TRIBUNNEWS.COM - Setelah jeda internasional, akan menarik melihat penampilan dari Barcelona di musim ini.

Setelah memecat Ronald Koeman sebagai pelatih kepala, Barcelona menunjuk pria yang sudah sangat akrab dengan dengan klub sebagai pelatih : Xavi Hernandez.

Pria berusia 41 tahun ini menghabiskan beberap tahun terkahirnya melatih tim asal Qatar, Al Sadd, dan membawa timnya tampil cukup apiik.

Musim lalu, Al Sadd meraih gelar juara liga Qatar tanpa terkalahkan, tetapi yang menarik adalah pendekatan permainan tim yang mengingatkan kita kepada Barcelona di era Guardiola.

Baca juga: Peran Aaron Ramsdale dan Ben White di Arsenal, Kepercayaan Arteta, Bantu Aubameyang

Baca juga: Khianati AC Milan, Donnarumma Curahkan Rasa Sakit Hati Jadi Ban Serep Keylor Navas di PSG

Memberikan ekspektasi kepada Xavi untuk memperbaik permainan Barcelona hanya dalam hitungan pekan akan sangat naif, tetapi menarik melihat pendekatan yang dibangun Xavi di Al Sadd dan bagaimana implementasinya di Barcelona.

Membahas skema Xavi nantinya, sedikitnya harus melihat pendekatan yang dibangun oleh para mantan pelatihnya di Barcelona dan Spanyol.

Xavi, ketika bermain bukanlah sosok yang dianggap apik pada awalnya, ketika Guardiola masih bermain di Barcelona, Xavi nyaris dilepas oleh klub.

Pasalnya, ia dianggap kurang tinggi, dan secara fisik kalah bersaing dengan deretan gelandang papan atas di awal 2000-an.

Hal yang sama juga terjadi kepada Iniesta hingga Pedro, sebelum akhirnya, kehadiran Xavi membuat perubahan di Barcelona dan Spanyol.

Xavi tidak akan merebut bola dalam duel-duel fisik, tetapi membaca ruang dan memotong umpan adalah kekuatannya, maka mengubah pakem 4-2-3-1 menjadi 4-3-3 adalah cara yang akhirnya dilakukan baik di Barcelona ataupun di Timnas Spanyol.

Menariknya, Xavi sempat di posisikan sebagai nomor 10, di mana ia cukup bersinar, tetapi menyebut tidak nyaman dan lebih senang bermain sebagai ‘nomor 8 yang diberi kebebasan’.

Pendekatan ini, yang kemungkinan akan dilakukan oleh Xavi di Barcelona dalam membangun timnya.

Maka, jangan heran Xavi tidak menggunakan 4-3-3 atau 4-2-3-1, namun akan lebih banyak menggunakan variasi skema 3 bek di Barcelona.

Pendekatannya adalah W-M yang digunakan pada periode Total Football ala Johan Cruyff medio 70-an, menariknya, akan ada sedikit perubahan untuk mengakomodasi peran ‘nomor 8 yang bebas’.

Barcelona kemungkinan akan turun dengan 3–2-2-3 atau 3-2-4-1 dengan dua double pivot yang akan sama-sama berperan sebagai nomor 8.

Keduanya akan secara bergantian untuk membantu serangan, sehingga menciptakan overolad di lini depan, ketika Barcelona membawa bola.

Dan ketika kehilangan bola, Barcelona bisa langsung menekan, sekaligus menjaga area pertahanan, dan tentu, jarak antar pemain yang rapat akan sangat krusial nantinya.

Baca juga: Xavi Hernandez Terapkan Denda Bagi Pemain Barcelona Yang Langgar Aturannya

Baca juga: Barisan Pemain yang Gampang Diboyong Newcastle, Ada Bek Inter Milan & 2 Amunisi Barcelona

Frenkie de Jong dan Sergio Busquets akan memainkan peran ini, fungsi adanya skema yang dibangun Xavi adalah untuk mereduksi duel-duel fisik yang harus dihadapi oleh para pemai Barcelona.

Pedri dan Gavi juga kemungkinan akan diberikan kesempatan untuk mulai mendapatkan tempatnya di tim utama, sekaligus melanjutkan apa yang dibangun di akademi.

Lalu, bagaimana dengan Daniel Alves?

Dengan pendekatan yang dibangun oleh Xavi, peran pemain asal Brasil ini bisa jadi akan lebih banyak di sisi ofensif dibandingkan sisi bertahan.

Ini bukan hal yang baru bagi Dani Alves, ia bermain sebagai penyerang sayap di Sao Paulo, dan kemampuannya dalam melakukan pressing akan sangat dibutuhkan oleh Xavi.

Ujian pertama untuk Xavi dipastikan tidak akan mudah, mereka akan menghadapi laga derby Catalan kala berjumpa dengan Espanyol di Camp Nou, sebelum menghadapi Benfica di Liga Champions.

(Tribunnews.com/Gigih)