Warisan Antonio Conte di Inter Milan, Permudah Simone Inzaghi, asa Scudetto dan Performa Juventus
Antonio Conte masih meninggalkan warisan untuk Inter Milan, meskipun adanya Simone Inzaghi di kursi pelatih
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Antonio Conte, kini sibuk menjadi pundit Liga Champions untuk Sky Italia, dan di tengah pekan lalu, ia menjadi komentator untuk laga AC Milan melawan Liverpool.
Tetapi, meski menjadi komentator untuk laga AC Milan melawan Liverpool, ia tetap menyelipkan komentar mengenai hasil Inter Milan melawan Real Madrid.
"Kami sedikit tidak beruntung," ujar Antonio Conte malam itu.
Kalimat "kami" membuat terdiam beberapa saat, menyadari bahwa dirinya bukan lagi menjadi bagian dari Inter Milan, tetapi Conte mengulangi kesalahannya.
Baca juga: Replikasi Nelson Dida oleh Mike Maignan di AC Milan, Bayangan Donnarumma & Tiru Jan Oblak
Baca juga: Berita Inter, Simone Inzaghi Ungkap Rahasia Comeback Lawan Fiorentina, Edin Dzeko Ledek Pelatih
"Saya pikir kami, harusnya mendapatkan hasil lebih baik," ujar Conte sebelum akhirnya berhenti dan tertawa menyadari kesalahannya.
Conte masih merasa dirinya adalah bagian dari Inter Milan, meskipun sudah mengundurkan diri dari Nerazzurri beberapa bulan sebelumnya.
Inter Milan memang sangat menakutkan musim lalu, dengan adanya Romelu Lukaku yang keluar sebagai top skor, dan Achraf Hakimi yang menjadi mesin gol dari lini kedua.
Meski dua pemain kunci tersebut hengkang dari Inter Milan, dan Antonio Conte sudah tidak menjadi bagian dari Inter Milan, kenyataannya, Nerazzurri masih punya identitas yang sama.
Pergantian pelatih ke Simone Inzaghi terbukti tidak membuat banyak perubahan, secara skema, Inter Milan masih bermain dengan cara yang sama.
Dan bukan hal yang mengejutkan, mengingat alasan Beppe Marotta mendatangkan Simone Inzaghi tidak lepas dari keberlanjutan taktik dari Antonio Conte.
"Dalam membangun tim, kami tentu berkaca dari kesuksesan yang lalu," ujar Marotta.
"Kami mungkin mempercayai pelatih yang muda, (Simone Inzaghi masih berusia 45 tahun), tetapi ia cukup sukses di Italia, dan Simone orang yang bisa meneruskan warisan Conte," tambah Marotta.
Inter Milan masih diperkuat dengan kerangka utama di era Conte, seperti Samir Handanovic, de Vrij, Aleksander Kolarov, Lautaro Martinez hingga Matteo Darmian.
Selain itu, ada nama Hakan Calhanoglu yang berfungsi sebagai pengganti dari Christian Eriksen yang mengalami serangan jantung, dan Denzel Dumfries sebagai replikasi Hakimi.
Penambahan skuat praktis hanya dari Joaquin Correa yang didatangkan dari Lazio, untuk menambah variasi serangan dari Inter Milan.
Inter Milan juga masih dengan skema 3-5-2 mirip dengan yang dibangun oleh Conte, dengan cara yang sama.
Inzaghi tetap dibekali kedalaman skuat yang mumpuni, meskipun Inter Milan masih mengalami masalah finansial.
Matteo Darmian tetap menjadi andalan di sisi kanan dalam skema 3-5-2, dengan Dumfries meningkatkan kecepatan dan seperti Dimarco juga dapat beroperasi di bek tengah.
Matias Vecino melewatkan hampir semua musim lalu dan sebagian besar dilupakan sampai dia membantu mengatur gol kedua Correa di Bentegodi.
Yang lebih mengejutkan adalah peran krusial dari Arturo Vidal.
Pemain veteran Chile itu menjadi beban musim lalu dan bahkan Conte, kehilangan kepercayaan padanya.
Ketika kesulitan keuangan, Vidal menjadi daftar jual utama bersama dengan Alexis Sanchez, karena gaji yang besar.
Namun untuk pujian Vidal dia masuk dan menjadi cameo yang menentukan pada hari pembukaan musim ketika dia mencetak gol dan memberi assist melawan Genoa.
Jendela transfer kemudian ditutup, Correa datang tanpa meninggalkan Lautaro dan keduanya mencetak gol dalam kemenangan beruntun atas Hellas.
Tiba-tiba, kepercayaan pada Inter Milan untuk mempertahankan gelar mereka meningkat, terutama dengan penampilan minor Juventus sebagai latar belakangnya.
Di Liga Champions, Inter Milan juga tidak kalah menjanjikan.
Baca juga: Juventus Gelar Penyelidikan Atas Kasus Hinaan Rasis dari Penggemarnya kepada Kiper AC Milan
Baca juga: Buah Kesabaran Stefano Pioli Bersama AC Milan, Rossoneri Panen Berkahnya Musim Ini
Jika bukan karena Thibaut Courtois Madrid bisa saja masuk di babak pertama dan tertinggal 2-0.
Namun sebaliknya mereka menang di menit terakhir dengan pemain pengganti Edoardo Camavinga dan Rodrygo menghukum peluang percuma Inter Milan di sepanjang laga.
“Kami jelas tidak pantas kalah dan (Carlo) Ancelotti mengatakan hal yang sama kepada saya,” kata Inzaghi dikutip dari The Athletic.
“Tapi itulah sepak bola. Kami perlu mengambil peluang yang kami buat di babak pertama dan kami tidak melakukannya.
"Courtois melakukan beberapa penyelamatan luar biasa. Mereka menyebabkan masalah bagi kami di babak kedua, tetapi jika kami terus bermain seperti yang kami lakukan malam ini, kami akan lolos.”
Mencapai babak sistem gugur untuk pertama kalinya sejak 2012 akan menunjukkan kemajuan bagi Inter Milan.
Dan ya, Antonio Conte memberikan kesan yang sama dengan Ancelotti, dan masih berharap yang terbaik untuk Inter Milan.
“Saya berharap yang terbaik untuk Inter,” kata Conte,
“Saya harap mereka melakukan lebih baik dari apa yang kami lakukan bersama.” Sejauh ini sepertinya Conte tidak pernah pergi dai Inter Milan.
(Tribunnews.com/Gigih)