Steven Gerrard & Xavi Hernandez, Bukti Pelatih Cemerlang Berasal dari Gelandang Gemilang, Kok Bisa?
Hadirnya Gerrard & Xavi dalam kursi kepelatihan di Liga elit Eropa semakin memberi bukti bahwa pelatih hebat berasal dari gelandang hebat.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - Merupakan sebuah impian bagi seorang pesepak bola untuk menjadi pelatih hebat setelah kariernya di lapangan sudah usai.
Dan kebanyakan orang berfikir bahwa striker hebat akan menjadi seorang pelatih hebat pula berkat perannya di lapangan yang paling menonjol.
Namun, faktanya jelaslah tidak demikian, contoh paling nyata adalah Diego Maradona, ia merupakan seorang pemain yang karirnya begitu cemerlang selama menjadi pemain.
Gelontoran gol dan skill olah bola yang mumpuni membuat dia dianggap sebagai salah satu striker terbaik sepanjang masa.
Baca juga: Bedah Skuat Mewah Aston Villa dan Taktik Agresif Steven Gerrard, Sodok Papan Atas Liga Inggris?
Baca juga: Xavi, Si Guardiola Jilid II Datang, Ini 4 Adaptasi Xavi Agar Barcelona Keluar dari Zona Medioker
Namun, ketika dirinya menjabat sebagai seorang pelatih, bisa dibilang karirnya biasa-biasa saja.
Ia hanya melatih klub-klub lokal di Argentina dan Arab tanpa menyumbangkan satupun gelar juara.
Sempat dipercaya untuk melatih Timnas Argentina, namun, karier Maradona bersama Tim Tango juga naik turun hingga harus bersusah payah untuk lolos ke Piala Dunia 2010.
Di Piala Dunia tersebut, Maradona juga gagal total meski memiliki kedalaman skuat yang mumpuni, Argentina hanya sampai babak perempat final sebelum dibantai 0-4 oleh Jerman.
Seorang pelatih cemerlang, justru lahir hari seorang gelandang gemilang.
Contohnya Didier Deschamps, Pep Guardiola, Massimiliano Allegri, Antonio Conte, Diego Simeone, Zinedine Zidane, Carlo Ancelotti, hingga dua pelatih muda yang baru saja mendapatkan klub baru Steven Gerrard dan Xavi Hernandez.
Nama-nama yang disebutkan diatas adalah pelatih-pelatih hebat yang juga mempunyai karir cemerlang saat masih bermain sebagai seorang gelandang.
Bahkan di musim lalu, gelar Liga-liga top eropa, berhasil diraih oleh juru taktik yang dulunya bermain sebagai gelandang.
Di Liga Inggris, trofi berhasil diraih oleh Manchester City, pelatih mereka adalah Pep Guardiola, pria asal Spanyol tersebut merupakan mantan pemain yang berposisi gelandang untuk Barcelona dan Timnas Spanyol.
Kemudian di Liga Spanyol, Gelar sukses dibawa pulang Atletico Madrid yang dinahkodai oleh seorang Diego Simeone.
Simeone merupakan mantan pemain Atletico Madrid yang berposisi sebagai gelandang, ia dikenal sebagai seorang gelandang yang tangguh dan keras, ia adalah seorang destroyer yang menjadi pemutus serangan lawan di lini tengah.
Liga Italia dan Jerman pun demikian, dua pelatih pengantar Inter Milan dan Bayern Munchen membawa pulang trofi Liga adalah mantan pemain yang berposisi sebagai gelandang, Antonio Conte dan Hansi Flick.
Semasa bermain, mereka berdua telah meraih deretan trofi bergengsi, Conte pernah meraih gelar Liga Champions di musim 1995/1996 bersama Juventus.
Hansi Flick yang bermain di Bayern Munchen, telah membawa pulang trofi Bundesliga sebanyak empat kali.
Lalu, Steven Gerrard dan Xavi Hernandez adalah dua pelatih muda yang sukses meraih kejayaan di Skotlandia (Rangers) dan Qatar (Al Sadd).
Mereka berdua diboyong Aston Villa dan Barcelona lantaran memiliki karir mentereng bersama klub terdahulunya.
Semasa masih menjadi pemain, Gerrard dan Xavi adalah dua pemain yang berposisi sebagai gelandang dan sukses menyabet rentetan gelar prestisius bersama Liverpool dan Blaugrana.
Hadirnya Gerrard dan Xavi dalam kursi kepelatihan di Liga elit Eropa semakin memberi bukti bahwa kapabilitas yang dimiliki seorang gelandang mampu membawa mereka melaju menjadi seorang pelatih cemerlang.
Mengapa bisa demikian?
Pemahaman permainan
Gelandang adalah posisi vital dalam permainan sepak bola, mereka menjadi poros dan kunci permainan tim dalam aspek bertahan dan menyerang.
