68 Pemain-Ofisial Liga 1 Positif Covid-19, Save Our Soccer Minta Kompetisi Dipindah ke Pulau Jawa
Opsi lain yang dinilai baik yakni memindahkan lokasi kompetisi ke provinsi yang berhasil mengendalikan kurva kasus Covid-19.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
68 Pemain Liga 1 Positif Covid-19, Save Our Soccer Dorong Agar Kompetisi Dipindahkan ke Pulau Jawa
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali mendorong agar kompetisi BRI Liga 1 musim 2021/2022 dihentikan sementara.
Permintaan ini menyusul 68 pemain dan ofisial klub Liga 1 dipastikan terkonfirmasi positif virus Covid-19.
Diketahui Laga Persipura vs Madura United di Stadion Kompyang, hari ini, harus ditunda karena 24 pemain dan ofisial Tim Sape Kerab dinyatakan positif.
Baca juga: Jadwal Timnas Indonesia di Piala AFF U-23, Shin Tae-yong Langsung Gas, Ini Pemain yang Dipanggil
Baca juga: Badai Covid-19 Hajar Liga 1 2021, PT LIB Umumkan 51 Pemain dan 16 Ofisial Positif Terinfeksi
Baca juga: Hal Menarik Timor Leste Vs Indonesia Babak I, Terens Sundul Balik Badan, Shin Tae-yong Tutupi Wajah
Menurut Akmal kondisi ini harus ditangani secepatnya dengan menghentikan sementara gelaran kompetisi Liga 1.
Opsi lain yang dinilai baik yakni memindahkan lokasi kompetisi ke provinsi yang berhasil mengendalikan kurva kasus Covid-19.
"Sebaiknya kompetisi dihentikan dulu selama sepekan untuk dilalukan 3 T (Testing, Tracing, Treatment) kepada semua pemain di sistem bubble. Bila situasi Covid 19 sudah terkendali kompetisi bisa dilanjutkan lagi," kata Akmal Marhali kepada Tribunnews.com, Selasa (1/2/2022).
"Bila perlu Seri 4 dipindahkan ke tempat yang lebih memungkinkan. Seperti Jawa Tengah misalnya," sambung Akmal.
Akmal menduga ada sejumlah hal yang menyebabkan penyebaran Covid-19 varian Omicron menjadi sangat masif di sistem bubble Liga 1.
Pertama, kendurnya penerapan protokol kesehatan baik 3 T maupun 5 M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, menghindari kerumunan dan Mengurangi mobilitas).
Kedua, sistem bubble to bubble yang diterapkan tidak seketat pada Seri 1 dan Seri 2.
"Alhasil para pemain bebas berwisata, bertemu banyak orang dari cafe ke cafe, dari restaurant ke restaurant dari pantai ke pantai.
Padahal, sejatinya sistem bubble atau gelembung hanya membolehkan para pemain berinteraksi dengan ekosistemnya di hotel, tempat latihan, dan tempat pertandingan.
Hal ketiga yang diduga jadi sebab masifnya kasus infeksi Covid-19 di Liga 1 adalah jadwal pertandingan yang sangat padat.
"Ketiga mungkin karena jadwal tanding yang padat dan jam tayang yang larut malam juga ikut memengaruhi penurunan imunitas pemain yang pada akhirnya mudah terpapar," tutur Akmal.
"Ingat, saat gelombang pertama Covid terjadi dalah satu saran yang diberikan para tenaga kesehatan (nakes) adalah jam tidur yang tidak boleh lewat dari jam 22.00 WIB," ujar Akmal.
"Nah, bagaimana mau beristirahat bila jam 00.00 WITA para pemain masih di lapangan. Ini harus dikoreksi PSSI dan LIB untuk disesuaikan," sambung dia.
Menurut Akmal, jadwal pertandingan di malam hari patut menjadi bahan evaluasi LIB dan PSSI.
"Jadwal pertandingan yang larut malam juga harus dihilangkan. Ingat kesehatan adalah prioritas yang harus diutamakan," kata Akmal.