Menilik Cara Klub Indonesia Dapatkan Pemain Muda, Bantu Shin Tae-yong Lakukan Regenerasi di Timnas
Peran klub di Indonesia yang gencar menurunkan pemain muda, memudahkan Shin Tae-yong dalam melakukan regenerasi di skuat Timnas Indonesia.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Shin Tae-yong sangat berani dalam memilih pemain-pemain muda untuk mengisi skuat utama Timnas Indonesia.
Pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Kualifikasi Piala Asia 2023 yang dijalani Timnas Garuda, Shin Tae-yong lebih mempercayakan memanggil para pemain muda potensial dari pada para langganan Timnas sebelumnya.
Hasilnya pun cukup bagus, Timnas Garuda mampu bermain dengan energik dan efisien, para pemain muda yang ia panggil mampu menunjukkan permainan yang konsisten.
Nama-nama seperti Pratama Arhan (19), David Rumakiek (22), Muhammad Riyandi (21), Rachmat Irianto (22), Egy Maulana Vikri (21), Witan Sulaeman (20), hingga Syahrian Abimanyu (22).
Baca juga: Wonderkid Timnas Indonesia Jagoan Debut, Rumakiek Dua Gol di Dua Laga Bersama Garuda dan Persipura
Baca juga: Efisiensi Skema Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Peran Asnawi & Evan Dimas, Moncernya Lini Depan
Deretan pemain muda yang disebutkan di atas mampu Tae-yong kombinasikan dengan segelintir pemain senior yang ia panggil, seperti Evan Dimas, Ryuji Utomo, Victor Igbonefo, hingga juru gedor milik arema Dedik Setiawan.
Bukannya tanpa alasan, Shin Tae-yong mengutamakan pemain-pemain muda untuk membuat regenerasi pemain Timnas Garuda di masa depan.
Ia mempunyai rencana jangka panjang bersama Indonesia di lima hingga sepuluh tahun ke depan.
"Kami terdiri dari banyak pemain muda, yang harus kami lakukan adalah bermain sesuai keinginan kami," Kata Shin Tae-yong dilansir laman resmi PSSI.
"Kami akan melakukan yang terbaik dengan para pemain ini sampai akhir, kami akan berjuang di lima tahun atau sepuluh tahun ke depan," Pungkasnya.
Keberainan Shin Tae-yong mempercayakan pemain muda untuk mengisi skuatnya tak lepas dari peran klub-klub di Indonesia yang begitu gencar memainkan para pemain muda di kompetisi musim ini.
Klub-klub mentereng seperti Persija Jakarta, PSIS Semarang, TIRA Persikabo, hingga Borneo FC adalah klub yang memiliki banyak pemain muda di dalam skuat, rata-rata usia skuat mereka tak lebih dari 25 tahun.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana para klub Indonesia mendapatkan dan mengorbitkan para pemain muda mereka?
Pemandu Bakat (Scout)
Scout merupakan aspek penting untuk klub sepak bola dalam mencari bakat-bakat muda potensial yang ada di penjuru negeri.
Klub-klub eropa seperti Udinese, Brussia Dortmund, hingga Atalanta adalah klub dengan sistem scout terbaik saat ini.
Baca juga: Scouting Cerdas Udinese, Terbitkan Pemain Sekaliber Bruno Fernandes dan Alexis Sanchez
Baca juga: Winger 18 Tahun Persija Alfriyanto Nico Tampil Gacor di Liga 1, Serap Ilmu Maman, Tony, Hingga Bepe
Di Indonesia, Persija Jakarta adalah salah satu klub yang begitu gencar dalam memanfaatkan sistem scout untuk mencari bakat-bakat muda.
Lewat akun resmi dan media sosial mereka, Macan Kemayoran rutin melakukan kompetisi di usia muda untuk kemudian menyaring bakat-bakat yang ada.
Terakhir di bulan Januari lalu, Persija Jakarta menggelar sebuah kompetisi usia muda bernama Young Tiger League.
