Bedah Kualitas Lini Tengah AC Milan, Kunci Moncernya Olivier Giroud & Ibrahimovic di Usia Senja
Di usia mereka yang begitu uzur, atribusi keduanya lebih mengandalkan kecerdikan dalam mencari posisi serta finishing yang fantastis.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan

TRIBUNNEWS.COM - AC Milan sedang duduk nyaman di puncak klasemen Liga Italia usai mengalahkan Napoli dengan skor 1-0 di giornata ke-28.
Gol tunggal Olivier Giroud menjadi penentu kemenangan AC Milan untuk membawa Rossoneri menyandang status Capolista alias pemuncak klasemen.
Ya, meski sudah berusia 35 tahun, namun ketajaman Giroud belum habis, ia mampu mencetak gol-gol penting bagi AC Milan.
Dibeli dari Chelsea dengan harga 5 juta euro 'saja', pemain asal Prancis itu sudah menyumbangkan 11 gol dan 3 assist bagi Rossoneri di seluruh kompetisi.

Baca juga: Sejarah Berpihak Kepada Liverpool, Ini Catatan 5 Pertemuan Liverpool dengan Inter Milan
AC Milan peduli setan dengan usia senja striker-striker mereka, sebelum kedatangan Giroud mereka juga memiliki Zatan Ibrahimovic yang sudah berusia 40 tahun.
Meski sudah berusia lanjut, ia adalah sosok protagonis yang mampu membawa AC Milan tampil bertaji di dua musim terakhir.
Pada musim lalu, (2020/2021), AC Milan dibawanya kembali berkompetisi di Liga Champions setelah tujuh tahun lamanya.
Rossoneri mampu tampil bertaji dengan finish di peringkat kedua dibawah Inter Milan yang meraih Scudetto.
Zlatan yang saat itu berusia 39 tahun, memberi kontribusi 15 gol dan 2 assist dari 19 pertandingan bersama tim yang bermarkas di San Siro tersebut.
Usia Zlatan sekarang memang tidak lagi muda. Tapi, dengan rekam jejaknya sebagai bomber veteran yang tajam, tak berlebihan jika Rossoneri menaruh harapan kepada striker bernomor punggung 11 tesebut.
Dan benar saja, kontribusinya di musim selanjutnya tak mati, di usia yang menginjak 40 tahun, Zlatan tetap saja bertaji.
Ya, Giroud dan Zlatan adalah dua sosok striker yang bahu membahu menggeondong AC Milan mengejar mimpi scudetto.
Di usia mereka yang begitu uzur, atribusi keduanya lebih mengandalkan kecerdikan dalam mencari posisi serta finishing yang fantastis.
Mereka tak banyak berlari, apalagi merebut bola. Tugas mereka fokus mencetak gol, rutinitasnya dari musim ke musim.

Baca juga: Pesan Guardiola: Dear Manchester City, Pantang Tiru Nasib Kurang Mujur AC Milan di Liga Champions