Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Superskor

Isco Alarcon, James Rodriguez, dan Seabrek Alasan Punahnya Pemain No 10 di Sepak Bola Modern

Sepak bola modern dan formasi barunya mengandalkan permainan gelandang bertipe box-to-box, yang bergerak naik turun selama 90 menit

Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
zoom-in Isco Alarcon, James Rodriguez, dan Seabrek Alasan Punahnya Pemain No 10 di Sepak Bola Modern
JOSE JORDAN / AFP
Gelandang Real Madrid Spanyol Isco melakukan selebrasi setelah mencetak gol pada pertandingan leg pertama babak 16 besar Copa del Rey (Piala Raja) antara Elche CF dan Real Madrid CF di stadion Martinez Valero di Elche pada 20 Januari 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Seiring berjalannya waktu, semakin terbukti bahwa sepak bola telah berkembang lebih banyak, dan peran pemain nomor 10 mulai memudar dari permainan sepak bola modern.

Trequartista diberikan kepada pemain yang paling kreatif, mahir dalam hal membagi bola dan mencetak gol dari lini kedua.

Deco di Porto, Juan Riquelme di Villareal dan Mesut Ozil di Arsenal (Kepelatihan Wenger) adalah contoh paling nyata dari peran nomor 10 dalam sepak bola.

Sepak bola modern dan formasi barunya mengandalkan permainan gelandang bertipe box-to-box, yang bergerak naik turun selama 90 menit, dengan etos kerja dan stamina yang tinggi.

Pemain nomor 10 yang identik dengan kemalasannya dalam urusan bertahan membuat mereka tak lagi diistimewakan.

Manajer seperti Antonio Conte, Jurgen Klopp, dan Jose Mourinho lebih sering memilih gelandang dengan tipikal pekerja keras yang dapat diandalkan untuk menyerang dan bertahan.

Manajer Liverpool asal Jerman Jurgen Klopp menyaksikan para pemainnya melakukan pemanasan menjelang pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions UEFA antara Liverpool dan Inter Milan di Anfield di Liverpool, barat laut Inggris pada 8 Maret 2022.
Manajer Liverpool asal Jerman Jurgen Klopp menyaksikan para pemainnya melakukan pemanasan menjelang pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions UEFA antara Liverpool dan Inter Milan di Anfield di Liverpool, barat laut Inggris pada 8 Maret 2022. (PAUL ELLIS / AFP)

Baca juga: Kabar Milan, Si Master Dribble Pilih Rossoneri Ketimbang Arsenal-Liverpool, Minati Wonderkid Chelsea

Baca juga: Ngebet Pinang Kylian Mbappe, Barcelona Butuh Bantuan Messi untuk Kalahkan Real Madrid

Bahkan di Liverpool, sejak tiga musim belakangan peran playmaker diberikan kepada striker mereka, Roberto Firmino.

BERITA TERKAIT

Perlu diingat, Firmino sebelum direkrut Liverpool merupakan pemain yang berposisi sebagai playmaker untuk Hoffenheim.

Jurgen Klopp yang mengutamakan skema 4-3-3 dengan permainan gegenpressing dan kick and rush membuat Liverpool lebih mengandalkan gelandang tipikal box to box untuk mengisi lini tengah The Reds.

Lalu, Firmino yang memiliki kreatifitas serta visi bermain yang mumpuni diberi peran false nine oleh Jurgen Klopp.

Tugas utama Firmino bukanlah mencetak gol, melainkan untuk melayani dua winger Liverpool Sadio Mane dan Mohamed Salah.

Hasilnya? istimewa. Dengan skema tersebut Liverpool berhasil menjuarai Liga Champions di musim 2018/2019, dan gelar Liga Primer Inggris di musim setelahnya.

Contoh lain pemain trequartista yang perannya diubah dalam skema tim adalah Kai Havertz di Chelsea.

Bersama Thomas Tuchel yang idealis dengan skema tiga beknya, Havertz yang merupakan seorang playmaker diberi peran lain oleh pelatih asal Jerman tersebut.

Havertz seringkali bermain sebagai false nine dan seorang winger, skema 3-4-3 dan 3-4-2-1 miliki Tuchel mengharuskan pemain berusia 21 tahun tersebut mengalami lintas posisi.

Selebrasi pemain Chelsea, Kai Havertz setelah membobol gawang Lille dalam lanjutan leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Stamford Bridge, Rabu (23/2/2022) dini hari.
Selebrasi pemain Chelsea, Kai Havertz setelah membobol gawang Lille dalam lanjutan leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Stamford Bridge, Rabu (23/2/2022) dini hari. (Instagram @Chelseafc)

Baca juga: Ketajaman Kai Havertz di Chelsea: Solusi Mandulnya Romelu Lukaku, Penyempurna Skema Thomas Tuchel

Untung saja Havertz berhasil melakukan perannya dengan baik, ia sukses mengantar Chelsea menjadi juara Liga Champions musim lalu walaupun tak banyak menyubang assist dan gol untuk The Blues.

