Rahasia Dominasi Man City & Liverpool di Liga Inggris: Kecerdasan Pep & Klopp Sulap Atribut Pemain
Dua tim teratas Liga Inggris, Manchester City dan Liverpool menyuguhkan persaingan yang begitu sengit.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNNEWS.COM - Dua tim teratas Liga Inggris, Manchester City dan Liverpool menyuguhkan persaingan yang begitu sengit.
Keduanya hanya berjarak satu poin saja di tabel klasemen Liga Inggris hingga pekan ke-30.
Manchester City berada di puncak klasemen dengan torehan 73 poin, sedangkan Liverpool berada tepat di bawahnya dengan 72 angka.
Tak ada tim lain selain The Citizens dan The Reds yang berpeluang meraih trofi Liga Inggris musim ini.
Baca juga: Hasil Liga Inggris - Manchester City Berburu Gelar Juara, Guardiola Doakan Hoki Liverpool Jelek
Baca juga: Chelsea Dibikin Babak Belur Brentford, Tuchel Merasa Frustasi setelah Kebobolan 3 Gol dalam 10 Menit
Ya, konsistensi adalah kunci dari keduanya hingga mampu menjadi dua tim teratas untuk memperebutkan trofi paling bergensi di tanah Inggris tersebut.
Sang juru taktik, Pep Guardiola dan Jurgen Klopp memiliki cara masing-masing untuk menyusun strategi terbaik mereka.
Sama-sama menjadi tim dengan penguasaan bola terbanyak hingga saat ini, ada perbedaan yang cukup mencolok dari cara bermain Manchester City dan Liverpool.
Kolektivitas Manchester City
Meski tampil tanpa striker murni di depan, racikan Guardiola yang mengandalkan kolektivitas pemain membuat lini depan manchester City begitu moncer.
Guardiola tak bergantung pada satu atau dua pemain untuk mencetak gol, seluruh pemain The Citizens dapat mencatatkan namanya di papan skor.
Dilansir Transfermarkt, sudah ada 19 pemain The Citizens yang sukses merobek jala gawang lawan, ciamik!
Guardiola yang bermain false nine tak segan untuk mengotak-ngatik barisan gelandangnya untuk menjadi striker palsu di depan.
Guardiola memanglah jenius, ia bisa menggunakan beberapa pakem di pertandingan-pertandingan Manchester City.
Ia tak ragu untuk mencadangkan pemain mentereng jika gaya bermainnya tak sesuai dengan skema yang telah ia racik.
Musim ini, Guardiola paling sering bermain dengan skema 4-3-3, dengan dua full back yang rajin membantu penyerangan.
Bahkan, Joao Cancelo seringkali bergerak ke tengah guna menambah pemain City di lini tengah, itu membuat skema City berbentuk 3-2-2-3.
Saat City membangun serangan, Cancelo akan naik ke tengah untuk berdiri sejajar bersama gelandang bertahan, lalu posisinya di bek kiri diisi bek tengah The Citizens.
Hal tersebut membuat Manchester City unggul jumlah pemain di lini tengah.
Di trio lini depan, Guardiola lebih sering memainkan Grealish/Sterling, De Bruyne/Foden, dan Gabriel Jesus/Mahrez.
Hampir di setiap pertandingan, Guardiola selalu memasang trio penyerang yang berbeda.
Bermain tanpa striker murni memang membuat Pep Guardiola mengubah starting line upnya, ia membutuhkan pemain winger kreatif untuk membuat The Citizens kuat dalam ball possesion. Dan pemain tersebut adalah Grealish.
Sejak bermain bersama Aston Villa, pemain asal Inggris tersebut memang memiliki atribusi dalam hal penguasaan bola dan kemampuan dribel yang ciamik.
Grealish juga memiliki visi bermain yang tinggi, itu membuatnya seringkali bergerak ke tengah untuk menjadi seorang playmaker, bergantian dengan de Bruyne ataupun Bernardo Silva.
Hal tersebut membuat City mampu menguasai ball Possesion hingga 68% per pertandingannya.
Sterling tentunya tak bisa berperan seperti Grealish, pemain berpostur 170 cm itu lebih bertipikal sebagai winger murni yang mengandalkan kecepatan dan skill olah bola.
Perubahan skema yang diterapkan Guardiola membuat Sterling harus bersabar untuk bermain dari menit awal di tiap pertandingannya.
Meski ta terlalu menonjol, namun Grealish mampu menjawab kepercayaan Guardiola dengan baik.
Dilansir FBref, progressive passes Grealish berada di angka 5.13 tertinggi kedua setelah de Bruyne, dribbles completed Grealish juga berada di angka 2.55 berada di atas Raheem Sterling yang hanya berada di angka 2.21.
Grealish memang tak rajin mencetak gol untuk The Citizens, hanya 3 gol dan 3 assist dari 32 pertandingan.
Namun hadirnya dia di sisi kiri Manchester City membuat serangan The Citizens lebih rancak.
Memasang Grealish dan de Bruyne berarti Guardiola memiliki dua pemain bertipe playmaker di sepertiga akhir.
Visi keduanya membuat City memiliki lebih banyak opsi untuk membongkar pertahanan lawan.
Dari sayap kiri dan tengah, Grealish menambah daya gedor The Citizens. Anak asuh Guardiola jadi memiliki opsi lebih untuk membongkar pertahanan.
