Mimpi Brentford di Liga Inggris, Pengaruh Pep Guardiola, Racikan Thomas Frank & Sensasi Bryan Mbeumo
Brentford FC promosi ke Liga Inggris, penggunaan tepat statistik, dan peran pep Guardiola
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Liverpool menghadapi salah satu lawan yang mungkin tidak diprediksi bisa menyulitkan mereka selama 90 menit.
Turun dengan kekuatan terbaik dan permainan gegen pressing khas Jurgen Klopp, The Reds menghadapi malam yang luar biasa.
Skor 3-3 menggambarkan pertandingan menghadapi Brentford dengan sempurna: banyak peluang, saling jual beli serangan, dan adu taktik.
Brentford memang mengejutkan musim ini, setelah sukses mengalahkan Arsenal di pekan perdana, tim kecil dari wilayah suburban kota London ini, sukses mencuri perhatian.
The Bees baru saja promosi musim ini setelah 74 tahun alpha di kompetisi tertinggi di Inggris.
Baca juga: Jadwal Juventus vs AS Roma Liga Italia, Ambisi Ibanez Curi Poin, Kecerdasan Mourinho Jadi Tumpuan
Baca juga: Mohamed Salah dan Kontrak Baru di Liverpool, Pengaruh Boston Red Sox hingga Jurgen Klopp
Baca juga: Masalah Jadon Sancho di Manchester United, Terjepit Bruno Fernandes dan Pogba hingga Skema Solskjaer
74 tahun adalah waktu yang sangat lama untuk sebuah klub kembali berlaga di kompetisi tertinggi.
Tidak terkecuali bagi Brentford, mereka membangun tim yang kali ini promosi dalam waktu 5 tahun.
Brentford adalah tim yoyo yang lebih banyak berkompetisi di Championship Division hingga League Two.
Tetapi, kombinasi apik Thomas Frank dan Lee Dykes mengubah nasib Brentford.
Thomas Frank bergabung sejak 2018, sedangkan Lee Dykes bergabung sejak 2019.
Lee Dykes ada di jajaran direksi bersama Rasmus Ankersen dan Phil Giles, ketiganya menganalisis dan mengatur keuangan klub.
Brentford bukanlah klub dengan dana besar, mereka harus pintar dalam mengatur dana.
Dan pendekatan statistik menolomg mereka.
Matthew Benham, Presiden klub yang berbeda, dia sangat paham dengan data dan mengkurasi data pemain yang diberikan Lee Dykes.
Membeli Neal Maupay, Ollie Watkins dan Said Benrahma seharga kurang dari 10 juta Poundsterling untuk ketiganya, dan menjualnya sebesar 77 Juta Poundsterling adalah contohnya.
Benham bukan Presiden yang hanya menerima laporan jadi,tetapi juga membantu peran staff dalam rekrutmen pemain.
Lee Dykes yang bertugas di bidang rekrutmen, juga memiliki peran tidak kalah penting.
Berposisi sebagai Sporting Director, Lee Dykes sejatinya pernah melatih tim gurem seperti Carlisle dan Rotherham United.
Dan yang mengejutkan ia adalah pemain Rugby.
Rugby, adalah permainan yang detail dengan perhitungan statistik dipadukan dengan kondisi permanan di lapangan.
Ini yang diaplikasikan pria berusia 36 tahun ini di lapangan, rekrutmen membutuhkan data yang sangat detail demi finansial klub.
Mereka tidak ragu menjual pemain bintang, seperti Ezri Konsa dan Chris Mepham, tetapi harus mendapatkan pemain dengan kualitas sepadan.
Tentu, ini tidak mudah, tetapi Lee Dykes sukses mewujudkan itu.
Statistika dalah kunci, Lee Dykes menghabiskan total 13 jam sehari untuk menganalisis hasil scouting, calon pemain baru.
"Kami menjual Watkins 32 Juta Poundsterling, Benrahma 25 Juta Poundsterling," buka Lee Dykes di The Athletic.
"Lalu kami mendatangkan David Raya, Rico Henry, Christian Norgaard dan Ethan Pinnock tidak lebih dari 15 Juta Poundsterling," lanjutnya.
