Plus Minus Pemecatan Pelatih di BRI Liga 1 2022: Anyar Bukan Jaminan Bikin Nyaman!
Ada plus minus yang akan ditanggung setiap tim-tim BRI Liga 1 2022 mengenai pergantian pelatih ketika kompetisi sudah di tengah jalan.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - Kompetisi BRI Liga 1 2022 memang baru berjalan enam pekan.
Namun sudah banyak pelatih yang meletakkan jabatannya lantaran keras nan ketatnya persaingan kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia ini.
Tentu ada plus minus maupun untung-rugi perihal kebijakan tim dan pelatih yang memilih berpisah jalan.
Baca juga: Alasan PSIS Semarang Depak Sergio Alexandre Meski Liga 1 2022 Baru Berjalan Enam Pekan
Sebagaimana yang diketahui, pelatih paling anyar diberhentikan posisinya adalah juru taktik PSIS Semarang, Sergio Alexandre.
Keputusan Laskar Mahesa Jenar tak menggunakan jasa Alexandre lantaran sang pelatih dinilai tak memberikan hasil memuaskan.
Pria yang pernah membesut Persiraja Banda Aceh ini hanya mengemas dua kemenangan dari enam laga.
Sergio Alexandre bukan pelatih pertama yang harus menanggalkan jabatannya sebagai pelatih.
Sebelumnya sudah ada tiga juru taktik yang juga bernasib sama.
Pertama adalah Robert Alberts yang harus berpisah jalan dengan Persib Bandung.
Pelatih berkebangsaan Belanda ini memilih mengundurkan diri setelah membawa Maung Bandung melewati tiga pekan awal BRI Liga 1 2022 tanpa kemenangan.
Kemudian Javier Roca yang juga meninggalkan Persik Kediri. Juru taktik asal Chile tersebut mundur setelah gagal mempersembahkan kemenangan untuk tim Macan Putih.
Dan yang paling menarik atensi tentu saja Jacksen F Tiago, memilih undur diri dari tim Kota Bengawan, Persis Solo.
Jacksen F. Tiago sebenarnya masih mempersembahkan satu kemenangan untuk Persis Solo. Akan tetapi, juru taktik asal Brasil itu memutuskan untuk mundur dari posisi pelatih kepala.
Lantas apakah keputusan tim-tim BRI Liga 1 2022 menyudahi masa kerja pelatih dinilai tepat?, ada plus dan minus yang akan mengiringinya.
1. Keuntungan
Pergantian pelatih bisa menjawab rasa tidak puas suporter. Setiap suporter jelas menginginkan tim kesayangannya dibesut pelatih hebat dengan presentase kemenangan tinggi.
Di sisi lain, pelatih anyar juga dapat memberikan warna baru dalam sebuah permainan.
Sebagai contoh ialah Persib Bandung menggantikan Robert Alberts dengan Luis Milla.
Coach Robert sejauh ini dikenal dengan gaya permainan yang mengandalkan sektor sayap.
Berbeda dengan Luis Milla yang menekankan kepada koordinasi permainan dengan variasi umpan pendek merapat.
Kebanyakan, penunjukan pelatih di BRI Liga 1 2022 ketika kompetisi berjalan, banyak menyasar ke wajah-wajah lama.
Artinya sudah mengenal karakter permainan sepak bola Indonesia. Sekalipun itu pelatih asing.
2. Kerugian
Kerugian yang harus siap-siap ditanggung adalah bak beli kucing dalam karung.
Belum tentu pergantian ke pelatih anyar menjadi jaminan permainan maupun hasil dari sebuah tim sesuai dengan target awal.
Tidak bisa dipungkiri, Persis Solo, Persib Bandung dan tim-tim elite memasang target yang jelas di musim ini, yakni juara.
Namun sulit rasanya untuk meraih prestasi lewat hasil instan dengan penunjukan pelatih baru saat kompetisi sudah bergulir.
(Tribunnews.com/Giri)