Cerita Penonton Laga Arema FC vs Persebaya yang Berujung Rusuh: Titik Terendah Saya Menjadi Suporter
Cerita Aremania yang menonton laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan yang berujung rusuh dan membuat ratusan orang meninggal dunia.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Seorang Aremania, Rezqi Wahyu, menceritakan kronologi pertandingan Arema FC vs Persebaya yang berujung rusuh dan menewaskan ratusan orang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Rezqi Wahyu membagikan utas di Twitter pribadinya @RezqiWahyu_05, setelah menjadi saksi insiden mengerikan pada laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan.
Rezqi bersyukur, ia masih diberi keselamatan pulang ke rumah dalam kondisi sehat setelah menonton laga Arema FC vs Persebaya.
Berikut kronologi pertandingan Arema FC vs Persebaya dari sudut pandang Rezqi Wahyu, seorang Aremania.
Tribunnews.com sudah mendapatkan izin untuk membagikan cerita Rezqi.
Rezqi Wahyu sudah tiba dan masuk di Stadion Kanjuruhan saat pemain sedang melakukan pemanasan.
Semua berjalan aman dan tertib hingga kick off pukul 20.00 WIB.
Baca juga: Laga Arema FC vs Persebaya, 127 Orang Meninggal Dunia, Jadi Insiden Kematian Kedua Terbesar di Dunia
"Kick off dimulai dan pertandingan berjalan aman, tanpa kericuhan sedikitpun."
"Yang ada hanya suporter Arema saling melontarkan psywar ke arah pemain Persebaya," ungkap Rezqi.
Saat jeda babak pertama, Rezqi melihat ada sekitar 2-3 kali kericuhan kecil di tribun 12-13, yang bisa segera diamankan oleh pihak berwenang.
Babak kedua berlanjut dan tim Persebaya berhasil mencetak golnya yang ke-3, skor 2-3 untuk keunggulan Persebaya.
Arema FC semakin tampil menyerang menggempur gawang Persebaya, tapi tidak ada gol yang tercipta.
Baca juga: Komisi X DPR Prihatin Tragedi Laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan yang Memakan Korban Jiwa
"Semakin banyak serangan, semakin gemas juga kita sebagai suporter menontonnya," kata Rezqi.
Hingga peluit akhir dibunyikan, Arema FC tidak bisa menambah golnya, dan harus menerima kekalahan.
Awal Tragedi Dimulai
Peluit akhir yang menandakan kekalahan Arema FC atas Persebaya menjadi awal tragedi.
Rezqi menyebut, setelah peluit akhir dibunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa.
Pelatih Arema dan manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke suporter.
"Di sisi lain, ada satu orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa (pemain Arema FC), terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka," ungkap Rezqi.
Kemudian, Rezqi menyebut ada lagi beberapa oknum suporter yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema.
"Terlihat John Alfarizie mencoba memberi pengertian kepadan oknum-oknum tersebut."
"Namun, semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain," sambungnya.
Baca juga: Kerusuhan Pasca Laga Arema vs Persebaya, Kemal Pahlevi: Indonesia Tak Bisa Jadi Negara Sepakbola
Banyak Lemparan ke Arah Lapangan
Lebih lanjut, Rezqi menceritakan masuknya sejumlah suporter diikuti dengan lemparan berbagai macam benda ke arah lapangan, dan para suporter yang semakin tidak terkendali.
Lalu para pemain digiring masuk ke dalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib.
Setelah pemain masuk, Rezqi melihat suporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan.
"Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung (dipukul) dengan tongkat panjang, 1 suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," ungkap Rezqi.
Tapi saat aparat memukul mundur suporter di sisi selatan, suporter dari sisi utara menyerang ke arah aparat.
"Karena semakin banyaknya suporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif, aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suporter yang ada di lapangan."
"Silih berganti suporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara," ujarnya.
Akhirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakan gas air mata ke arah suporter.
"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, di setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata."
"Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10," ungkapnya.
Para suporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh di atas tribun.
Mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para suporter panik terkena gas air mata.
"Banyak ibu-ibu, wanita-wanita, orang tua dan anak-anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion."
"Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet."
Lanjut Rezqi, di dalam stadion para suporter sesak karena gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah.
Sedangkan untuk keluar stadion pun tidak bisa karena macet penuh sesak di pintu keluar.
"Di luar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata."
Kemudian sekitar pukul 22.30 WIB atau sekira 30 menit setelah laga usai, Rezqi melihat masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat, dan pengeroyokan suporter terhadap aparat yang dianggap mengurung suporter di dalam stadion dengan puluhan gas air mata.
"Dan terjadi beberapa tembakan gas air mata kembali di luar stadion. Lebih tepatnya di sekitar tribun 2 Kanjuruhan."
"Kondisi luar Stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak suporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita, suporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah. Batu batako, besi dan bambu berterbangan," ungkap Rezqi.
Titik Terendah Menjadi Suporter Arema
Rezqi mengungkapkan kejadian mengerikan 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan adalah titik terendahnya sebagai Aremania dan pecinta sepakbola.
"Dan selama saya jadi suporter Arema. Saya dikenalkan Arema oleh orangtua saya saat tahun 2007 hingga saat ini."
"Hari ini 1 Oktober 2022 adalah titik terendah saya menjadi seorang suporter."
"Saya masih belum percaya menyaksikan saudara-saudara saya dengan kondisi seperti ini," ungkap Rezqi.
Rezqi menegaskan, apa yang ia sampaikan adalah apa yang ia lihat dan alami sendiri.
"Tanpa mengurangi rasa respect saya kepada keluarga korban, di sini saya mencoba menjelaskan kronologi yang saya alami secara pribadi."
"Saya sangat terpukul dengan adanya insiden ini."
"Dan semoga kejadian ini adalah yang terakhir di semua cabang olahraga dan hiburan, khususnya di sepakbola," pungkas Rezqi.
129 Orang Dilaporkan Tewas
Sementara itu diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, insiden kerusuhan di tersebut membuat ratusan korban jiwa meninggal.
Hal itu diungkapkan oleh Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta.
Korban berasal dari suporter hingga anggota POLRI.
“Telah meninggal 127 orang, 2 di antaranya anggota POLRI."
"Yang meninggal di Stadion ada 34, kemudian yang lain meninggal di rumah sakit pada proses penolongan,” Jelas Irjen Nico Afinta, dikutip dari Surya.co.id.
Dalam laporan terbaru, 129 orang dinyatakan meninggal.
Selain korban meninggal, terdapat jumlah suporter yang mengalami luka-luka.
Dikabarkan ada 180 orang yang mengalami luka-luka.
Dan saat ini, para korban sedang dalam proses perawatan di rumah sakit sekitar.
“Masih ada 180 orang yang masih dalam proses perawatan," pungkas Irjen Nico Afinta.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto) (Surya.co.id/Abdullah Faqih)