Kepala Pening Frank Lampard di Everton dan Status Pemegang Kutukan Pelatih Lokal Liga Inggris
Sengaja didatangkan untuk menjadi juru selamat Everton dari ancaman degradasi, Lampard belum mampu menunjukkan magisnya dalam meracik strategi
Penulis: deivor ismanto
Editor: Claudia Noventa
![Kepala Pening Frank Lampard di Everton dan Status Pemegang Kutukan Pelatih Lokal Liga Inggris](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/frank-lampard-ketika-mendamping-everton.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Frank Lampard sedang pening bukan main menangani tim Liga inggris, Everton.
Sengaja didatangkan untuk menjadi juru selamat Everton dari ancaman degradasi, Lampard belum mampu menunjukkan magisnya dalam meracik strategi.
Justru sebaliknya, Everton terus menorehkan hasil minor dan membuat The Toffees menjadi tim Liga Inggris yang berada dalam jurang degradasi.
Baca juga: Scudetto Bukan Tujuan Utama, Pioli Sebut AC Milan Telah Sukses Wujudkan Cita-cita Musim Ini
Baca juga: Klasemen Top Skor Liga Inggris: Persaingan City & Liverpool Kian Panas, Kran Gol Salah Kembali Macet
Rekor Lampard bersama Everton begitu buruk, Richarlison dan kolega hanya mampu meraih 2 kemenangan dalam 8 laga mereka di Liga Inggris.
Terakhir, The Toffees menyerah dengan skor 2-0 menghadapi Liverpool dalam pekan ke-34 Liga Inggris pada Minggu (25/04/2022).
![Striker Liverpool Belgia Divock Origi (tengah) melakukan diving untuk menyundul bola dan mencetak gol kedua tim selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Everton di Anfield di Liverpool, Inggris barat laut pada 24 April 2022.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/striker-liverpool-belgia-divock-origi-tengah-melakukan-diving-untuk-menyundul-bola.jpg)
Baca juga: Hasil Liga Inggris Tadi Malam: Chelsea Menang Dramatis, Liverpool Jadi Penguasa Derby Merseyside
Baca juga: Kans Liverpool Juarai Liga Inggris: Gegenpressing Jurgen Klopp, Peran Mo Salah & Dua Bek Andal
Hasil tersebut membuat Everton kini terlempar di posisi 18 klasemen Liga inggris dengan hanya mengumpulkan 29 angka.
Mengalami 6 kali kekalahan, satu hasil imbang, dan hanya satu kemenangan dari 8 laga di Liga Inggris membuat kemampuan Lampard dalam meracik strategi mulai dipertanyakan.
Apalagi, notabennya sebagai juru taktik asal Inggris, semakin membuat khalayak ragu dengan etos kerjanya sebagai pelatih.
Faktanya, pelatih lokal asal Inggris memang dipandang sebelah mata oleh berbagai khalayak dan tim-tm besar.
Di tim big six saja, tak ada satupun yang ditangani oleh pelatih asli asal Inggris.
Sebenarnya, asa untuk menghadirkan pelatih lokal hebat pernah terlahir dalam diri Frank Lampard.
Di musim 2019/2020, pelatih muda berusia 43 tahun tersebut dipercaya untuk menukangi bekas tim yang membesarkan namanya, Chelsea.
Musim pertamanya bersama Chelsea berjalan begitu meyakinkan, ia berhasil membawa The Blues untuk finish di peringkat empat klasemen Liga Primer Inggris.
Ia juga menjadi pelopor tim yang berkandang di Stamford tersebut untuk mengorbitkan pemain-pemain muda.
![Ekspresi manajer Everton asal Inggris, Frank Lampard dalam laga lanjutan Liga Inggris antara Tottenham Hotspur melawan Everton di Stadion Tottenham Hotspur, London, Inggris, Selasa (8/3/2022) dini hari WIB. Spurs membantai tamunya dengan skor 5-0 (3-0). AFP/BEN STANSALL](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/liga-inggris-tottenham-hotspur-bantai-everton-5-0_20220309_082952.jpg)
Nama-nama seperti Mason Mount, Tammy Abraham, dan Fikayo Tomori adalah deretan pemain muda yang ia bawa pulang dari masa peminjaman untuk mendapatkan tempat mengisi skuat inti The Blues.
Debut Lampard yang meyakinkan tersebut, membuat Roman Abrahamovic semakin percaya dengannya.