Gelandang akan selalu berfikir bagaimana cara agar timnya mampu mencetak gol dan tak kebobolan.
Mereka melayani penyerang, sekaligus membantu pemain belakang dalam urusan bertahan.
Seorang gelandang juga memiliki peran penting dalam hal mengatur tempo dan memilih alur serangan dalam permainan.
Gelandang hebat tentunya sangat mampu untuk melakukan peran-peran tersebut, lalu ketika melatih, mereka akan menerapkan ilmunya di lapangan ke sebuah taktik yang ia buat.
Barry Hulshoff (mantan pemain belakang Ajax) dalam wawancara bersama BBC pernah mengatakan bahwa rekannya saat bermain, Johan Cruyff adalah "sutradara" dalam permainan Ajax.
“Dialah yang menjadi otak dalam tim. Kami membahas bagaimana mengisi ruang sepanjang waktu. Dialah yang menentukan kemana kita harus berlari, kemana kita harus pindah dan di mana kita harus diam," Kata Barry Hulshoff.
Dan benar saja, karir cemerlang Cruyff selama bermain, mampu ia tularkan ke karir kepelatihannya, Cryuff dikenal sebagai pencetus tiki taka dan total football di Barcelona yang membawa tim asal Catalan tersebut meraih deretan prestasi.
Manajerial
Aspek lain yang sangat penting untuk menjadi pelatih hebat adalah memahami dan membaca para pemain untuk mengeluarkan potensi terbaik mereka.
Karena gelandang adalah orang yang mengontrol tempo permainan, sangat penting bagi mereka untuk memahami kemampuan pemain di sekitarnya.
Mereka terbiasa mengoper bola sesuai dengan kecepatan, kaki yang kuat dan menjaga parameter lain dari semua pemain.
Inilah membuat mereka mampu membaca kualitas para pemain yang membantu mereka di kemudian hari dalam karir manajerial mereka.
Salah satu eksponen terbaik dari peran ini adalah Diego Simeone, yang terkenal dengan kemampuannya membaca permainan dan melihat potensi pemainnya.
Simeone selalu saja menghadirkan pemain-pemain yang tak diperhitungkan sebelumnya, menjadi sosok penting dalam skema yang diusungnya, jika dahulu ada nama Griezmann dan Aguero, sekarang ada Marcos Llorente.
Meski posisi asli pemain asal Spanyol tersebut adalah gelandang bertahan.
LIorente diplot sebagai striker oleh Simeone dalam latihan Atletico Madrid.
Menjalani peran barunya bersama Simeone, musim lalu, mantan pemain Real Madrid itu mampu menjadi topskor kedua Los Rojiblancos.
Torehan 13 golnya sepanjang musim hanya kalah dari Luis Suarez yang mampu mencetak 21 gol untuk Atletico.
Berkat polesan Simeone juga, Llorente mampu menembus skuat Timnas Spanyol pada Euro 2020.
Ketenangan
Salah satu peran paling penting dari manajer adalah untuk tetap tenang dan memegang kendali.
Seorang gelandang selalu berada dalam tekanan, baik dalam proses menyerang ataupun bertahan, ia selalu menjadi pemain yang paling dekat dengan lawan, berusaha melepaskan diri dan membuka ruang.
Itulah sebabnya ketika mereka menjadi manajer mereka selalu bisa berfikir jernih dan mampu mengontrol tekanan yang ada.
Orang mungkin mengatakan manajer seperti Diego Simeone atau Antonio Conte selalu bersemangat dan ekspresif.
Namun, kedua pelatih tersebut memiliki ketenangan yang luar biasa, mereka sering kali mampu lepas dari situasi sulit dan meningkatkan mental pemain mereka.
Ketenangan mereka adalah alasan mereka dapat membaca situasi dan membuat perubahan yang efektif.
Apalagi Pep Guardiola, ia adalah pelatih yang paling sibuk berteriak dari pinggir lapangan dan memberi instruksi ke pemainnya.
Ia juga tampak selalu gelisah dan kelimpungan, padahal, ia adalah salah satu manajer dengan ketenangan yang luar biasa.
"Yang terpenting adalah ketenangan, anda tak bisa meraih hasil sempurna jika selalu tertekan, berfikir jernih dan positif selalu saya tekankan ke pemain saya," Kata Pep dilansir BBC.
Di Liga Champions musim lalu, Pep Guardiola harus berhadapan melawan skuat bintang PSG di semi final.
Ia berada dalam ekspetasi yang besar, yaitu membawa City lolos utuk pertama kalinya di final Liga Champions.
Namun, berkat tangan dingin dan ketenangannya, ia sukses membawa The Citizens mengalahkan skuat bintang PSG dalam 2 leg sekaligus.
(Tribunnews.com/Deivor)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.