Ham di Liga Inggris memang cukup dramatis.
Gol telat dari Jesse Lingard, memberikan kepastian tiga angka untuk dibawa pulang, sebelum drama akhirnya diperpanjang dengan penalti untuk West Ham pada menit ke-90.
Beruntung Mark Noble yang menjadi eksekutor gagal menjalankan tugasnya dengan baik, eksekusinya terlalu ke tengah, membuat De Gea bisa menyelamatkannya.
Ini adalah rekor 29 laga tidak terkalahkan Manchester United dalam pertandingan tandang, sebuah catatan yang tentu luar biasa.
Tetapi, selain itu, tidak ada yang istimewa dari Manchester United, bahkan beberapa pergantian dilakukan Solskjaer tampak sangat aneh untuk tim yang memegang rekor.
Baca juga: Bukti Angka Dominasi Cristiano Ronaldo, Manchester United Haram Terpeleset di Liga Inggris
Baca juga: Tertawakan Isu Pemecatan Dirinya, Solskjaer: Di Man United Memang Seperti Itu, Untung Ada De Gea
Di tengah babak kedua, United masih ditahan imbang 1-1 oleh West Ham, butuh intensitas serangan dan mencetak gol, Solskjaer membuat pergantian pemain.
Solskjaer menarik ke luar Fred, tetapi di luar dugaan justru memasukkan pemain yang lebih defensif, Nemanja Matic.
Namun, justru hal tersebut berhasil untuk Manchester United, dengan Matic menjadi pemain yang memberikan asis untuk gol Jesse Lingard di menit 90.
Melihat 90 menit Manchester United melawan West Ham, memang sangat anomali.
Setelah kebobolan oleh sepakan Benrahma di tengah babak pertama, Cristiano Ronaldo mencetak gol penyama kedudukan, dan di babak pertama United sangat dominan di lini tengah dan kedua sayap serangan.
Di babak pertama, United megemas 65 persen penguasaan bola dengan 11 percobaan ke gawang, 7 di antaranya tepat sasaran.
Babak kedua juga setali tiga uang, tetapi West Ham bertahan lebih disiplin.
Melihat gambaran besar di babak kedua, United memasukkan Lingard menggantikan Pogba dan Greenwood untuk Jadon Sancho, tekanan membuat West Ham bertahan lebih ke dalam.
Namun, Matic menjadi anomali, justru kehadiran Matic membuat West Ham lebih merenggang karena memiliki peluang menciptakan serangan balik.
Matic bermain cukup lambat dibandingkan Fred, ini yang beberapa kali dilakukan The Hammers, tetapi justru menjadi senjata makan tuan.
Lingard dan Sancho justru punya cukup ruang berkreasi, dan semua bek memfokuskan diri kepada Cristiano Ronaldo yang memang sangat menakutkan di depan gawang.
Setidaknya United mendapatkan satu penalti dari pelanggaran Kurt Zouma kepada Cristiano Ronaldo.
Perbedaan terasa ketika Matic masuk menggantikan Fred di babak kedua.
Baca juga: Jadwal Carabao Cup Pekan Ini - MU vs West Ham, Chelsea, Liverpool & Man City Dapat Lawan Enteng
Baca juga: Saatnya Jesse Lingard Menjadi Andalan Manchester United
United bermain dengan 3-1-6 ketika menyerang dengan Matic, berbanding 2-2-6 ketika Fred dan Mc Tominay menjadi gelandang.
Satu posisi Matic inilah yang memancing West Ham untuk merenggang, bahkan membuat Moyes percaya diri memasukkan Manuel Lanzini untuk menambah daya serang.
Gol Lingard, juga tidak lepas dari Ronaldo, ketika Lingard melakukan akselerasi, Zouma mengira bola akan diberikan kepada Ronaldo, membuat Zouma tidak menutup dan hanya membayangi sang pemain.
Permainan United sejatinya tidak istimewa dengan banyak celah yang bisa dieksploitasi, termasuk dari sisi kanan di mana wan Bissaka dan Harry Maguire sangat rapuh.
Solskjaer, juga bukan Manajer yang punya variasi taktik, tetapi anehnya, justru membuat United sangat konsisten dalam tiap laga.
Selain laga melawan Young Boys, Manchester United selalu turun dengan skema yang sama, bahkan di tiga pertandingan sebelumnya, Setan Merah tidak membuat banyak perubahan.
Menariknya, Solskjaer mendeskripsikan Manchester United adalah tim yang "tidak bermain buruk tetapi juga tidak istimewa" secara permainan.
Inilah anomali Manchester United, di mana mereka bermain sangat biasa, tidak begitu menghibur seperti Liverpool dan Manchester City, atau penuh dengan perubahan skema seperti Chelsea.
United bermain dengan caranya sendiri, menggeser bola, merenggangkan pemain dengan tempo yang tidak begitu cepat, ditunjang dengan pergerakan tanpa bola yang intens selama 90 menit.
Tetapi, ini yang menjadi senjata United, mereka mungkin bermain biasa saja, tetapi dengan tujuan 3 poin yang terus tercapai, gelar ke-21 nampak bisa didapatkan di akhir musim.
(Tribunnews.com/Gigih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.