Keputusan Naif MU Pertahankan Solskjaer, Tidak Berkaca ke Chelsea?
Manchester United bisa berkaca dengan Chelsea, pemecatan sang legenda dengan menunjuk pelatih terbaik dunia, apakah masih tersedia?
Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Dwi Setiawan
Proyek jangka panjang dan visi masa depan dibuang jauh ketika hasilnya serba salah.
Kebutuhan yang tidak terpuaskan untuk sukses mengalahkan segalanya, memastikan semua orang bisa disingkirkan, bahkan pria yang dianggap sebagai pemain terbaik The Blues.
Hal itu berhasil untuk Chelsea, jelas. Tidak ada klub Liga Inggris lainnya yang meraih gelar lebih banyak sejak Abrahimovic mengambil alih klub pada tahun 2003.
Ada lima gelar Liga Inggris, dua trofi Liga Champions, dua kemenangan Liga Eropa, dan sejumlah trofi domestik lainnya.
Ditambah capaian musim ini yang berhasil merengkuh trofi Piala Super Eropa setelah mengalahkan Villarreal (juara Liga Eropa).
Trofi tersebut menjadi trofi kedua Chelsea di bawah asuhan Thomas Tuchel (yang pertama Liga Champions) yang datang menggantikan Frank Lampard pada Januari 2021.
Tuchel mengubah nasib Chelsea, tim yang berada di urutan kesembilan pada klasemen Liga Inggris ketika itu.
Namun kini, lihatlah, Chelsea kukuh di puncak klasemen Liga Inggris dari 11 pertandingan dan selisih 3 angka dari Liverpool (posisi 2).
"Jika mereka tida senang, mereka akan memecat saya," buka Tuchel soal standart tinggi yang harus dia lakukan untuk skuat The Blues dengan mental pemenang.
"Saya memutuskan untuk tidak terlalu khawatir tentang itu dan melakukannya, cukup berani untuk melakukan petualangan ini.
"Sudah menjadi karakter saya untuk lebih percaya pada peluang daripada risikonya," pungkasnya.
Dengan bertindak cepat menggantikan sang legenda dan mendatangkan pelatih berusia 48 tahun itu, Chelsea meraih hasil instan dalam waktu tak kurang dari 12 bulan.
Tidak semua klub papan atas bisa mengambil ketegasan dan keberuntungan yang dimiliki Chelsea.
Seperti halnya Manchester United saat ini.