Itu dua contoh seorang trequartista yang berhasil melakukan lintas posisi.

Lalu yang gagal? 

James Rodriguez dan Isco adalah dua contoh pemain yang menjadi korban dari sepak bola modern yang mulai meninggalkan peran nomor 10 di musim ini.

James Rodriguez adalah seorang trequartista brilian di Real Madrid pada era kepelatihan Carlo Ancelotti di musim 2014/2015.

Bahkan ia mampu meraih gelar gelandang terbaik di La Liga pada musim tersebut, dengan torehan 14 gol dan 15 assist.

Namun kegemilangan James mulai memudar seiring berkembangnya sepak bola, puncaknya ada di musim ini.

Bermain di tim semenjana Everton, dirinya tak mendapatkan tempat utama bagi sang pelatih Rafael Benitez.

Pelatih asal Spanyol tersebut mengusung permainan pragmatis dengan sistem 4-4-2.

Ia lebih mengandalkan dua gelandang nomor 8 seperti Allan dan Doucoure. James tentu tak akan masuk ke dalam permainan dengan skema seperti itu.

Kini sang playmaker memilih mengakhiri karir gemilangnya dengan hijrah ke tim Qatar, Al Rayyan.

Satu trequartista cemerlang lainnya juga pernah dimiliki oleh Real Madrid, pemain tersebut adalah Isco.

Isco Alarcon saat membela Real Madrid
Isco Alarcon saat membela Real Madrid (instagram @iscoalarcon Verified)

Baca juga: Gavi dan Araujo Menolak Tawaran Kontrak Baru di Barcelona, Ini Beberapa Masalah yang Mereka Hadapi

Baca juga: Cari Pengganti Kessie, AC Milan Menantang Dinding Kesetiaan Jorginho kepada Chelsea

Bersama Zinedine Zidane ia diberi peran nomor 10 dengan skema 4-3-1-2, tugasnya tak begitu dibutuhkan untuk bertahan, ia fokus untuk melayani dua striker Los Blancos saat itu, Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema.

Bermain brilian, Isco mampu menyumbangkan dua gelar Liga Champions untuk Real Madrid di dua musim berturut-turut.

Namun, seiring berjalannya waktu, formasi 4-3-1-2 yang sering digunakan untuk mengedepankan kreatifitas sang playmaker digantikan dengan skema 4-3-3 yang lebih mengutamakan keseimbangan tim.

Alhasil, peran Isco pun mulai terpinggirkan, musim lalu saja, dari 29 pertandingan pemain asal Spanyol tersebut hanya bermain selama 1092 menit dengan rata-rata menit bermain 37 menit per pertandingan.

Di sepak bola modern, gelandang bertipe box to box dan pekerja keras lebih dipilih dalam skema 4-3-3 dan 3-4-3, yang sekarang menjamur dan digunakan oleh banyak tim-tim besar.

Sebagai salah satu mantan pemain terbaik dalam peran trequartista, Ricardo Kaka memahami bahwa sepak bola era sekarang tak lagi mendukung pemain tipikal seperti itu.

Menurutnya, garis pertahanan yang tinggi membuat pemain nomor 10 kesulitan untuk menciptakan kreativitas.

"Kita tidak punya lagi pemain klasik no.10," kata Kaka dilansir Sky Sports.

"Saya telah melihat perubahan dalam pertandingan. Situasinya canggung sebab bukan berarti pemain-pemain seperti itu tidak ada, hanya posisi-posisi lain dipandang lebih penting,"

"Alih-alih, sekarang kita punya formasi 4-3-3 di mana ketiga gelandang adalah pemain box to box," 

"Ketika garis pertahanan tinggi, ruang kosong menjadi lebih sempit, jadi pemain nomor 10 tak lagi mempunyai ruang untuk mengembangkan permainan," pungkas mantan pemain AC Milan itu.

Di musim ini, praktis hanya seorang Bruno Fernandes di Manchester United dan Kevin de Bruyne di Manchester City yang mampu tampil konsisten di peran trequartista karena terbantu oleh taktik manajer mereka yang masih mengoptimalkan peran nomor 10 di sistem permainan.

Pemain muda milik AC Milan, Brahim Diaz masih harus banyak membuktikan diri untuk bisa disebut sebagai trequartista yang handal, apalagi dirinya juga sering diberi peran sebagai seorang winger oleh pelatihnya, Stefano Pioli.

(Tribunnews.com/Deivor)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas