Pengamat Sepakbola dari Belanda Sebut Marselino Gampang Tembus Eropa, Fakta Tunjukkan Sebaliknya
Marselino Ferdinan harus menaklukkan tantangan yang gagal diatasi para pendahulunya, jika benar ia akan berkarier di Eropa.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Sejauh ini terdapat tiga pemain Indonesia yang dapat dijadikan contoh mengenai persaingan di sepak bola Eropa, yaitu Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, dan Bagus Kahfi.
Egy, Witan, dan Bagus sama-sama membangun reputasi dari timnas junior Indonesia, untuk kemudian memenangi kepindahan ke Eropa.
Sayangnya apa yang terjadi dalam karier tiga pemain itu tak seindah yang dibayangkan, jika tak ingin disebut gagal.
Egy cuma memainkan tiga pertandingan liga pada dua musim pertama di Lechia Gdansk, lantas memutuskan "turun kasta" ke Liga Slovakia.
Di Slovakia pun, Egy cuma memainkan satu musim reguler di FK Senica sebelum diputus kontrak oleh Zlate Moravce akibat kekurangan menit main.
Baca juga: Sorotan Timnas Indonesia vs Kamboja, Dua Blunder Jordi Amat, Egy Keserimpet, Demam Panggung?
Setali tiga uang, Witan juga cuma mencicipi sedikit kesempatan di Radnik Surdulica dan Lechia Gdansk.
Setelah bermain reguler sebentar di FK Senica, Witan kembali sering menghangatkan bench di AS Trencin pada musim ini.
Karier Bagus Kahfi malah belum dihiasi rentetan starter reguler, baik di Jong FC Utrecht maupun Asteras Tripolis.
Jadi, Marselino harus meruntuhkan tembok Eropa di atas untuk menjadi pemain Indonesia pertama yang benar-benar bisa tampil reguler di Eropa.
Yang menjadi nilai plus, Marselino sudah membawa pengalaman merumput di Liga 1 selama dua musim di Persebaya, sedangkan para pendahulunya langsung mencicipi karier pro di Eropa.