Akmal Marhali: Aksi Pelemparan Batu ke Bus Persis Efek Tak Tuntasnya Penyelesaian Tragedi Kanjuruhan
Tidak adanya tindakan tegas kepada oknum suporter di tragedi Kanjuruhan membuat oknum suporter merasa hal itu jadi hal yang biasa saja.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Akmal Marhali: Aksi Pelemparan Batu ke Bus Persis Dampak Tak Tuntasnya Penyelesaian Tragedi Kanjuruhan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali turut menyoroti aksi oknum suporter klub yang akhir-akhir ini membuat resah sepakbola Indonesia.
Seusai aksi pelemparan batu oleh oknum suporter ke bus Arema FC pada 26 Januari di Sleman, terbaru bus tim Persis Solo usai menghadapi Persita juga ditimpuki batu oleh oknum suporter.
Akmal menyebut bahwa tindakan oknum suporter itu menurutnya ada dampak dari Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu.
Baca juga: Perusakan Kantor Arema FC, Polisi Amankan 107 Orang Terduga Pelaku
Baca juga: Kronologi Penyerangan Bus Arema FC, Kuncoro Luka 8 Jahitan, Sudah Pakai Rute dari Intelijen
Tidak adanya tindakan tegas kepada oknum suporter di tragedi Kanjuruhan membuat oknum suporter merasa hal itu jadi hal yang biasa saja.
“Ya ini efek dari tragedi Kanjuruhan yang tidak diselesaikan dengan tuntas akhirnya kemudian orang-orang melakukan hal-hal yang sejatinya melanggar hukum tapi dianggap hal biasa,” kata Akmal saat dihubungi Tribunnews, Minggu (29/1/2023)
“Kenapa dianggap hal biasa? karena tragedi Kanjuruhan beberapa kali bahwa mereka yang masuk ke lapangan yang jadi penyebab utama tragedi Kanjuruhan itu harusnya juga dipidana, mereka yang merusak fasilitas umum seharusnya dikenakan sanksi pidana karena dan aturannya, mereka yang membakar mobil polisi seharusnya diberikan sanksi pidana, mereka yang melakukan pemukulan juga dikenakan pidana, tapi kan sejauh ini tidak ada oknum suporter di tragedi Kanjuruhan yang jadi penyebab terjadinya tragedi dipidanakan sehingga-orang beranggapan kita boleh melakukan, merusak fasilitas umum, toh di Kanjuruhan tidak diapa-apakan. Akhirnya gitu, 'ya lempar bus masa dihukum? di Kanjuruhan saja tidak dihukum',” terangnya.
Dalam hal ini Akmal juga menilai adanya ketidakseriusan dalam membenahi sepakbola.
Karena menurutnya Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) kala itu telah menyarankan agar ada hukuman pidana kepada semua yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan termasuk suporter.
Menurutnya, apabila sanksi tegas berupa pidana benar-benar dilakukan, oknum-oknum suporter akan mengurungkan niatnya melakukan tindakan anarki seperti pelemparan batu ke bus.
“Padahal kan TGIPF sudah mengeluarkan rekomendasi agar memberikan hukuman kepada siapapun yang bersalah di tragedi Kanjuruhan agar kemudian jangan sampai hukum kita ini ternodai oleh kasus Kanjuruhan dan orang mau seenaknya saja,” ujar Akmal.
“Kalua dianggap pelemparan bus Arema di Sleman, bus Persis Solo ya ada kaitannya dengan Kanjuruhan karena mereka itu tidak diapa-apakan. Permasalahan Waktu Piala AFF kan ada pelemparan ke bus Thailand, itu mereka lakukan karena mereka anggap pelanggaran yang seharusnya kena sanksi pidana tapi jadi hal biasa karena tidak ada tindak ketegasannya,”
“Ya harusnya ada ranah hukum pidana dan ada ranah hukum football family. Permasalahannya kan rekomendasi TGIPF membuat regulasi suporter kan tidak dibuat karena kompetisi tidak jalan,” pungkasnya.