Robert Alberts Ungkap Masalah yang Dihadapi Pemain Persib Jelang Lawan Persela
di tim Persib ada persaingan antarpemain untuk mendapat posisi inti. Termasuk Geoffrey yang harus bersaing dengan Wander dan Ezra
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pelatih Persib Bandung, Robert Alberts, yakin anak asuhnya bisa menutup seri kedua Liga 1 2021 dengan kemenangan.
Diketahui, seri kedua Liga 1 memang tinggal menyisakan satu pertandingan di seri kedua Liga 1 2021/2022.
Pada laga terakhir seri kedua atau pekan ke-11, Kamis (4/11/2021), Maung Bandung bakal berhadapan dengan Persela Lamongan.
Jika mampu memetik tiga poin, maka Persib menjadi satu-satunya tim yang selalu meraih kemenangan di seri kedua.
Baca juga: Sumber Gol Persib Tersebar dari Banyak Pemain, Robert Alberts Singgung Mentalitas Maung
Baca juga: Persib Terima Kabar Buruk Jelang Lawan Persela, 2 Pemain Dipulangkan, Winger Argentina Tak Bisa Main
Selain itu, Wander Luiz dan kawan-kawan akan terus menempel ketat Bhayangkara FC yang kini sedang duduk di puncak klasemen dengan 25 poin.
Pelatih Persib, Robert Albert, mengaku optimistis bisa menutup seri kedua dengan kemenangan.
Menurutnya, rasa optimisme untuk mencapai kemenangan merupakan bagian dari profesi seorang pelatih sepak bola.
"Jika tidak optimistis maka jangan bermain sepak bola. Kami selalu optimistis dalam setiap pertandingan meski hasilnya bisa menang, imbang atau kalah," ujar Robert Alberts, akhir pekan kemarin.
Sampai pekan ke-10, Robert menilai timnya sudah berada di jalur yang tepat.
Oleh karena itu, ketika menghadapi Laskar Joko Tingkir nanti, dia yakin bisa melaluinya dengan kemenangan.
Baca juga: Terkurung di Malaysia, Saddil Ramdani Terancam Tak Bisa Perkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2020
"Tapi yang harus saya perhatikan adalah mental dalam bertanding karena mulai terlihat kaki yang kelelahan, pemikiran yang lambat," katanya.
Dia mengakui, tidak mudah bagi para pemain untuk tetap tinggal di kamar hotel dalam jangka waktu yang cukup lama.
Karena kompetisi tahun ini, menggunakan sistem bubble to bubble yang membuat para pemain tidak bisa bertemu dengan keluarganya.
"Ini gaya hidup yang sulit bagi semua orang, pergi jauh dari rumah. Jadi rasa lelah dan jenuh mulai terlihat," katanya.