"Dan secara analisis ketat dari tim statistik kami, Ivan Toney kami datangkan, bersama Charlie Gode dan Vitaly Janelt, ini adalah bisnis yang bagus," tambah Lee Dykes.
Baca juga: Suporter Hungaria Beringas, Polisi Inggris Dipukul Mundur dari Tribune. FIFA Kecam Insiden Wembley
Yang tentu sensasional adalah Bryan Mbueno.
Mbueno adalah pemain U-19 Prancis, dan sempat masuk radar Southampton dan Leicester City.
Kedua tim sempat menawar 8 Juta Poundsterling kepada Troyes, lalu mundur dari kesepakatan tersebut.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi, dan kenapa mereka mundur, ada alasan yang tidak pasti," ujar Dykes.
"Kami bergerak, dan mendaratkannya, itu adalah transfer terbaik,"
"Banyak hal yang tidak bersinggungan apapun dengan sepak bola justru menjadi menurunkan harga pemain, itu yang terjadi," lanjut Dykes.
Mbuemo mengemas 47 penampilan dan 16 gol bersama Brentford.
"Saya harus membuat semua orang berpikiran sama dan saya yakin ada 16 posisi di lapangan.
"Misalnya, ada 11 dan 11A, itu adalah pemain sayap kiri — yang ke-11 adalah Ryan Giggs, di luar, dengan kaki kiri; 11A adalah Cristiano Ronaldo ketika dia berada di sebelah kiri, masuk ke dalam dan bermain hampir seperti seorang striker.
“Saya membangun sistem ini karena terlalu mudah bagi pengintai untuk mengatakan, 'Ada tiga pemain sayap teratas'.
"16 posisi berarti kami tidak pernah ketinggalan, jadi semua yang kami lakukan disesuaikan dengan itu, Ada sekitar 765 pemain di liga itu dan kami dapat mengetahui kapan saja bagaimana keadaan mereka.” tambah Dykes.
Baca juga: Liga Inggris: Kode Penting Werner untuk Tuchel agar Performanya Meledak Bersama Chelsea
Dan secara taktik, Pep Guardiola secara tidak sengaja mengajarkan sesuatu yang penting untuk Lee Dykes dan Thomas Frank.
Dykes saat itu belajar di University of Salford dan mengambil gelas Master.
Pep Guardiola salah satu dosen tamu di situ menjelaskan kesamaan Bury dengan Manchester City.
“Salah satu hal yang paling menakjubkan — sebagai mantan pemain liga rugby — adalah ketika Pep melihat seorang pria dari rugby union di lapangan. Dia mengenakan atasan rugby.
“Guardiola menjemputnya dan berkata, 'Rugby?'
“'Ya', kata pria itu. Dia sedang membangun asosiasi rugby baru di Belanda.
“‘Rugby itu brilian’, kata Pep. 'Saya mengajari pemain saya rugby'.
"'Rugby, Anda mendapatkan bola, Anda berlari ke arah pria itu, Anda menariknya dan Anda mengoper'."
Gambar Ilkay Gundogan langsung muncul di pikiran Dykes.
“Sekarang,” kata Dykes, “Saya menonton Man City dan itu adalah pemain demi pemain yang memancing lawan — lalu mengoper.
"Menakjubkan. Saya yakin di semua program pengajaran di Inggris, tidak ada yang memilikinya di silabus.
"Dan Anda memiliki Pep Guardiola mengatakan, 'Saya melakukan ini dengan pemain tim utama saya'.
“Itu hanya membuatmu berpikir.”
Ini kemudian menjadi taktik bersama dengan Thomas Frank.
Brentford turun dengan 4-3-3 yang justru akan berubah menjadi 4-2-2-1-1 ketika menyerang, mereka menarik lawan, dan langsung mempercepat transisi dan menghasilkan peluang.
Ini wajib diwaspadai oleh tim-tim Liga Inggris, karena skema permainan yang terbuka bisa menjadi boomerang dari permainan mereka.
Dan Brentford bisa memberikan kejutan musim ini, kekuatan statistik dan perpaduan taktik bisa menjadi cara sukses bagi mereka.
(Tribunnews.com/Gigih)