Bikin Gak Konsen Nonton Bola, Lato-lato Dilarang Dibawa Masuk Stadion di Malaysia
Selain itu, polusi suara dari permainan lato-lato juga dinilai berbahaya dan bisa merugikan orang lain di sekitar stadion.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Pendukung lainnya berkomentar, "Saya setuju bos Norizam melarang lato-lato di stadion."
"Permainan itu telah mengganggu kami yang hanya ingin menonton sepak bola."
Fans lain menambahkan, “Satu Malaysia, termasuk Sabah dan Sarawak, harus melarang bermain lato-lato karena suaranya menjengkelkan."
Seputar Lato-lato
Permainan lato-lato belakangan memang menjadi tren di dunia, khususnya di Indonesia dan Malaysia.
Namun, mainan berupa dua bandul atau bola yang diikat dengan tali panjang ini sejatinya bukan permainan baru.
Dilansir dari Kompas.com, lato-lato sudah dikenal sejak tahun 1960 hingga 1970-an di Jerman dan Swiss dengan nama Klick-Klack-Kugeln.
Klick-Klack-Kugeln berarti bola yang berbunyi klik klak jika beradu.
Selain itu, lato-lato juga dikenal dan ada di berbagai belahan dunia.
Di Amerika misalnya, permainan ini dikenal sebagai clackers, di Belanda dikenal sebagai Klik-klak-rage.
Adapun tujuan permainan lato-lato adalah mempertahankan kestabilan ritme gerakan bandul.
Hal ini akan menimbulkan suara "tek-tek-tek" yang keras.
Di Indonesia mainan ini juga sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an.
Ada yang mengenalnya dengan nama noknok, tergantung wilayahnya.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa penamaan lato-lato diambil dari bahasa Bugis yang berarti klakson.
Ada juga yang menyebutnya sebagai katto-katto yang juga punya arti sama. (Dwi Aryo Prihadi/Ragil Darmawan/SuperBall)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.