Kans Scudetto AC Milan, Pragmatisme Stefano Pioli, Peran Mentereng Trequartista & Regista Rossoneri
Dengan pengalamannya di musim lalu, yang dibutuhkan AC Milan hanyalah konsistensi untuk selalu mengamankan 3 poin.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNNEWS.COM - AC Milan meraih kemenangan meyakinkan di giornata ke-33 Liga Italia melawan Genoa pada Sabtu (16/04/2022) dini hari WIB.
Rossoneri sukses mengandaskan perlawanan Genoa dengan skor dua gol tanpa balas lewan sumbangan gol Rafael Leao dan Junior Messias.
Posisi AC Milan di puncak klasemen Liga Italia pun tak tergeser, namun, torehan 71 poin Rossoneri terus dibuntuti oleh Inter yang juga sukses meraih 3 angka di pertandingan terakhir mereka.
Yang dibutuhkan Rossoneri saat ini adalah konsistensi, kejadian seperti musim lalu tak boleh kembali terulang.
AC Milan yang sempat berada di puncak klasemen dari awal hingga pertengahan musim harus rela digusur Nerrazzuri berkat inkonsistensi mereka.
Baca juga: Di Balik Kemenangan AC Milan atas Genoa, Stefano Pioli Terkesan dengan Peningkatan Peforma Tonali
Baca juga: Daftar 5 Besar Tim Paling Produktif Mencetak Gol Sepanjang Sejarah Liga Champions, Chelsea Nomor 4
Kini, dengan kepercayaan diri yang lebih berlipat sekaligus telah gugurnya mereka di Liga Champions membuat Sandro Tonali dan kolega dapat lebih fokus bermain di Liga Italia.
Dalam daftar skuat, Pioli memang tak memiliki barisan pemain baru yang namanya begitu mentereng.
Namun, chemistry yang terjalin antar pemain Rossoneri musim ini mampu membuat AC Milan tampil menjanjikan di Liga Italia.
Khususnya di lini tengah, pakem 4-2-3-1 dengan permainan pragmatis Stefano Pioli menghadirkan keseimbangan permainan AC Milan.
Franck Kessie, Sandro Tonali, dan Ismael Bennacer bahu membahu mengawal serangan lawan sekaligus menciptakan peluang berbahaya bagi Rossoneri.
Nama yang disebutkan pertama adalah gelandang cerdas yang memiliki visi bermain tinggi.
Per catatan FBref, ia menjadi pemain AC Milan dengan jumlah operan teringgi di kotak penalti dengan rata-rata 3.34 per pertandingannya.
Ia adalah ball playing midfielder sekaligus trequartista yang menjadi tulang punggung AC Milan selama dua musim ini hingga mampu lolos ke zona Liga Champions dan bersaing meraih scudetto.
Meskipun sering melakukan umpan beresiko, rata-rata passing pemain berusia 25 tahun tersebut cukup apik, yaitu berada di angka 88.54% per pertandingannya.
Stefano Pioli jelas senang bukan main memiliki pemain selengkap Franck Kessie dalam skuatnya.
Pemain asal Pantai Gading itu dapat ia duetkan bersama gelandang Rossoneri lainnya yang memiliki atribut mentereng.
Kessie dapat menjadi mentor bagi barisan gelandang AC Milan yang masih berusia muda.
Sandro Tonali, Brahim Diaz, dan Ismael Bennacer mampu tampil apik berkat peran Kessie yang begitu taktis dalam membagi bola di lini tengah.
Keseimbangan di lini tengah memberi kenyamanan bermain AC Milan, dengan skema 4-2-3-1 yang dia usung, pelatih asal Italia tersebut selalu memakai dua regista untuk mengatur lini tengah Rossoneri.
Adalah Sandro Tonali dan Ismael Bennacer, dua regista yang menjadi denyut nadi dan sutradara handal dalam mengatur tempo permainan AC Milan.
Mereka berdua bahu membahu menjadi tumpuan di lini tengah Rossoneri, baik saat dipasangkan, ataupun bermain bergantian mengawal lini tengah AC Milan.
Keduanya selalu mampu menampilkan permainan yang mengesankan.
Banyak yang menyebut Tonali merupakan titisan Andrea Pirlo, dari posisi, cara bermain ,dan gaya rambutnya yang memang 11 12 dengan Pirlo.
Nyatanya, kemiripan tersebut bukan sekedar omongan belaka, dari segi kemampuan, Tonali punya kans untuk menjadi salah satu gelandang komplet yang dimiliki Milan.
Baca juga: Rencana Transfer AC Milan, 3 Pemain Anyar Isi Posisi Vital, Lazio Sambar Romagnoli, Tonali Naik Gaji
Visi bermainnya sangat baik, ia juga memiliki kemampuan passing dan dribel yang mumpuni.
Kemampuan passing dan dribel Tonali membuat aliran bola di lini tengah menjadi lebih encer.
Tonali dapat membantu Milan keluar dari pressing lawan ketika menerima bola di kedalaman.
Sejauh ini, Tonali sebagai gelandang memiliki akurasi passing yang apik, yakni ada di angka 85.2 persen.
Tak cuma itu, progresi umpan lambungnya juga mentereng yaitu di angka 14.78, ia hanya kalah dari gelandang AS Roma, Bryan Crstante.
