Dua Bentrok Suporter Terjadi Dalam Sepekan Liga 1 2022, Tragedi Kanjuruhan Belum Jadi Pelajaran
Dua kerusuhan dalam sepakn Liga 1 2022 tersebut seakan menjadi bukti bahwa sepak bola Indonesia belum banyak belajar dari kasus Tragedi Kanjuruhan.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Tragedi Kanjuruhan Belum Jadi Pelajaran, Dua Bentrok Suporter Terjadi Dalam Sepakn Liga 1 2022
TRIBUNNEWS.COM - Kelamnya Tragedi Kanjuruhan sepertinya belum menjadi pelajaran bagi kelompok suporter klub sepak bola tanah air.
Dua kerusuhan yang terjadi antarsuporter dalam sepekan terakhir di Liga 1 2022/2023 seperti menunjukkan hal tersebut.
Kerusuhan kembali terjadi di sepak bola Indonesia memasuki pekan ke-32 Liga 1 2022/2023.
Baca juga: Kronologi Kerusuhan Suporter Laga PSIS Semarang vs PSS Sleman: Pagar Dijebol, Ambulans Bawa Korban
Baca juga: Bentrok Suporter di Laga PSIS Semarang vs PSS Sleman: Brigata Curva Sud Tertahan di Stadion Jatidiri
Kerusuhan pertama, bentrok antarsuporter mewarnai laga PSIS Semarang Vs PSS Sleman pada Minggu (2/5/2023).
Laga antara PSIS Semarang melawan PSS Sleman pada pekan ke-32 BRI Liga 1 2022/2023 yang berlangsung di Stadion Jatidiri, Semarang, diwarnai dengan kericuhan antara suporter dari kedua tim.
Kericuhan ini mengakibatkan sejumlah suporter mengalami luka-luka dan sejumlah fasilitas stadion rusak.
Bentrokan ini bermula ketika pertandingan memasuki menit-menit akhir babak pertama, setelah skor antara PSIS Semarang vs PSS Sleman berimbang 2-2.
Suporter dari kedua kubu awalnya hanya saling adu yel-yel suporter, namun kemudian mulai panas dengan saling lempar benda
Pelemparan sempat reda saat dari masing-masing kubu ada yang meredam amarah.
Baca juga: Bentrok Bobotoh dan Pasoepati, Persib dan Persis Keluarkan Sikap Tegas: Mau Sampai Kapan?
Namun, bentrokan kembali terjadi setelah suporter PSS Sleman akhirnya menjebol pagar pembatas.
Bentrokan tak terhindarkan, suporter PSIS Semarang Snex bahkan sampai turun dan keluar dari tribun utara untuk menyelamatkan diri.
Beberapa suporter mengalami luka-luka akibat kejadian ini. Mereka mendapat pertolongan medis dan kemudian dibawa ambulans.
Akibat bentrokan itu, babak kedua sempat mundur dari waktu yang seharusnya.
Pertandingan pun bisa dilanjutkan kembali dengan kedudukan akhir 5-2 untuk kemenangan PSIS.
Belum genap sepekan, kerusuhan kembali terjadi pada laga Persib Bandung melawan Persis Solo di Stadion Pakansari, Bogor, Selasa (4/4/2023).
Kerusuhan ini bermula ketika pertandingan memasuki menit ke-77, setelah Persib unggul 2-1 atas Persis.
Suporter dari kedua kubu saling serang di antara tribun kosong yang jadi sekat keduanya.
Kursi stadion pun terlihat berterbangan lantaran menjadi objek alat penyerangan kedua kelompok suporter yang bertikai.
Belum diketahui secara pasti pemicu gesekan antar suporter tersebut. Pasalnya, sejak menit awal, jalannya pertandingan berjalan lancar.
Butuh waktu sekitar 13 menit untuk wasit kembali melanjutkan pertandingan Persib Bandung vs Persis Solo.
Laga ini pun berakhir 3-1 untuk kemenangan Persib Bandung atas Persis Solo.
Gol kemenangan Persib Bandung ke gawang Persis Solo disumbangkan oleh brace David da Silva dan lesakan Frets Butuan.
Dua kerusuhan tersebut seakan menjadi bukti bahwa sepak bola Indonesia belum banyak belajar dari kasus Tragedi Kanjuruhan.
Seperti diketahui, 135 nyawa melayang akibat insiden gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022.
Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, mengatakan bahwa tidak mudah untuk membenahi suporter di Indonesia.
"Memang membenahi dari sisi ini bukan pekerjaan mudah. Dalam UU Keolahragaan itu ada pasal soal suporter, makanya mereka mulai mau diorganisir, tadinya enggak mau," ucap mantan Menpora tersebut.
"Pelan-pelan lah, saya kan setelah lahir undang-undang, sudah kami undang suporter di Le Meridien (Sarasehan Suporter)," imbuhnya.
Komite Disiplin dikabarkan tengah menimbang untuk memberi sanksi terhadap suporter yang terlibat kerusuhan.
"Iya itu sedang di Komdis. Ya itu masih (Ketua Komdis masih Erwin Tobing), belum ganti. Bisa diganti kalau kongres rencananya Mei."
"Badan yudisial masih tetap, itu bisa berganti kalau kongres. Jadi dia berhenti setelah kongres. Kita sudah minta untuk Komdis menanggulanginya," pungkasnya. (BolaNas/*)