Kompetisi Young Tiger League diselenggarakan oleh Persija Development dengan tujuan untuk mencari dan menyaring bakat muda yang ada.
Kompetisi tersebut khusus diperuntukkan kepada pemain-pemain muda dari usia U-16, U-18, dan U-20.
Para pemain muda yang mampu unjuk gigi dan tampil mempesona bakal dimasukkan ke dalam SSB milik Persija Jakarta.
Dalam kompetisi BRI liga 1 Indonesia musim ini, Macan Kemayoran memiliki deretan pemain muda potensial di dalam skuatnya.
Diantaranya, Alfrianto Nico (18), Salman Alfarid (19), Taufiq Hidayat (19), sampai Braif Fatari (21).
Dua nama yang disebutkan terakhir masuk ke dalam skuat Timnas U-23 pilihan Shin Tae-yong untuk menyambut kualifikasi Piala Asia 2023.
Selain Persija, contoh klub Indonesia yang begitu memaksimalkan sistem scout adalah PSIS Semarang.
Setelah memiliki PSIS Development, Laskar Mahesa Jenar begitu serius dalam pengembangan bakat di usia dini.
PSIS Development mengambil alih Stadion Citarum, Semarang untuk menjadikannya pusat pelatihan pengembangan bakat-bakat pemain muda mereka.
Kini, PSIS Semarang menjadi salah satu klub besar di Indonesia, mengandalkan pemain-pemain muda, mereka bertengger di posisi kedua klasemen BRI Liga 1 dengan torehan 12 poin.
Alfeandra Dewangga (20 tahun), Damas Damar (20 tahun) dan Pratama Arhan (19 tahun) adalah deretan pemain muda yang mendongkrak performa apik mereka musim ini.
Bahkan, nama yang disebutkan terakhir merupakan punggawa Timnas Indonesia yang selalu menjadi pilihan Shin Tae-yong memperkuat lini pertahanan sebelah kiri Garuda.
Memaksimalkan SSB
Tak semua klub di Indonesia mempunyai scout, maka yang paling sering dilakukan adalah mengambil pemain-pemain dari Sekolah Sepak bola (SSB) yang ada di Indonesia.
Klub lokal Indonesia sangat sering mencomot bakat-bakat muda yang ada di SSB seluruh Indonesia, terutama SSB yang memiliki nama besar.
Contoh yang paling nyata adalah SSB yang terletak di Pulau Ambon, SSB Tulehu.
Ada empat SSB yang dianggap besar di Tulehu. Keempat SSB itu adalah SSB Tulehu Putra, SSB Hurnala Putra, SSB Maehanu, dan SSB Nusa Ina.
Kecintaan masyarakat Ambon terhadap sepak bola membuat SSB disana begitu laris dan tak pernah kehabisan talenta.
Banyak jebolan Timnas yang berasal dari SSB di sana. Sebut saja Manahati Lestusen, Hasyim Kipuw, Abdul Lestaluhu, dan punggawa timnas senior saat ini Yabes Roni.
SSB milik DKI Jakarta, SKO Ragunan, juga tak kalah mentereng. SSB tersebut berhasil mengorbitkan bakat-bakat mentereng.
Nama-nama seperti Muhammad Hargianto, Andritany Ardhiyasa, Putu Gede Juni Antara, hingga andalan timnas saat ini Egy Maulana Vikri merupakan jebolan dari SKO Ragunan.
Dengan gencarnya klub-klub Indonesia memaksimalakan sistem scout dan SSB, maka akan semakin banyak pula bakat-bakat muda potensial yang akan diorbitkan hingga nantinya dapat menembus skuat Timnas Indonesia.
Indonesia tak pernah kehilangan bakat pemain muda, tiap tahunnya selalu ada nama-nama mentereng yang tampil mengesankan di klub ataupun Timnas Garuda.
Pekerjaan rumah ada pada pemain dan klub itu sendiri dalam mengembangkan dan menjaga bakatnya agar mampu tampil konsisten hingga di usia yang matang.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)