"Aku masih inget yang dulu (pas kecil) jadi tukang parkir, masak aku lupa meskipun jadi pemain Persebaya," jawaban ketika banyak orang yang menyinggungnya dalam video YouTube unggahan Persebaya pada 16 Desember 2020.

Ia juga menceritakan bagaimana dulu sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, harus membantu orang tua (ibuk) menjaga warung kopi hingga jadi tukang parkir.

"Orang tua saya jualan, gorengan, donatmi goreng, ada es kopi dan jajanan cemilan," kata Andhika.

"Sebelum ada warung kopi, saya bukak warung kecil-kecilan dengan ibuk (kayak gerobok), jadi tiap hari beres-beres. Itu dari SD sudah bukak."

"Dulu mau beli apa-apa itu harus ngumpulin uang dulu. Jadi kata ibu, 'sini lo, bantuen aku jaga parkir (jaga ruko)'," kenangnya

"Ya namanya tidak ada uang lebih buat jajan, Saya melakukan itu jaga parkir," tambahnya.

Lalu bagaimana dia mengelola waktu latihan dengan jaga warung?

Sejak dulu, Andhika melakukan aktivitas sejak bangun tidur pas waktu subuh.

Ia latihan mandiri di rumah, bantu orang tua, sebelum berangkat latihan ke El Faza, etmpat ia menimba ilmu sepakbola.

"Kegiatan pagi setelah solat subuh latihan mandiri, bantu orang tua, terus siang menjaga warkop bantu orang tua juga saat mereka solat. Sorenya baru latihan bersama El Faza," jelas Andhika Ramadhani.

Sunanti, ibu Andhika bahkan masih ingat ketika anaknya sudah bergabung dengan Persebaya Junior.

Andhika hendak bertanding pada keesokan hari, namu dia belum punya sarung tangan kiper.

Ibuknya bergegas untuk mencarikan uang, hingga pinjam ke keluarganya untuk bisa iuran membelikan Andhika sarung tangan.

"Mau tanding besok ga punya sarung tangan, jadi saya minta sumbangan dengan adik dan kakak saya untuk beli sarung tangan, jadi urunan semua untuk beli sarung tangan," kenang Sunanti.