Kedewasaan Matthijs de Ligt di Juventus, Pujian dari Ronaldo dan Kursi Panas Allegri
Matthijs de Ligt, tembok kokoh Juventus, binaan Ajax Amsterdam dan menyelamatkan Allegri peka n lalu
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Pasangan suami istri Franck dan Vivien, adalah petenis amatir, meski begitu, sempat mengikuti beberapa turnamen di Belanda.
Keduanya sejak awal meneruskan tradisi bermain tenis dari keluarga, dan tentu saja berniat menurunkan bakat dan juga tradisi ini ke anak pertama mereka, Matthijs.
Matthijs de Ligt, masih belajar dan sempat bermimpi hingga umur 6 tahun untuk menjadi pemain tenis professional.
Sampai ajakan bermain sepakbola dari temannya, mengubah arah karirnya.
Baca juga: Berita Inter Milan, Koleksi 11 Pencetak Gol, Adu Cepat Lawan Juventus Gaet Timothy Castagne
Baca juga: Kesolidan Inter Milan Berburu Konsistensi, Start Menjanjikan Inzaghi Warnai Kisah Awal Nerazzurri
Pemain yang baru berusia 22 tahun ini, sudah menjadi tembok tangguh di lini belakang Juventus, duetnya bersama Bonucci atau Chiellini sudah menjadi palang pintu utama Si Nyonya Tua sejak kedatangannya pada 2018.
De Ligt lahir di Leiderdrop, kota kecil sebelah Utrecht, ia kemudian pindah ke Abocoude, yang hanya berjarak 5 km dari Johan Cruijff ArenA.
Bakatnya sangat alami, ketika berusia 6 tahun, ia sudah mencuri perhatian banyak pemandu bakat di Amsterdam, saat itu de Ligt memperkuat tim loka, FC Abcoude.
Dave van Nielen, mantan pelatih tim junior di FC Abcoude, mengingat de Ligt sebagai sosok kompetitif, tetapi juga tidak segan untuk belajar dari rekan sebayanya atau kepada pelatihnya.
Julukannya adalah Mc Donald's Footballer, adalah karena bakat de Ligt yang sangat jelas, dan tidak perlu diperdebatkan oleh para pemandu bakat.
Casimir Westerveld, adalah pelatih tim akademi Ajax. dam teman dari van Nielen, tidak begitu yakin awalnya, karena meskipun berbakat, de Ligt sangat gemuk untuk pemain seusianya.
Meskipun mencatatkan penampilan apik ketika menghadapi lawan yang lebih baik, kenyataannya itu tidak cukup untuk Westerveld membawanya ke akademi Ajax.
Hingga akhirnya, Henry de Regt, pemandu bakat Ajax, melihat penampilan de Ligt melawan tim yang 2 tahun lebih tua, penampilannya konsisten, de Regt menemui Nielen, kemudian meminta de Ligt bergabung ke akademi Ajax.
De Ligt adalah gelandang, posisinya adalah nomor 6 atau 8, maka ketika melawan Spezia pekan lalu, ketenangannya membawa bola hingga tengah lapangan bukanlah hal baru.
Setelah menjalani diet ketat, ia menjadi gelandang sentral untuk tim, de Ligt memiliki kemampuan membaca permainan dan menggunakan kedua kaki dengan sama baiknya.