Tonali pun sering diandalkan Milan untuk menjadi eksekutor bola mati utama, satu gol dari tendangan bebas ia cetak saat Milan menumbangkan Cagliari di giornata kedua Liga Italia.
Kemampuan bertahan dan etos kerja Tonali juga sepantasnya mendapatkan pujian, ia menjadi penghalau serangan lawan dari lini tengah.
Baca juga: Siaran Langsung Semifinal Piala FA Malam Ini, Manchester City vs Liverpool, Live di MNCTV
Pioli yang sering bermain pragmatis bagi mengandalkan kinerga gelandangnya dalam urusan bertahan.
Catatan pressure Tonali berada di angka 19.11 per pertandingan, sedangkan catatan block eks pemain Brescia ini berada di angka 2.23 per pertandingan.
Tonali begitu ngotot dalam bermain, ia tak pernah berhenti berlari untuk mengalirkan bola dari tengah, sang pemain juga tak lupa akan tugasnya membantu Milan dalam bertahan.
"Jika bisa memiliki kemampuan para legenda, aku akan jadi pemain yang sempurna. Kupikir aku punya kesamaan dengan Pirlo,"
"Namun, aku pun selalu ngotot dalam bermain. Jadi, aku juga punya sedikit Gattuso dalam diriku," kata Tonali dilansir Football Italia.
Pioli memang pantas sumringah, kedalaman skuat Milan di lini tengah tak perlu diragukan lagi, ia juga memiliki satu regista handal untuk mendongkrak efisiensi permainan pragmatis yang diusungnya.
Ismael Bennacer adalah jawaban saat Milan membutuhkan keseimbangan dan kreatifitas permainan.
Pemain berdarah Aljazair tersebut memiliki karakter permainan ofensif dan apik dalam hal mengatur tempo serangan.
Bennacer di Milan bermain sebagai penghubung antara lini tengah dan depan, ia kerap turun menjemput bola kemudian melakukan progresi ke depan dengan umpan-umpan pendek dan melakukan dribel untuk menerobos lini tengah lawan.
Pass completion sang pemain berada di angka 85.9% per pertandingan, kemampuan dribelnya juga mengesankan, drible completed pemain berusia 24 tahun tersebut berada di angka 2.04 per pertandingannya.
Dengan atribut semegah itu membuat Bennacer bermain begitu ofensif, ia juga sering dimainkan Pioli untuk menjadi playmaker yang mendongkrak lini depan Milan saat mengalami kebuntuan.
Contohnya adalah saat AC Milan bertemu Bologna pada giornata kesembilan, saat skor imbang 2-2, Pioli mendorong Bennacer untuk bermain lebih ke depan untuk berada di belakang Ibrahimovic.
Dan benar saja, melakukan dribel dari tengah hingga ke sepertiga akhir, Bennacer dengan pintar memberi umpan matang kepada Ibrahimovic yang membuka ruang di depan kotak penalti, dengan dingin, striker berusia 40 tahun tersebut mengonversi umpan Bennacer untuk membawa Rossoneri unggul.
Tak hanya menyumbang assist, pemain yang menimba ilmu bersama akademi Arsenal tersebut juga sukses mencetak gol lewat tendangan spektakuler dari luar kotak 16.
Bahkan, kehebatan Bennacer juga pernah mendapatkan pujian dari Cristiano Ronaldo saat keduanya masih bermain untuk Empoli dan Juventus.
"Saya sangat kagum dengan pemain Empoli yang bernomor punggung 10 (Bennacer), dia bisa menjadi seorang pemenang di masa depan," kata kapten Timnas Portugal tersebut dilansir Football Italia.
Baca juga: Hasil Klasemen Liga Italia Semalam: Inter & AC Milan Kompak Menang, Persaingan Scudetto Kian Panas
Apa yang dilontarkan Ronaldo dua tahun lalu pun perlahan mampu dibuktikan Bennacer, mentalitas bertandingan dan kontribusinya untuk AC Milan terus memberikan hasil positif untuk Rossoneri.
Dalam skema 4-2-3-1 yang dipakai Pioli, Bennacer dan Tonali saling terhubung, lewat kemampuan bertahan dan menyerang yang baik dari keduanya, membuat Pioli mampu melakukan transisi bertahan ke menyerang dengan baik.
Dengan apiknya performa kedua regista tersebut, mampu membuat penyerang gaek Ibrahimovic dan Olivier Giroud tampil bertaji.
Nama yang disebutkan pertama sudah menjadi top skor bagi Rossoneri di musim lalu dengan catatan 17 golnya.
Musim ini, Zlatan yang lebih banyak berada di ruang perawatan, membuat menit bermain Giroud lebih banyak.
Dan benar saja, pemain asal Prancis itu sukses menjadi tumpuan di lini depan AC Milan dengan torehan 7 golnya di Liga Italia.
Ya, kedalaman skuat dan keseimbangan yang dihadirkan Pioli pada permainan AC Milan membuat Rossoneri mampu bersaing untuk meraih scudetto secara dua musim berturut-turut.
Dengan pengalamannya di musim lalu, yang dibutuhkan AC Milan hanyalah konsistensi untuk selalu mengamankan 3 poin.
(Tribunnews.com/Deivor)