Jebloknya Performa Harry Kane: Imbas Taktik Nuno Santo dan Menonjolnya Peran Son Heung-min
Sudah terlalu lama Tottenham asyik dengan Son Heung-min sampai melupakan potensi dalam diri Harry Kane.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Harry Kane sedang mengalami penurunan performa di musim ini, baik saat membela Timnas Inggris ataupun Tottenham Hotspur.
Terakhir, di pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022, saat Inggris bertemu Hungaria pada (13/10/2021), sang striker tak mampu menyumbangkan gol dan tampil mengecewakan.
Bermain sebagai ujung tombak, ia hanya melesatkan 1 shot on target selama pertandingan, kontribusinya di lapangan juga minim.
Baca juga: Jelang Watford vs Liverpool Liga Inggris, The Reds Terancam Tanpa Jota, Alisson hingga Fabinho
Baca juga: Mimpi Brentford di Liga Inggris, Pengaruh Pep Guardiola, Racikan Thomas Frank & Sensasi Bryan Mbeumo
Pergerakan striker 28 tahun tersebut selalu mampu ditutup oleh barisan pertahanan Hungaria.
Ia pun akhirnya digantikan oleh Tammy Abraham pada menit ke 76, Inggris tak mampu menang, tim asuhan Gareth Southgate hanya bermain imbang 1-1 melawan Hungaria di Wembley.
"Saya hanya berpikir malam ini kami tidak bermain baik seperti yang seharusnya kita bisa lakukan," Kata Southgate dilansir Independent.
"Kane pemain besar, dia hanya membutuhkan adaptasi atas performanya yang kurang bagus, itu tanggung jawab dia," Lanjutnya.
Kane memang datang ke Timnas Inggris dengan performa yang mengecewakan bersama Tottenham.
Ia tak mampu mencetak sebiji gol pun dari enam pertandingannya di Liga Inggris bersama The Lilywhites.
Itu merupakan start terburuk Harry Kane selama sepuluh tahun berkostum tim yang bermarkas di Tottenham Hotspur Stadium tersebut.
Lalu apa yang membuat performa Harry Kane begitu menurun?
Pelatih anyar Tottenham, Nuno Espirito Santo memberi sentuhan berbeda dalam skema permainan The Lilywhites.
Ia memainkan sepak bola pragmatis dengan skema 4-3-3 miliknya, skema tersebut tak asing, ia juga menggunakannya saat masih menukangi Wolverhampton Wanderers.
Baca juga: Jadwal Liga Inggris Pekan ke-8, Live Mola TV, Leicester City vs MU, Arsenal vs Crystal Palace
Yang jadi masalah, Nuno menggunakan seorang playmaker dalam skema yang ia usung, itu berakibat terhadap pergerakan Kane yang menjadi terbatas.
Kane sejak musim lalu bersama kepelatihan Jose Mourinho merupakan striker kreatif yang sering menjemput bola hingga ke tengah.
Dengan begitu, Kane dapat muncul dari lini kedua untuk mencetak gol.
Musim lalu, pemain berpostur 188 cm tersebut mampu menjadi top skor Liga Primer Inggris dengan torehan 23 gol.
Masalahnya, hal tersebut tak bisa dilakukan Harry Kane musim ini.
kehadiran Delle Alli di belakangnya membuat ia harus membagi peran dengan sang gelandang serang.
Harry Kane tak mampu menciptakan progresi serangan untuk dirinya sendiri di tengah.
Alli yang berdiri tepat di belakangnya membuat ia harus mengalah untuk fokus berada di kotak penalti.
Musim ini, dilansir fbref, shots total Harry Kane berada di angka 2.88 per pertandingan, jauh turun dibandingkan musim lalu yang mencapai angka 4.01 per pertandingan.
Lebih seringnya Kane berada di kotak penalti membuat ruang tembaknya semakin menurun.
Kane bukanlah gol getter yang menunggu bola, ia bisa mencari peluangnya sendiri dengan menjemput bola ke tengah.
Ia tak seperti Romelu Lukaku ataupun Jamie Vardy yang mematikan di kotak penalti memanfaatkan peran para gelandang.
Lebih dari itu, Harry Kane adalah tipe striker dan trequartista, akan semakin berbahaya jika berada di lini kedua.
Musim lalu saja, bermain dengan lebih banyak menjemput bola, xG Harry Kane berada di angka 2.18. Statistiknya begitu menurun musim ini.
xG sang striker hanya mencapai angka 1.17 dari 481 menit yang sudah ia jalani bersama The Lilywhites.
Tak heran mengapa kontribusi gol Kane begitu menurun musim ini, ia kesulitan untuk menciptakan dan mendapatkan peluang berbahaya.
Tottenham Hotspur tak lagi menunjukkan permainan kolektif nan agresif.
Permainan mereka di bawah Nuno begitu mengandalkan kecepatan Son Heung-min dan Lucas Moura yang berada di lini sayap.
Nuno menyerahkan segala aktivitas ofensif kepada Son Heung-min.
Itu tergambar dari rata-rata tembakannya yang menyentuh angka 3.4 per pertandingan, Harry kane hanya berada di 2.3 per pertandingan.
Baca juga: Mason Mount tak Berharap Dapat Ballon dOr Alasannya, Karena Masih Ada Lionel Messi
Nuno tak mampu memaksimalkan peran keduanya secara bersamaan, Son dan Kane merupakan duet tersubur di eropa musim lalu, namun Nuno sepertinya lupa akan hal itu.
Skemanya begitu mengandalkan kecepatan seorang Son, saat melakukan serangan balik, Son akan berada paling depan untuk menerima umpan.
Baik dari sisi tengah, kiri atau kanan, Son bebas bergerak, yang penting adalah membuka ruang.
Memang bagus untuk mengangkat performa pemain asal Korea Selatan tersebut, namun tidak untuk seorang Kane.
Kane tak mampu bergerak bebas, posisinya terisolir dengan pergerakan Son dan Delle Alli.
“Kami mencoba untuk menemukan perform terbaiknya (Kane) kembali," kata Nuno saat timnya mengalami kekalahan 0-3 atas Chelsea pada (19/9/2021).
"Dengan menciptakan situasi yang dapat meningkatkan sepak bola dan permainan kami, Kane adalah bagian dari tim,” Lanjutnya.
Musim perdana Nuno bersama Tottenham begitu mengecewakan, bukan semata salah Harry Kane yang mandul, tetapi karena Nuno dan Spurs sendiri.
Mereka tak cukup kompeten untuk bersaing di papan atas Liga Primer Inggris.
Hanya 12 angka yang mampu mereka kumpulkan dari 7 pertandingan dan tertahan di peringkat 8.
Sudah terlalu lama Tottenham asyik dengan Son Heung-min sampai melupakan potensi dalam diri Harry Kane.
Nuno harus mengambil langkah yang benar dengan mengembalikan lagi taji sang kapten.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)