Grealish memiliki kontrol bola dan teknik yang cukup untuk menarik lawan agar mengerubunginya, hal ini berguna agar kawalan terhadap penyerang lain melemah.
Saat lawan berfokus ke areanya, Grealish mampu memindah serangan ke area yang lebih kosong dengan cepat.
Hal tersebutlah yang tak bisa dilakukan oleh Sterling untuk Guardiola, permainan Sterling lebih menusuk, ketika dikepung lawan ia akan lebih sering memaksakan diri dan akhirnya kehilangan bola.
Maka, tak heran jika nama Grealish terus masuk dalam starting line up Manchester City meski catatan gol dan assistnya tak mencolok.
Efektivitas permainan-lah yang dibutuhkan Guardiola dalam diri Jack Grealish, urusan mencetak gol dan memberi assist akan menjadi tanggung jawab pemain The Citizens lainnya.
Hadirnya Grealish membuat peran De Bruyne sebagai pengatur serangan di sepertiga akhir menjadi terbantu.
Bahkan hadirnya Grealish mampu membuat De Bruyne tampil lebih cair dan lebih sering berada di area sentral lawan untuk mencatatkan namanya di papan skor.
Hasilnya, torehan gol De Bruyne musim ini cukup produktif, ia mampu menjebol gawang sebanyak tujuh kali dari 23 pertandingan yang sudah dijalani bersama The Citizens.
Ya, kedalaman skuat dan kecerdasan Guardiola dalam memanfaatkan atribut pemainnya menjadi kunci dari kecemerlangan City di musim ini.
Superioritas Liverpool
The Reds menjadi tim yang paling mendominasi di Liga Inggris musim ini.
Daftar top skorer diisi oleh 3 pemain Liverpool, Mo Salah berada di puncak dengan torehan 20 gol, tepat dibawahnya ada Diogo Jota dan Sadio Mane yang membukukan 14 dan 12 gol.
Itu dalam urusan mencetak gol, perihal memberi assist, lagi-lagi pemain The Reds mendominasi.
Trend Alexander-Arnold berada di urutan pertama dengan 11 assistnya, disusul Mo Salah dan Robertsen yang menyumbangkan 10 dan 9 assist.
Fakta tersebut membuktikan bahwa Liverpool berhasil tampil lebih superior dibandingkan Manchester City yang berada di puncak klasemen Liga Inggris.
Kans untuk menggusur pasukan Pep Guardiola itu pun semakin terbuka lebar, mengingat konsistensi dan ketajaman yang diperlihatkan anak buah Jurgen Klopp.
Ya, start impresif Liverpool tahun ini memberi sinyal bahwa tim asuhan Juergen Klopp sudah kembali di jalur juara.
Setelah di musim selanjutnya sempat terseok-seok hingga harus finish di peringkat 4 Liga Inggris dengan susah payah.
Kembalinya seorang Virgil Van Dijk menjadi faktor penting dalam performa apik Liverpool musim ini.
Van Dijk memberikan rasa aman di pertahanan Liverpool dengan menjadi pemimpin di barisan belakang.
Pemain asal Belanda tersebut handal dalam urusan membaca alur bola, memenangkan duel dan menutup pergerakan lawan.
Dilansir FBref, aerials won Van Dijk berada di angka 3.33, tertinggi diantara pemain Liverpool lainnya, catatan merebut bolanya juga sangat baik, 82% pergerakan lawan berhasil direbut oleh Van Dijk.
Tak cuma handal dalam bertahan, pemain berusia 30 tahun tersebut juga menjadi sosok penting bagi The Reds dalam hal membagi bola, itu sangat membantu Liverpool untuk membangun serangan dari belakang.
Catatan umpan bawah sukses berada di angka 97%, sedangkan umpan udara berada di angka 78.5%.
Kelebihan Van Dijk sangat efektif dalam Liverpool untuk menguasai pertandingan, Liverpool mencatatkan penguasaan bola 63% di musim ini.
Dengan kelebihannya tersebut, ia juga aktif mengirim umpan diagonal ke depan untuk memberi bola ke full back Liverpool yang aktif membantu serangan.
Lancarnya alur serangan Liverpool juga memberi impact untuk moncernya performa Mohamed Salah, pemain asal mesir tersebut berhasil tampil bertaji musim ini.
Catatan 27 gol dan 10 assist berhasil ia sumbangkan untuk Liverpool hanya dalam 31 pertandingan.
Baru-baru ini, Salah juga mengukir rekor sebagai pemain sayap tercepat yang berhasil mencetak 100 gol di Liga Inggris.
Pemain berpostur 175 cm tersebut berhasil mencetak 100 gol hanya dalam 162 laga. Mengalahkan torehan dari seorang Cristiano Ronaldo.
Jika dikalkulasi, Mohamed Salah telah mencetak 121 gol dari 181 pertandingan bersama Liverpool di Liga Inggris.
Itu menjadikannya sebagai orang afrika dengan jumlah gol terbanyak di Liga Inggris mengungguli Didier Drogba dan rekannya di tim, Sadio Mane.
Magis Mohamed Salah begitu dibutuhkan Liverpool untuk mendongkrak The Reds dari posisi dua klasemen menuju puncak untuk menggeser Manchester City.
(Tribunnews.com/Deivor)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.