5 Kecerdasan STY Bawa Timnas Indonesia ke Piala Asia 2023: Sulap Atribut Pemain & Contek Ancelotti
Dilatih oleh juru taktik sekaliber Shin Tae-yong, Timnas Indonesia memiliki barisan nama baru yang tampil melejit dengan atribut spesial.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Claudia Noventa
Ya, nama Rory Delap memang tak semelejit bintang Liga Inggris lainnya seperti Frank Lampard dan Fernando Torres.
Namun ada satu hal yang membuat namanya begitu dikenang.
Adalah kualitas lemparan kedalamnya yang seringkali membuat tim yang ia bela saat itu Stoke City meraih hasil positif.
Bahkan juru taktik Arsenal saat itu, Arsene Wenger, dibuat kesal bukan main dengan gaya bermain Stoke City yang begitu mengandalkan lemparan ke dalam Rory Delap.
Sampai-sampai Wenger mengejek Stoke City bukanlah tim sepakbola, namun tim rugby yang menurunkan seni dari sebuah pertandingan sepakbola.
Ia pun sempat menyarankan kepada FIFA untuk menghapus lemparan ke dalam di olahraga paling populer di dunia itu.
Ya, saat di tahun 2013an ada Rory Delap dengan 'jurus' lemparan ke dalamnya, sekarang 'jurus' tersebut dimiliki oleh punggawa Timnas Indonesia yang terbukti begitu ampuh.
Pratama Arhan adalah replika dari Rory Delap yang sudah sekian lama tak terlihat di pertandingan-pertandingan sepakbola.
Atribut spesial pemain berusia 20 tahun tersebut akan selalu dipakai Shin Tae-yong di setiap pertandingan Timnas Indonesia.
Tae-yong paham betul bahwa sepakbola bukan hanya tentang bermain cantik dan kolektif, namun juga mengenai kecerdasan dalam memaksimalkan atribut pemain.
Baca juga: Rapor Shin Tae-yong 8 Bulan Terakhir, Timnas Indonesia Meroket 20 Peringkat di Ranking FIFA
Duet Lini Tengah Persib
Duo gelandang Persib Bandung, Ricky Kambuaya dan Marc Klok selalu menjadi pilihan utama Shin Tae-yong untuk mengawal lini tengah Timnas Indonesia.
Kambuaya lebih bermain ke depan untuk melayani trio lini depan Garuda, benar saja, berkali-kali umpan terobosan dan kreativitas Kambuaya sukses mengancam gawang Filipina.
Kualitas passing dan visi bermain Kambuaya membuat peran Saddil dan Witan begitu melejit.
Berkali-kali umpan Kambuaya mampu melayani dua winger Timnas Indonesia itu yang bergerak menusuk ke arah kotak penalti.
Begitu juga Marc Klok, jika Kambuaya lebih membantu penyerangan Garuda, maka Klok adalah yang bertugas sebagai pivot pengatur tempo serangan dan pengawal lini tengah.
Klok mampu memberi rasa aman di lini tengah Timnas Indonesia lewat kecerdasannya membaca situasi pertandingan dan membaca pergerakan lawan.
Jelas, Duet Kambuaya dan Klok akan kembali menjadi andalan STY di ajang Piala Asia 2023 nanti.
Atribut spesial mereka begitu dibutuhkan untuk melancarkan serangan Garuda dan menghentikan serangan lawan dari lini tengah.
Contek Ancelotti
Selain aspek kolektivitas dan kedisiplinan, untuk memenangkan pertandingan, Shin Tae-yong dengan jeli menularkan ilmunya kepada penggawa Garuda.
Skema set piece dan kick off menjadi aspek penting yang coba diterapkan Shin tae-yong.
Dan hasilnya pun langsung terbukti di laga pembuka melawan tuan rumah Kuwait.
Setelah kebobolan di menit 40' lewat sundulan kepala Yousef Nasser, Timnas Indonesia langsung mampu menciptakan serangan berbahaya yang berbuah hadiah penalti.
Kuncinya ada di taktik kick off Shin Tae-yong!
Empat pemain menjalani peran krusial dalam taktik kick off juru taktik asal Korea Selatan itu.
Adalah Rizky Ridho, Marc Klok, Stefano Lilipaly, dan Rachmat Irianto.
Rizky Ridho yang berposisi sebagai bek tengah, maju hingga berada di depan Lilipaly untuk bersiap menerima umpan.
Saat Ridho Menerima umpan, ia akan mengembalikan bola kepada Lilipaly yang melakukan check in dan check out.
Dengan sekali sentuh, Lilipaly memberi umpan mendatar kepada Marc Klok yang sudah bersiap mengirim umpan lambung kepada Rachmat Irianto yang berlari dari sisi tepi.
Hasilnya? Sempurna!
Rachmat Irianto langsung berhadapan satu lawan satu dengan kiper Kuwait dan hadiah penalti pun diberikan wasit untuk Timnas Indonesia.
Taktik kick off seperti itu tak asing terlihat bukan?
Ya, Carlo Ancelotti dengan kejayaannya bersama Real Madrid sudah menerapkan skema seperti itu di musim ini.
Yang paling mencolok adalah saat Real Madrid berjumpa Paris Saint-Germain di babak 16 besar.
Sama persis seperti yang sudah diterapkan Shin Tae-yong, Ancelotti juga membutuhkan empat pemain untuk mempraktikan skemanya.
Namun, finishing yang kurang apik dari Vinicius membuat Real Madrid gagal mencetak gol dari skema kick off yang sudah diterapkan.
Di sepak bola modern memang para juru taktik begitu jeli untuk mencari cara agar mampu mencetak gol dengan segala aspek.
Dan Shin Tae-yong adalah juru taktik yang begitu jeli melihat hal tersebut.
(Tribunnews.com/Deivor)