Untuk menaungi Liga Primer Inggris musim 2020/2021, Abrahamovic menggelontorkan dana sebesar 200 juta euro atau sekitar 3,2 triliun rupiah sebagai modal belanja pelatih asal Inggris itu.
Namun, hal tersebut justru menjadi bencana untuk Lampard.
Nama-nama besar yang ia boyong tak mampu ia kombinasikan dengan skuat muda miliknya.
Alhasil, Chelsea dibawanya tercecer di papan tengah Liga Primer Inggris hingga pekan ke-13.
Baca juga: Hasil Lazio vs AC Milan Liga Italia: Giroud dan Tonali Hantarkan Rossoneri Menang Comeback 1-2
Kondisi tersebut membuat Abrahamovic geram dan memecatnya pada bulan Januari untuk digantikan oleh juru taktik asal Jerman, Thomas Tuchel.
Dipecatnya Frank Lampard membuat asa untuk pelatih lokal dapat membawa pulang gelar Liga Primer Inggris pun pupus.
Sudah berjalan 34 pekan, Sudah ada delapan pelatih Liga Inggris yang dicopot dari kursi kepelatihannya.
Di antaranya adalah Xisco Munoz (Watford), Daniel Farke (Norwich), Nuno Espirito Santo (Tottenham), Steve Bruce (Newcastle), Dean Smith (Aston Villa), Ole Gunnar Solskjaer (Man United), Rafael Benitez (Everton), Claudio Ranieri (Watford), dan Sean Dyche (Burnley).
Yang menjadi pelik, 3 dari 9 nama yang disebutkan (Steve Bruce, Dean Smith, Sean Dyche) merupakan pelatih yang berstatus sebagai juru taktik lokal asal Inggris.
![Sean Dyche dipecat oleh Burnley pada Jumat (15/4/2022) setelah hampir 10 tahun menjabat sebagai pelatih kubu Turf Moor tersebut.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/sean-dyche-dipecat-oleh-burnley-pada-jumat-1542022.jpg)
Dilansir Transfermarkt, dengan dipecatnya mereka, hanya ada 4 nama saja yang merupakan orang asli Inggris dalam daftar 20 pelatih yang berlaga di Liga Primer Inggris musim 2021/2022.
Nama-nama tersebut adalah Howe Eddie (Newcastle United), Graham Potter (Brighton and Hove Albion), Steven Gerrard (Aston Villa) dan Frank Lampard (Everton).
Nama-nama yang disebutkan di atas, praktis hanya menangani klub-klub papan tengah dan bawah Liga Inggris. Artinya, pelatih lokal di sana memang tak diperhitungkan untuk menjadi sosok pelatih yang mumpuni.
Lebih buruknya, sampai detik ini, tidak ada satu pun pelatih asal Inggris yang berhasil membawa timnya menjuarai Liga paling kompetitif di eropa tersebut.
Fakta itu berbanding terbalik dengan empat liga top eropa lainnya.
Musim lalu saja (2020/2021) para peraih gelar di Serie A, La Liga, Bundesliga hingga League 1, berhasil diraih oleh tim yang dinahkodai oleh pelatih-pelatih lokal.
Inter Milan bersama Antonio Conte, Atletico Madrid bersama Diego Simeone, Bayern Munchen bersama Hans-Dieter Flick, dan Lille OSC bersama Christophe Galtier.
Baca juga: Sebabkan Mir Gagal Finish di MotoGP Portugal 2022, Miller Ungkap Kronologinya hingga Permintaan Maaf
Tim-tim elit di Liga Primer Inggris lebih mempercayakan timnya untuk ditukangi oleh pelatih asing, juru taktik asal Jerman menjadi yang paling favorit.
Sebenarnya, pelatih lokal Inggris pernah berjaya pada musim 1991/1992.
saat itu, Liga teratas di Negeri Ratu Elizabeth berhasil dimenangkan oleh Leeds United yang dinahkodai oleh juru taktik lokal bernama, Howard Wilkinson.
Saat itu, liga nomor satu di Inggris masih bernama First Division, barulah di musim 1992/1993 Liga Primer Inggris mulai digelar. Dan setelahnya, tak ada lagi pelatih lokal disana yang berhasil meraih kejayaan.
Gagalnya Lampard di Chelsea musim lalu, dan didepaknya Steve Bruce dari kursi kepelatihan Newcastle United musim ini membuat citra pelatih lokal Inggris semakin buruk.
Klaim sebagai liga paling kompetitif dan terbaik di dunia tak membuat Inggris mampu menghadirkan pelatih lokal elite yang namanya diperhitungkan.
(Tribunnews.com/Deivor)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.