Cerita Kapten Timnas SEA Games 1991: Sukses Raih Medali Emas Karena Mental Juara
Kapten Timnas Indonesia, Ferryl Raymond Hattu turut hadir bersama legenda sepakbola Indonesia lainnya dalam acara diskusi sepakbola.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Muhammad Barir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kapten Timnas Indonesia, Ferryl Raymond Hattu turut hadir bersama legenda sepakbola Indonesia lainnya dalam acara diskusi sepakbola yang diadakan We Are Football Family di Pancoran Soccer Field, Jakarta, Senin (6/2/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Ferryl Hattu turut menceritakan pengalamannya memimpin Timnas Indonesia yang sukses meraih medali emas SEA Games 1991 di Filipina.
Perjuangan mendapatkan emas kedua setelah perdana pada tahun 1987 di Jakarta, tidaklah mudah.
Pasalnya sebelum bertanding di final, timbul permasalahan yang bukan soal teknis permainan melainkan pertarungan mental pemain.
Kala itu ketua Umum PSSI Kardono telah menyampaikan apabila Timnas Indonesia menang per pemain hanya mendapatkan bonus Rp 3 juta, nila tersebut lebih kecil dari Indonesia mendapatkan perunggu dua tahun silam di Kuala Lumpur.
Akan tetapi, berkat mental para pemain dan rasa nasionalisme tinggi, skuad Garuda mampu mengalahkan Thailand pada laga final dengan skor 4-3 setelah sebelumnya bermain imbang tanpa gol.
“Saya bilang ke teman-teman saya, waktu tahun 89 SEA Games Kuala Lumpur itu kita dapat perunggu bonusnya gede. Kemudian sebelum kita berangkat ke Manila Ketum PSSI Pak Kardono bilang kalau kalian dapat emas saya hanya bisa kasih bonus Rp 3 juta karena tidak ada duit,” cerita Ferryl.
“Pada saat kita dapat perunggu sebelumnya, kita dapat lima kali lipat dari bonus emas tahun 89. Peri Sandria saat itu sempat down. Sampai di Manila kita kumpul, saya bilang ke teman-teman jangan lihat 3 jutanya tapi ini kita menang emas di negara orang bukan Jakarta, ini ada nilai lebih. Yakin lah kita sudah latihan 3 hari sekali masih karena bonus kecil 3 juta kita down,”
“Tapi sekali kita dapat emas sampai mati tidak akan terlupakan. Tidak pernah bisa dihapus dan akan diingat anak cucu kita. Kalau kemarin 87 di Jakarta, ini kita harus dapat emas di Manila,” jelasnya.
Usai mendapatkan motivasi, pemain kelahiran Surabaya 1962 silam membeberkan pada akhirnya para pemain tetap fokus hingga akhirnya sukses meraih medali emas.
Menurut Ferryl, kesuksesan Timnas Indonesia 1991 bukan hanya soal kualitas permainan, melainkan mentalitas dan daya juang para pemain yang benar-benar ingin meraih juara tanpa memikirkan kecilnya bonus yang sudah dijanjikan.
“Pada saat itu kita tidak ada duitnya, kita TC itu Pak Manila (manajer) cerita juga saya tidak bisa kasih apa-apa tapi dia kasih waktunya, badanya yang ia punya untuk kita dan pemain-pemain yang dipilih bukan grade A, yang terpilih justru mental yang grade A,” ujar Ferryl.
“Kalau teknik pada saat itu 90an, yang lolos ke Timnas itu grade B tapi fighting spiritnya, semangatnya yang grade A sehingga kita punya kekompakan seperti itu dan pengurusnya terbuka dengan kita, tidak mau cheating dan kita dilindungi,” pungkasnya.