Isco Alarcon, James Rodriguez, dan Seabrek Alasan Punahnya Pemain No 10 di Sepak Bola Modern
Sepak bola modern dan formasi barunya mengandalkan permainan gelandang bertipe box-to-box, yang bergerak naik turun selama 90 menit
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Seiring berjalannya waktu, semakin terbukti bahwa sepak bola telah berkembang lebih banyak, dan peran pemain nomor 10 mulai memudar dari permainan sepak bola modern.
Trequartista diberikan kepada pemain yang paling kreatif, mahir dalam hal membagi bola dan mencetak gol dari lini kedua.
Deco di Porto, Juan Riquelme di Villareal dan Mesut Ozil di Arsenal (Kepelatihan Wenger) adalah contoh paling nyata dari peran nomor 10 dalam sepak bola.
Sepak bola modern dan formasi barunya mengandalkan permainan gelandang bertipe box-to-box, yang bergerak naik turun selama 90 menit, dengan etos kerja dan stamina yang tinggi.
Pemain nomor 10 yang identik dengan kemalasannya dalam urusan bertahan membuat mereka tak lagi diistimewakan.
Manajer seperti Antonio Conte, Jurgen Klopp, dan Jose Mourinho lebih sering memilih gelandang dengan tipikal pekerja keras yang dapat diandalkan untuk menyerang dan bertahan.
Baca juga: Kabar Milan, Si Master Dribble Pilih Rossoneri Ketimbang Arsenal-Liverpool, Minati Wonderkid Chelsea
Baca juga: Ngebet Pinang Kylian Mbappe, Barcelona Butuh Bantuan Messi untuk Kalahkan Real Madrid
Bahkan di Liverpool, sejak tiga musim belakangan peran playmaker diberikan kepada striker mereka, Roberto Firmino.
Perlu diingat, Firmino sebelum direkrut Liverpool merupakan pemain yang berposisi sebagai playmaker untuk Hoffenheim.
Jurgen Klopp yang mengutamakan skema 4-3-3 dengan permainan gegenpressing dan kick and rush membuat Liverpool lebih mengandalkan gelandang tipikal box to box untuk mengisi lini tengah The Reds.
Lalu, Firmino yang memiliki kreatifitas serta visi bermain yang mumpuni diberi peran false nine oleh Jurgen Klopp.
Tugas utama Firmino bukanlah mencetak gol, melainkan untuk melayani dua winger Liverpool Sadio Mane dan Mohamed Salah.
Hasilnya? istimewa. Dengan skema tersebut Liverpool berhasil menjuarai Liga Champions di musim 2018/2019, dan gelar Liga Primer Inggris di musim setelahnya.
Contoh lain pemain trequartista yang perannya diubah dalam skema tim adalah Kai Havertz di Chelsea.
Bersama Thomas Tuchel yang idealis dengan skema tiga beknya, Havertz yang merupakan seorang playmaker diberi peran lain oleh pelatih asal Jerman tersebut.