Persipura Jayapura, Klub Raksasa yang Alami Nasib Pelik di BRI Liga 1, Degradasi ke Liga 2?
Persipura Jayapura mendapatkan sanksi WO dan denda senilai 250 juta lantaran tak menghadiri laga tunda melawan Madura United
Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - Persipura Jayapura mendapatkan sanksi WO dan denda senilai 250 juta lantaran tak menghadiri laga tunda melawan Madura United yang dijadwalkan digelar pada Senin, (21/02/2022).
Tak hanya itu, Mutiara Hitam juga mendapatkan sanksi yang lebih berat, yaitu mendapatkan kurangan poin sebanyak tiga angka di BRI Liga 1.
Kasus yang dialami Persipura dan sanksi berat yang diberikan oleh pihak PSSI seakan menambah beban Mutiara Hitam yang saat ini berada dalam zona degradasi.
Saat ini Mutiara Hitam berada di zona degradasi bersama dua tim lainnya, yaitu Persela Lamongan dan Persiraja Banda Aceh.
Atas sanksi WO dan pengurangan 3 poin, Persipura terjun di posisi ke-16 dengan torehan 26 poin dari 28 pertandingan.
Baca juga: Hasil BRI Liga 1 2021: Hujan 6 Gol, Barito Putera Imbangi Madura United, Beto Goncalves Ukir Brace
Hal tersebut begitu mengejutkan, Persipura merupakan klub mentereng Indonesia yang hampir tiap musim sukses merengkuh trofi liga domestik.
Mereka juga menjadi langganan wakil Indonesia untuk berkompetisi di ajang kontinental, baik Liga Champions Asia, ataupun AFC Cup.
Padahal, di awal musim Persipura masih dilatih oleh juru taktik asal Brasil, Jackson F. Tiago yang kualitasnya tak perlu dipertanyakan lagi.
Ia adalah sosok kunci dibalik kejayaan persipura dari musim ke musim.
Persipura Jayapura merupakan tim dengan torehan gelar liga domestik terbanyak di Indonesia dalam dekade ini.
Terhitung, sejak tahun 2009, Persipura yang saat itu sudah dilatih oleh Jackson F. Tiago telah menjuarai Liga Indonesia sebanyak tiga kali.
Tiga prestasi tersebut berhasil Persipura raih di tahun 2009, 2011, dan 2013.
Meski tak menjadi juara di musim-musim setelahnya, Persipura selalu berhasil finish di papan atas klasemen.
Menjadi tim dengan pemain lokal terbanyak, serta penyumbang nama-nama besar untuk Timnas Indonesia.
Di kancah kontinental, Persipura Jayapura juga merupakan wakil Indonesia yang paling mentereng.
Bersama Jackson F. Tiago, Mutiara Hitam pernah melaju sampai babak perempat final AFC Cup di tahun 2011.
Tiga tahun berselang, catatan lebih impresif mampu mereka ukir, Mutiara Hitam berhasil mencapai babak semi final AFC Cup 2014.
Bahkan, Kuwait FC sebagai sang juara bertahan turnamen kasta kedua benua Asia itu berhasil dibantai dengan skor 6-1 oleh superiornya permainan Mutiara Hitam di Stadion Mandala, Jayapura.
Namun, itu hanya menjadi kenangan masa lalu.
Bisa dibilang musim ini adalah musim terburuk yang dijalani Persipura bersama tongkat kepelatihan Jackson F. Tiago.
Hingga akhirnya, pelatih asal Brasil pun dipecat pada pertengahan musim dan digantikan oleh Angel Alfredo Vera.
Pelatih baru sudah didatangkan, namun Persipura Jayapura tetap saja tak mampu menunjukkan penampilan mentereng yang menyelamatkan mereka dari ancaman jurang degradasi.
Skuat Mutiara Hitam musim ini sebenarnya tidaklah begitu buruk, mereka masih memiliki nama-nama pemain lokal besar seperti Ian Kabes, Ricky Kayame, hingga Ramai Rumakiek.
Baca juga: Sanksi Buat Persipura yang Tak Hadir Lawan Madura United, Poin Dikurangi 3, Didenda Rp 250 Juta
Nama yang disebutkan terakhir merupakan punggawa andalan lini depan Timnas Indonesia yang berhasil mencetak gol di laga debutnya bersama Garuda saat melawan China Taipei.
Lalu apa yang membuat performa Persipura musim ini begitu merosot?
Pemilihan pemain asing bisa dibilang menjadi blunder Persipura musim ini.
Striker asing mereka, Yevhen Bokhashvili hanya mampu mencatatkan 4 gol dari 22 bagi Mutiara Hitam di BRI Liga 1 musim ini.
Alhasil, Persipura hanya mampu mencetak 19 gol selama kompetisi bergulir.
Itu di lini depan, lini belakang Persipura juga patut disorot, mereka sudah kebobolan sebanyak 135 kali, menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling banyak bersama dua tim lainnya, Persiraja dan Persela.
Pemain asing yang direkrut pun tak mampu menunjukan performa apik, justru sebaliknya.
Henrique Marcelino Motta seringkali kalah ketika beradu kecepatan melawan barisan lini depan lawan.
Tinggi badannya yang mencapai 188 cm juga tak berhasil mencegah persipura kebobolan lewat bola udara, seringkali gol yang bersarang ke gawang Persipura berawal dari bola-bola set piece.
Lalu, dapat dikatakan faktor utama merosotnya penampilan Mutiara Hitam adalah ketiadaan Boaz Solossa yang sudah menjadi ikon klub selama bertahun-taun.
Secara mengejutkan nama Boaz Solossa dikeluarkan dalam skuat Persipura lantaran kasus indisipliner yang Boaz lakukan karena tak menghadiri beberapa jadwal latihan tim kebanggan masyarakat Papua tersebut.
Boaz adalah mesin pencetak gol ulung Mutiara Hitam, total dirinya sudah mencetak 225 gol dari 359 penampilan bersama Persipura.
Dirinya pun sukses menjadi top skor Liga Indonesia di musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2012/2013.
Ketidakhadiran Boaz di lapangan jelas berpengaruh pada ketajaman lini serang Mutiara Hitam musim ini.
Tapi tak hanya itu, sosok kepemimpinan Boaz sebagai seorang kapten juga mempengaruhi mental para pemain Persipura.
Tak ada lagi yang mampu memberi rasa nyaman dan tanggung jawab di ruang ganti ataupun lapangan.
Mental juara yang dibangun sang kapten telah hilang dalam skuat Persipura 2021/2022.
Mereka lebih sering menunduk ketika telah tertinggal, alih-alih membalikkan keadaan justru mereka kebobolan lebih banyak dan tersulut emosi.
Di pertandingan saat menghadapi Persebaya Surabaya pada putaran pertama adalah yang paling mencolok, saat itu bek Persipura, Israel Wamiau diusir wasit dari lapangan.
Kartu merah yang ia terima memang selayaknya diberikan, ia menyerang pemain asing Persebaya, Bruno Moreira dari belakang dan terjadilah perkelahian.
Persipura pun harus bermain dengan 10 orang, dan menerima kekalahan dengan skor telak 3-1 dari tim besutan Aji Santoso tersebut.
Kini, di sisa empat laga BRI Liga 1, mau tak mau Persipura harus selalu meraih poin penuh untuk menggeser Barito Putera yang berada tepat di atas mereka pada pada papan klasemen.
Asa bertahan di Liga tertinggi di Indonesia masih ada, mental dan etos kerja yang lebih harus diperlihatkan para penggawa Mutiara Hitam untuk menyelamatkan mereka dari degradasi.
(Tribunnews.com/Deivor)